The Path Of DESTINY | 10. Terbius

222 15 0
                                    

Ada apa ini? Mengapa hatiku jadi tak karuan saat dia hanya sepintas menatap mataku?

~ Nameera Gumilo Adhikusuma

•••

     "Iya dong Tan, siapa dulu Adiknya," Zani membalas sambil menepuk-nepukkan dadanya bangga. Lofa yang melihat itu dari tempat duduknya berdecak seraya memutar bola mata malas. Ryanti juga tidak memusingkan jika Zani dan Lofa sekedar bertengkar kecil, sudah biasa.

     "Loh Zan, itu Kakaknya disuruh duduk jangan berdiri terus," Zani yang lupa akan Kakaknya yang masih berdiri, langsung saja menarik bangku kosong disampingnya—yang langsung diduduki oleh Zayi. Setelah Zayi duduk, Zani juga segera bergabung, duduk disampingnya. "Kamu Kakak pertamanya Zani? Tapi kok Tante nggak pernah lihat kamu ya? Yang tante tahu Cuma Zavi," Ryanti membuka percakapan dengan Zayi. "Saya baru pulang dari New York Tante."

     Duh.
    
     Suara berat Zayi yang mengalun merdu membuat dada Ryanti dag dig dug tidak jelas. Padahal dirinya jelas memiliki umur di atas pria itu, tapi mengapa kalau dikasih lihat yang kelewat tampan seperti ini dirinya langsung ngefly?

     Astaga!

     Ya ampun, inget suami lagi kerja!

     "Hush, Mam liatin Kak Zayi nya biasa aja kali!" sergah Lofa yang sedari tadi melihat ke samping—tempat mamanya, yang sedang memerhatikan Zayi secara terang-terangan. Ryanti yang mendengar itu hanya tersenyum masam, ketahuan. "Jadi, pada mau pesen apa nih?" ujar Ryanti mengalihkan suasana seraya menggeser menu makanan ke tengah meja yang beberapa menit lalu pelayan datang untuk mencatat apa saja makanan yang akan di pesan.

     "Smoked Salmon with Milkshake Vanilla," Zani memilih terlebih dahulu.

     "Fresh Mixed Garden Salad sama Lemon juice," Lofa menyahut.

     "Grilled Seabass Fillet, mm.. sama Chamomile Tea deh," Ryanti melanjutkan.

     "Espresso with Bavarian Cracker and Cheese Board," pesanan Zayi yang terakhir ditulis oleh waitress sebelum ia meninggalkan meja tersebut, sembari sebelumnya berkata "Mohon di tunggu pesanannya, terima kasih."

     Seperti air yang mengalir tak bermuara, mereka terus bercerita tanpa akhir sambil menunggu makanan tersaji. Tidak tahu apa yang sedang dibicarakan Lofa, Zani, dan Ryanti. Tanpa Zayi tentunya. Zayi hanya sibuk dengan ponselnya saja.

     Hingga sampai makanan datang dan selesai dimakan, "Wait... Itu Meera sama Ara bukan sih?" ujar Lofa yang sedang memicing ke arah pintu keluar resto. Zani yang mendengar itu lantas langsung saja berbalik untuk melihat, dan benar saja dugaan Lofa, "Meera, Ara!" Zani berteriak—tanpa tahu malu pada pengunjung lain yang ada di resto ini.

     Dan di lain sisi, Meera yang mendengar namanya dipanggil langsung saja berbalik untuk menengok, dan ternyata, "Lah itu Zani?" kaget Meera sambil menahan pergelangan tangan Ara yang hendak membuka pintu keluar. "Kenapa Meer?" tanyanya. "Itu Zani sama Lofa kan, Ra?"

     Ara melihat pandangan Meera. Betul. Di sana ada Zani yang sedang melambaikan tangannya. "Terus?" Ara bertanya, "Um... kita samperin aja kali ya Ra, di sana ada Tante Ryanti juga," Ara mengangguk. "Eh tapi itu siapa di samping Zani?" Meera hanya menggeleng tanda tak tahu.

     Meera dan Ara berbalik lagi menuju meja Zani dan Lofa. Tanpa tahu siapa gerangan laki-laki yang duduk di sebelah Zani.

     Zayi yang mendengar langkah kaki semakin mendekat ke arahnya, tersenyum menyeringai. Dugaannya tadi ternyata benar.

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang