Arogan belum tentu kasar, humoris belum tentu penyayang. Jadi, jika aku dingin belum tentu aku tidak memandangmu, kan?
~ Fazayi Kafeel Drazanio
•••
Bel tanda pelajaran sudah selesai di SMA Gakangkasa terdengar, membuat beberapa siswa di kelas XII IPA-2 terburu-buru memasukkan alat tulis mereka agar cepat pulang. Begitu juga dengan keempat gadis yang tempat duduk nya satu baris.
"Ayo Meer," Ara menoleh kebelakang, tepatnya ke arah bangku Meera.
"Iya bentar Ra, lo kalo mau duluan juga gapapa, nanti gue nyusul aja ke parkiran." Balas Meera yang masih berkutat membereskan alat tulisnya. Ara yang mendengar itu hanya membalas dengan menunjukkan telapak tangannya, sebagai artian 'OK.'
Ara sudah meninggalkan kelas terlebih dahulu, sendirian. "Hmm, mau kemana lo sama Ara, Meer?" Lofa bertanya sesaat selepas Ara pergi. "Biasa. Mau nonton." Balas Meera yang sudah berdiri dari duduknya.
"Dih nggak ngajak!" Lofa membalas sambil mencebikkan bibir, kesal. Meera yang mendengar itu memutar bola matanya jengah. "Gue mau nonton film action, emangnya lo mau ikut?" tambah Meera sewot kepada Lofa.
Lofa yang tau Meera sudah sewot hanya tertawa cengengesan, sambil menunjukkan jari telunjuk dan ibu jari tanda peace kepada Meera. "Yaudah, gue duluan." Akhirnya Meera benar-benar sudah keluar kelas disusul oleh Zani yang ternyata juga sudah dijemput.
"Eh tungguin dong, masa gue ditinggal sendirian!!" Lofa segera bergegas keluar kelas menyusul kedua temannya. Masalahnya, dia sangat tidak suka saat berada di kelas jika hanya seorang diri, membuatnya bergidik ngeri.
Saat sampai di depan gerbang, Lofa melihat ternyata Meera dan Ara sudah keluar meninggalkan area sekolahan dengan mobil milik Ara. Zani juga terlihat sedang melambaikan tangannya ke arah mobil Ara, lalu Lofa lari terbirit-birit untuk berada di sisi Zani.
Pas sampai di samping Zani, terdengar suara napas terburu-buru yang keluar dari Lofa. "Kenapa lo?" tanya Zani. Lofa yang sedang mendengar itu mencebikkan mulutnya kesal. "Pake nanya lagi lo! Abis lari ini gue, nyusul lo berdua sama Meera yang jalannya cepet banget."
"Biasa aja kali."
Memutar bola mata, "Apaan yang biasa?! Lo jalan kayak di kejar-kejar maling tau nggak!?" Zani yang mendengar itu spontan menengok, "Lo nya aja yang lelet, kayak siput!" balasnya di akhiri dengan menjulurkan lidah. Lofa mengelus dada. Sabar. Teman laknatnya itu memang suka membullynya, jadi Lofa hanya perlu bersabar. Karena tuhan menyayangi hambanya yang seperti itu kan?
Mengalihkan pembicaraan, "Mana jemputan lo? Katanya udah sampe?" tanya Lofa sambil menoleh ke kanan dan kiri guna mencari kendaraan yang sekiranya tidak jauh berada dalam pandangannya.
"Iya, bentar lagi." Balas Zani yang sedang sibuk mengutak-atik ponsel genggamnya. Mengangguk, "Zan, gue nebeng ya..."
Zani menoleh dan melihat wajah sok imut milik Lofa yang tengah terpajang. "Males." Balasnya dengan langsung membuang muka. "Yah Zan kok gitu sih..." Rengek Lofa seraya menggoyang-goyangkan lengan kiri Zani. "Apaan sih Lof!" Zani memberengut tidak suka.
"Please, gue nebeng yaa..."
"Zan..."
"Zaniii..."
"FAZANI DRAZANIO!" Lofa berteriak tepat di samping telinga Zani saat benar-benar merasa jengkel karena sahabatnya itu tidak merespon satu kata pun yang keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Path Of DESTINY
Romance"Ketika jalan takdir sudah memutuskanmu untukku, alasan logis apa yang masih bisa kau argumentasikan untuk menolaknya?" *** Nameera Gumilo Adhikusuma tidak pernah merasakan rasanya cinta yang begitu mendalam. Rasa cinta yang menggebu tapi lain hal...