The Path Of DESTINY | 38. Permintaan

97 9 0
                                    

Playlist | Gnash Ft. Olivia - I Hate U, I Love U |


|
|
|
"I hate you, I love you. I hate that I want you."
|
|
|

Mungkin permintaan maaf dariku belum cukup untuk mengembalikan patahan-patahan hatimu yang telah kuhancurkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin permintaan maaf dariku belum cukup untuk mengembalikan patahan-patahan hatimu yang telah kuhancurkan. Maka dari itu, aku ingin meminta tolong padamu. Tolong bantu aku agar lebih mengerti dan tanggap pada apa yang dinamakan cinta. Karena begitu, aku bisa menebus semuanya. Menebus kesalahan fatal sebab tidak bisa membalas perasaanmu.

~ Nameera Gumilo Adhikusuma

•••

     Zani menatap nanar sahabatnya yang tengah menyibukkan diri dengan setumpuk buku juga kertas-kertas latihan soal. Ruangan yang sunyi juga sepi semakin menambah suasana suram yang Zani predikati di ruang tengah kediaman Adhikusuma. "Meer, udah ya? Lo daritadi belajar mulu. Tiga jam nonstop loh," Zani memperingati Meera. Dia mewanti-wanti sahabatnya agar tidak sakit mata atau semacamnya.

     "Belum kelar, Zan."

     Ya, tiga kata itu yang selalu Zani dengar sejak satu jam lalu.

     Memilih mengambil cemilan sehat yang tidak jauh dari jangkauannya, Zani akan menunggu Meera sampai ia selesai belajar. Mau satu atau dua jam lagi Zani pasti sanggupi. Sampai malam? Ah, boleh juga. Gadis itu akan tetap menunggu sang sahabat selesai dan mereka bisa bicara dari hati ke hati setelah tiga hari yang lalu Meera putus dengan Tio. Awalnya mendengar itu Zani bahagia bukan main, tapi melihat wajah sedih juga raut tidak mengenakan dari Meera Zani urung untuk bersorak. Sepertinya tidak pantas sekali.

     Dan setelah putus dengan Tio, Meera benar-benar menjauh dari siapa pun. Baik itu Zani, Lofa, atau Ara. Bahkan dari Zayi. Meera seperti menutup diri dan sangat-sangat menyibukkan diri dengan soal-soal membosankan. Meera... Dia sedang menata ulang hatinya.

     Sangat tidak terasa, waktu benar-benar sudah cepat berlalu. Matahari sudah beranjak dan berganti menjadi bulan purnama yang indah. Meera menutup buku-buku dan menumpuknya menjadi satu. "Loh, tidur dia?" Meera membeo saat mendapati Zani tertidur pulas di sofa panjangnya. Sedangkan dirinya memilih untuk belajar di lantai yang beralaskan karpet bulu dengan meja. "Perasaan baru lima belas menit yang lalu dia nanya," tambah Meera berpikir sebentar.

     "Zan?"

     "Zani?"

     Zani membuka mata karena merasa terpanggil. "Udah jam delapan, besok TO bahasa Inggris," beritahu Meera dan mengambil beberapa buku untuk ditaruh dalam dekapan. "Gue mau masuk kam–" Zani bangkit segera dan menutup mulut Meera dengan jari telunjuknya. "Shht... Gue mau nginep. Seragam sama buku gue buat besok lo nggak usah pikirin. Gampang. Tinggal minta ambilin supir." Zani bicara cepat dalam satu tarikan napas. "Please, gue nggak bisa lihat lo sendirian terus dalam keadaan kayak gini, Meer. Lo bisa cerita apa pun ke gue." Lanjutnya seraya memegang kedua bahu Meera.

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang