The Path Of DESTINY | 45. Kepergian Meera

242 13 11
                                    

Playlist | Sam Smith - Stay With Me |

|
|
|

"Cause you're all I need."

|
|
|

Sebuah kesalahan sekaligus kesalahpahaman memang menjadi alasanku untuk kehilanganmu, kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebuah kesalahan sekaligus kesalahpahaman memang menjadi alasanku untuk kehilanganmu, kali ini. Tapi, jika memang itu hanyalah salah satu dari sekian banyaknya rintanganku agar menjadi jalan takdirmu, aku tahu pasti apa jawaban yang sedang menungguku. Aku, mencintaimu, selalu dan selamanya.

~ Fazayi Kafeel Drazanio

•••

Zani keluar dari bilik kamar mandi dan tidak menemukan sang sahabat di sekitarnya. "Loh ke mana dia?" tanyanya entah pada siapa sambil membenahi gaun gold panjangnya. "Haish, kayaknya dia emang niat ninggalin gue. Lagian, ini gaun kenapa gue pake yang ini sih?! Kan jadinya ribet!" gerutunya seraya menghentakkan kaki. Dia kesal sendiri. Mencuci tangan dengan air mengalir di wastafel, kemudian Zani merapihkan sedikit untaian rambut yang turun dari posisinya.

Merasa sudah selesai, Zani keluar dari kamar mandi dan dalam penglihatan ekor matanya, ada seseorang berbelok yang tengah berjalan tergesa dari arah kirinya. "Tunggu, itu bukannya–"

Shit, suara apa itu?!

Zani tidak jadi menengok ke arah kiri, melainkan ke arah kanan yang ia dengar suara desahan laknat tidak patut di dengarnya. Dua orang sedang melakukan hal senonoh. "Brengsek, itu bukannya Kak Zayi?!" geram Zani dan tidak perlu ditanya lagi dia segera berlari kencang menuju dua orang tersebut. Zani mengenali Zayi sekalipun hanya lewat belakang tubuhnya. Hanya lewat rambut juga postur tubuh. Sialan, kenapa Kakaknya berbuat tidak pantas seperti itu di sini?

Zani mendorong kuat dua orang tersebut yang hampir memasuki sebuah kamar di pintu kedua belokkan lorong. "Bangsat, ngapain lo sama Kakak gue, hah?!" Zani mencengkram erat pergelangan tangan si wanita bergaun merah ketika ia berhasil memisahkan keduanya yang tadi masih berciuman kasar. Tak memberi kesempatan untuk wanita tersebut membuka suara, Zani menampar bolak-balik wanita itu. Sama sekali tidak peduli pada umurnya yang pasti di bawah dia. Zani melihat kilatan amarah dari sosok di depannya, namun sebelum itu, "Berani lo macem-macem balas gue, gue bikin lo nggak mau hidup. Gue, Fazani Drazanio. Putri bungsu Farhanzah Drazanio. Hear that, Bitch!"

Tatapan angkuh dan marah yang sebelumnya Zani lihat dari wanita itu perlahan memudar dan memucat. "Jalang nggak tahu diri kayak lo lihat bocah seumuran gue aja takut. Mental tempe," Zani mendorong wanita itu dengan tangannya dan hampir terjengkang. Sekarang giliran Zani menghadap Kakaknya yang sedari tadi diam. Tanpa aba-aba, Zani menonjok kuat rahangnya. "Sadar, Sialan!" kesal Zani saat menyadari bahwa Kakaknya seperti dalam pengaruh obat perangsang. Dia bisa mengetahuinya dari wajah Zayi yang memerah. Tidak mungkin karena alkohol. Zayi peminum yang handal.

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang