The Path Of DESTINY | 22. Who's That Man?

154 6 0
                                    

Perilakunya begitu manis, sampai aku tidak sempat berpikir bahwa ini begitu membahagiakan. Namun, terasa asing dalam bersamaan.

~ Nameera Gumilo Adhikusuma

•••

     Meera hanya mengekori Zayi seperti anak yang patuh terhadap induknya. Setelah lima belas menit ditemani keheningan mobil, Meera dapat melihat bangunan mewah klasik yang tak lain adalah Restaurant. Di belakang mereka sudah banyak beberapa pengunjung yang terus menatap ke arahnya dan juga Zayi. Koreksi, mungkin hanya pada Sang Young Billionaire itu. Tidak dengan Meera.

     "Silahkan, Sir." Salah satu pria yang memakai pakaian paling beda di antara pelayan lain membuka sebuah pintu.

     Zayi masuk tanpa mengucapkan kata lagi. Meera mengikutinya, lagi.

     Saat sudah duduk, "Ini kita mau makan, Kak?" lontar tanya Meera yang sepertinya lebih terlihat sebagai sebuah pertanyaan bodoh. Sudah tau mereka ada di Restaurant, bisa-bisanya gadis itu menanyakan lagi maksud tujuan Zayi membawanya kesini!

     Zayi acuh, tak membalas.

     Lalu seorang pelayan datang membawakan menu. "One salmon steak with salad, plus hot chocolate," Zayi berbicara sembari menutup menu. Meera yang sedang melihat-lihat buku menu seketika menutupnya saat mendengar kata terakhir lelaki itu. Sesuka itu sama coklat?

     "Kalau Mbanya mau pesan apa?"

     Meera tersenyum kecil, dia sampai lupa untuk memesan. "Chicken mozzarella satu sama iced choco hazelnut." Setelah mencatat, pelayan wanita itu kembali lagi menuju tempatnya.

     Bunyi dentingan notifikasi dari ponselnya membuyarkan lamunan Meera. Ia mengambil benda itu yang tadi ia taruh di meja. Lalu, ia melihat sebuah pemberitahuan dari salah satu aplikasi bahwa temannya sedang melakukan siaran langsung.

     "Hai Meera!" sapa seorang lelaki yang tengah melakukan live streaming. Meera membalas dengan komentar di sana, "Hai juga," lalu dia melihat lelaki itu sedang berbicara dengan orang lain. "Meer, live bareng yukk!" ajaknya di seberang sana. Meera awalnya tidak mau, tapi ketika sebuah tulisan permintaan siaran bersama, dia tak enak hati untuk menolak.

     "Yeay! Gais, di sini ada Meera anak XII IPA-2 loh!"

     Gadis itu menggelengkan kepala dengan perilaku salah satu dari sekian banyaknya siswa di Galangkasa yang ia kenal. "Apaan sih lo!" Meera terkekeh pelan seraya menaruh ponselnya untuk di sendarkan pada hiasan kecil yang ada di meja. Zayi melirik sebentar, tapi gadisnya seperti tidak menyadari hal itu. "Kiw! Hari ini lo cantik banget sumpah, Meer!"

     Zayi spontan melepaskan pegangan tangannya pada tablet yang berakhir menimbulkan suara. Lelaki itu menatap Meera yang di balas hanya sebuah pandangan singkat. "Btw, lo lagi di mana?" Sang pengajak live mulai kepo dengan keberaadan temannya. "Gue di–"

     "Aduh! Maaf Mba,"

     Meera meringis pelan saat sebuah minuman tumpah pada bajunya—baju Zayi. Gadis itu melihat seorang pelayan laki-laki yang melakukannya. "Iya gapapa, kok." Meera tersenyum singkat seraya mengibas-ngibaskan tangan di tempat yang terkena tumpahan air. "Saya bantu bersihkan ya Mb–"

     "Tidak perlu." Zayi segera menghempas kencang tangan pelayan tadi ketika ingin menyentuh paha gadisnya. Ya, bagian di sana yang tertumpah minuman. Pelayan itu menatap ragu pada Zayi, "Saya cum–" lagi, ucapannya terhenti oleh suara dingin Zayi. "Tidak usah. Lebih baik anda pergi." Zayi menatap tajam pelayan itu yang setelahnya ia pergi tergesa-gesa meninggalkan meja VVIP nomor satu milik Zayi.

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang