The Path Of DESTINY | 14. Teman Sialan

152 9 0
                                    

Di kemudian hari, jangankan kau boleh untuk memberikan tawa kepada lelaki lain, sebuah senyuman tipis pun tidak akan ku sambut baik, karena kau seutuhnya milikku.

~ Fazayi Kafeel Drazanio

•••

     "Thanks,"

     Tio memandang gadis di depannya dengan pandangan bertanya, "Buat?" tanyanya. "Buat lo yang udah ngingetin gue pulang, buat lo yang udah nolongin gue, dan buat lo yang udah temenin gue malam ini." Meera tersenyum yang tidak tahu mengapa bisa ia berikan kepada Ketua Osis Galangkasa ini. Padahal, biasanya ia sangat jarang tersenyum kepada siapapun yang tidak cukup mengenalnya dengan baik.

     Tio tertawa pelan, "Santai aja kali, Meer. Kayak sama siapa aja," ucap Tio yang membuat Meera memicing ke arahnya. "Kan lo emang bukan siapa-siapa gue," balas Meera dengan polosnya yang membuat Tio tertampar secara tidak langsung.

     So stupid boy.

     "Ya, gue kan temen lo." Elak Tio langsung. Meera lalu mengangguk sambil seolah-olah tengah menerawang, "Hmm, iya juga sih,"

     "Udah sana masuk!" Tio mengalihkan pembicaraan. "Lo aja yang duluan jalan, gue tunggu sini. Nanti kalo lo udah jalanin motornya, baru gue masuk ke dalam rumah," ujar Meera yang malah membantah ucapan Tio sebelumnya.

     "Gampang itu mah. Lo duluan aja, gue liatin. Udah gih sana masuk!" Tio sangat gemas dengan kekeras-kepalaan Meera, lalu tanpa di suruh ia sedikit mendorong tubuh gadis itu hingga sampai masuk ke dalam rumah. "Nah, gitu dong nurut. Yaudah ya gue balik dulu, have a nice dream, Meer!!" teriak Tio yang saat ini sudah berada di atas motornya dan tak lama kemudian meninggalkan kediaman Adhikusuma.

     Setelah melihat Tio yang hilang di kegelapan malam, Meera menutup pintu utama dan berlalu ke tangga untuk naik menuju kamarnya.

     "Asik," ungkap Meera saat mengingat bahwa beberapa jam yang lalu, ia menghabiskan sisa hari ini bersama salah satu teman laki-lakinya di sekolah, yang mungkin ia belum kenal secara baik. "Gak banyak omong juga," tambahnya yang saat ini sudah duduk di sofa kamar miliknya.

     Suara dentingan notifikasi dari ponsel membuat Meera mengalihkan perhatiannya agar segera di buka. Yang ternyata isinya sebuah pesan dari Ayahnya.

Ayahnya Milo^
Miloo! Ayah sepertinya pulang tiga hari lagi, kamu gak kenapa-kenapa kan??

     Meera tersenyum dengan panggilan yang Ayahnya berikan kepada dirinya—milo. Lalu, ia mengetik sebuah balasan pesan, yang langsung muncul pada ponsel seseorang di seberang sana, siapa lagi kalau bukan Ayah Meera?

Milonya Ayah🖤
Hore!! Kirain aku malah ayah pulangnya satu minggu lagi:(

Ayahnya Milo^
Gak jadii... Ayah sama bunda udah kangen sama milo-_-

Milonya Ayah🖤
Aku juga kangen sama ayah sama bunda, makanya jangan keluar kota berduaan terus, aku dong kali-kali di ajak;(

     Seorang lelaki paruh baya di seberang sana tertawa kecil, melihat balasan dari putri semata wayangnya yang kini sudah beranjak dewasa.

Ayahnya Milo^
Kamu kan sekolah, masa iya mau bolos!!

Milonya Ayah🖤
Eh? OIYA! Aku lupa yah kalo lagi sekolah, hehehe

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang