The Path Of DESTINY | 40. Perhatian Atau Arogan?

91 8 0
                                    

Playlist | Ed Sheeran - Kiss me |

|
|
|

"So kiss me like you wanna be loved."

|
|
|

Melihatmu dalam keadaan menutup mata seperti ini, rasanya gemuruh cemas juga keinginan berganti posisi sangat besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melihatmu dalam keadaan menutup mata seperti ini, rasanya gemuruh cemas juga keinginan berganti posisi sangat besar. Aku, jelas mengkhawatirkanmu.

~ Fazayi Kafeel Drazanio

•••

Hari-hari berlalu setelah percakapan terakhir Meera dan Zayi di acara party Ara. Semua kembali berjalan normal. Tanpa ada satu pun yang terlewati. Ujian Nasional juga akan dilaksanakan tiga minggu lebih dua hari dari sekarang. Kegiatan-kegiatan sekolah, pendalaman materi di hari khusus, bimbel—semuanya berjalan seperti biasa. Dan tentunya, menjauhi Zayi. Itu sudah ia lakukan sepenuh hati dan tekadnya. 

"Meer,"

"Iya, kenapa, Zan?" tanyanya dan mengubah posisi duduk agar lebih nyaman. Zani menghembuskan napas kasar dan terlihat bergerak-gerak tidak nyaman. "Lo lagi ada masalah sama Kakak gue?" ucapnya to the point yang membuat Meera menekuk kedua alis. "Maksud lo?"

Zani berdecak gemas.

"Kakak gue udah nggak pernah pulang ke Mansion. Dan tiap kali gue ke kantornya, dia selalu sibuk. Sesibuk itu sampe Mama gue nyuruh pulang aja ke rumah dia bilang gak sempet."

"Gue tahu banget kalo dia pasti lagi ada yang dipikirin, Meer. Dan pasti itu lo." Tukas Zani serius yang membuat Meera kaku dalam hitungan detik. Darah ditubuhnya berdesir, jantungnya berdetak gila. "Please, kalo emang kalian lagi ada masalah gue mohon banget diselesaiin. Gue nggak bisa lihat Kakak gue beneran jadi robot yang disetel cuma buat kerja aja, Meer." Zani menelungkupkan kedua wajahnya pada lipatan tangan di atas meja. Dia takut Zayi betul-betul terlarut akan kegilaannya pada kerja yang dikemudian hari akan membawa petaka.

Zani takut Kakaknya itu stress dan menimbulkan penyakit.

Pening di kepala Meera menggerayanginya—yang datang lagi setelah sebelumnya dia rasakan sudah reda. "Loh? Lo kenapa, Meer?" Zani yang daritadi tidak mendengar balasan mengangkat wajah dan menemukan sahabatnya tengah memejamkan mata sekaligus memegangi pelipis. Meera menggeleng samar, masih berupaya menyingkirkan tentang Zayi dan Zayi yang diungkit Zani. Zayi memikirkannya? Apa itu lelucon?

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang