The Path Of DESTINY | 20. Chocolate From Zayi

153 7 0
                                    

You, sweet like chocolate.

~ Fazayi Kafeel Drazanio

•••

     Zani yang sedari tadi diam saja mulai memejamkan mata sebentar lalu berdiri di depan gadis itu. Zani terkekeh dengan seringaiannya. "Kenalin lo? Sama Kakak gue?" gadis itu menjeda sesaat dan menimang-nimang jari telunjuk di rahangnya. "In your dreams."

     Setelah mengatakannya, Zani memajukan tubuh ke arah telinga siswi ber-nametag Viola itu. "Lo pikir daritadi gue nggak liat lo dari kejauhan?" Zani bergeming sebentar untuk melihat ekspresi Viola dari jarak dekat ini. "Lo salah. Lo nggak bakal bisa deketin seorang Fazayi Drazanio." Tegas Zani dengan suara tenang. Lalu ia kembali pada posisi semula. "Hmmm... Gimana ya? Gue males banget," Zani bersedekap dada dengan wajah tak bersalahnya. Viola geram beserta kedua temannya.

     Menelisik dari atas sampai bawah keadaan Viola, Zani tersenyum manis. "Kayaknya Kakak gue nggak bakal tertarik sama cewek kayak lo deh. He's like a elegant woman, dan lo truly jauh banget dari kategori itu." Kemudian Zani mengakhiri perkataannya sembari mengedarkan pandang pada Meera sepersekian detik untuk melihat raut wajahnya.

     Orin, salah satu teman Viola maju hendak menjambak Zani. "Lo nggak buta, kan? Kakaknya Zani pemilik sekolah ini. Kalo lo macem-macem, gue laporin!" sergah Lofa yang tak terima Zani ingin di jambak oleh Orin. Zani menarik kedutan tipis dan merangkul Lofa.

     "Udah?" tanya Ara yang jengah. "Kalo udah berisiknya mending pergi. Gue nggak suka ada penggangu, apalagi itu lo sama temen-temen lo." Sarkas Ara tajam pada Viola, Orin, dan Tiarra.

     Meera memilih diam saja. Dia tidak mau ikut campur, terlampau malas meladeninya. Namun, tatapan Viola yang tertuju padanya membuat Meera angkat bicara. "Kenapa? Ara udah bilang pergi kan?"

     Viola mencoba meredamkan emosi. Dia tentu tahu apa maksud perkataan Zani tadi saat berbisik padanya juga pandangan gadis itu pada temannya.

     "Urusan gue belom kelar." Setelah mengatakan itu, Viola berjalan menjauh diikuti kedua dayangnya. Tak lupa memberikan sedikit hentakkan pada bahu kanan Lofa. "Jalan pake mata, bitch!" kesal Lofa dengan mata melotot tajam ke arah bad girl-nya Galangkasa.

     Meera tertawa kecil melihat wajah merah padam Lofa, "Santai, Lof!" ujarnya. Lofa memutar kedua bola mata, "Kesel banget gue sama tuh orang," deliknya seraya menatap Meera. Zani menoleh untuk melihat Meera juga, "Kenapa, Zan?" tanya Meera heran saat di tatap. "Nggak." Meera mengangguk mendengarnya.

     "Ngapain sih dia bisa tiba-tiba ngomongin Kakak lo?" tanya Ara tiba-tiba yang membuat Meera tersedak. "Eh lo nggak papa, Meer?" Meera memberikan Ibu jarinya pada Ara tanda tak apa-apa. Zani diam bergeming. Lofa menghela napas pelan, "Mau deketin Kak Zayi kali habis itu di porotin deh uangnya," ucap asal Lofa dengan menghendikkan bahu. Meera memejamkan mata.

     Zani tertawa, "Mana mungkin dia mau sama bocil nakal kayak Viola." Ucap Zani dengan nada ringan seraya memegangi perutnya yang tak bisa menahan tawa. Lofa ikut setuju, "Iya juga sih. Pasti seleranya Kak Zayi tinggi banget. Yang model-model gitu pal–"

     "Gue duluan ya!" Meera berucap lantang dan langsung berdiri lalu berjalan menuju kelas.

     "Loh? Meera kenapa?" heran Ara melihat punggung temannya menjauh. "Nggak tau," ujar Lofa sambil menggeleng. Zani mengambil ponsel di saku lalu mengirim pesan pada sebuah nomor. "Temenin gue ke toilet yuk,"

     "Nggak mau nyusul Meera?" tanya Ara. "Meera paling ke kelas, gue udah kebelet banget ini." Ara mengangguk, "Yaudah." Setelah itu mereka bertiga berjalan menuju toilet yang tidak jauh dari area kantin.

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang