The Path Of DESTINY | 29. Everything Leads To You

146 8 0
                                    

Bagiku, satu ruangan denganmu adalah khayalan semata. Namun entah bagaimana bisa, kini rasanya duduk berhadapan denganmu sudah seperti hal yang biasa.

~ Nameera Gumilo Adhikusuma

•••

     Keesokan harinya mobil yang membawa Meera, Zayi, serta Zani sudah sampai di sebuah pelataran asri yang cukup mewah. Rumah Nenek dan Kakek Zani. Zavira, Farhanzah, dan Zavi menaiki mobil yang berbeda ketika yacht yang mereka tumpangi berhenti di Pulau Sisilia. "Ayo, Meer!" ujar Zani pada Meera seraya menarik tangan temannya itu untuk jalan bersisian. Zayi di belakang mereka. Dengan langkah sejajar, kedua gadis itu jalan menyusul Farhanzah dan Zavira yang sudah lebih dulu berada di depan pintu utama.

     "Ayo, Kak!" Zavi langsung mengapit lengan Zayi saat Kakaknya itu masih saja diam di tempat.

     "Hai cucu-cucu Omah!" Claudy—Ibu Zavira berseru senang ketika melihat Zani, Zavi, serta Zayi yang sedang melangkah mendekatinya. Zani berdecak pelan, dia tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Nonna-nya. "In english, please." Ungkap Zani sambil cemberut dan melepaskan tautan lengan pada Meera. Claudy memicing dan kemudian tersenyum mengejek. "Makanya kamu belajar bahasa Italy, biar paham!"

     "Huh! Iya-iya deh, tapi nanti. Nggak sekarang. Aku males." Balas Zani cepat yang mengundang Claudy untuk menatap garang kepadanya. Tapi saat melihat seorang gadis asing di samping cucunya, Claudy menghentikkan niat untuk mengomeli Zani. "Kamu siapa, gadis cantik?" ujarnya yang lalu berjalan hingga tepat di hadapan Meera.

     Menatap segan, Meera kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan diri sambil mencium punggung tangan Claudy. "Aku Nameera, teman Zani." Ucapnya sopan dengan sebuah senyuman manis. Wanita berusia tujuh puluh awal itu tak perlu diberitahu langsung dengan cepat membalas senyuman Meera. "Manisnya..."

     "You said what?" tanya Zani penasaran.

     "Ingin tahu saja!"

     Meera tersenyum lagi melihat interaksi Claudy dan Zani. Walaupun rambutnya sudah berganti menjadi putih, tetapi Nenek sahabatnya tetap saja bisa galak seperti itu. "Nonna..." Sebuah ujaran dengan nada rendah dari belakang Meera serta Zani membuat Claudy menoleh dan mendapati cucu laki-lakinya yang tengah tersenyum tipis. "Cucuku sayang!" Claudy langsung menggeser tubuh Zani cepat untuk memeluk Zayi.

     "Kalau ada Kak Zayi gue di lupain," bisik Zani pelan di telinga Meera. Tertawa pelan, Meera hanya memberi balasan berupa gelengan kepala.

     Zavi melerai pelukan dari Nonna-nya setelah Zayi tadi, "Udah yuk. Aku mau Mam, laper!" Claudy segera mengapit lengan Zavi dan Zayi untuk masuk ke dalam rumah. Mengabaikan Zani yang tengah cemberut kesal, nasib menjadi bungsu. "Dadah Adik kecil!" ejek Zavi nyaring yang spontan membuat Zani berdecak tak suka. "Gini nih, Meer kalo gue ada di sini. Jadi yang terdampar terus!"

     Meera mengusap pelan bahu Zani sembari berjalan memasuki kediaman Damiano.

•••

     "Perfect! Kamu sangat pintar membuatnya, Nameera," puji Claudy melihat keterampilan Meera yang sangat berbakat dalam hal memasak. Kali ini, bukan masakan utama. Melainkan Meera menbuat dessert untuk makan malam. Gadis itu tersenyum canggung kepada Nenek sahabatnya, "Thank you." Kemudian Claudy menghampiri Meera dan merangkulnya. Meskipun dengan langkah yang sedikit tertatih karena termakan usia, tapi Claudy bisa menyeimbangi langkah gadis tujuh belas tahun tersebut.

     "Dessert for everyone, made by this beautiful girl!"

     Claudy berseru senang saat keduanya sudah sampai di meja makan besar kediaman Damiano. Zavira bangun dari duduknya untuk menghampiri Claudy dan Meera, "Loh kamu bikin apa, sayang?" tanyanya lembut. "Panna cotta, Tante. Setahu aku, ini dari Italy," ungkapnya. Zavira mengangguk, "Yaudah Tante bantu bawakan, ya." Lalu Zavira membantu Meera membawa salah satu nampan yang di atasnya ada panna cotta dengan rasa strawberry.

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang