The Path Of DESTINY | 32. Malam Indah

182 12 0
                                    

Playlist | Joseph Vincent - Can't Takes My Eyes Off You (cover) |


|
|
|

"You're just to good to be true."

|
|
|

Layaknya sebuah hal yang patut untuk ku jadikan alasan bahagia, apakah senyummu termasuk ke dalam salah satunya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Layaknya sebuah hal yang patut untuk ku jadikan alasan bahagia, apakah senyummu termasuk ke dalam salah satunya?

~ Nameera Gumilo Adhikusuma

•••

Bangkok, Thailand. | 18.02 PM |

     Meera terbangun dari tidurnya dan menemukan diri tengah berada di kamar luas dan mewah yang dominan berwarna hitam, tak lupa juga wangi khas laki-laki menyengat indra penciumannya. "Jam berapa ya?" tuturnya seraya menjelajah penglihatan untuk menemukan penunjuk waktu. "Jam enam?" Meera segera bangkit dan berjalan menuju balkon kamar yang tadi sekilas ia lihat.

     Membuka gorden dan menggeser pintu kaca yang menjadi penghalang, Meera segera menemukan banyaknya gedung-gedung pencakar langit berada tepat di hadapan dan juga sisi kanan dan kirinya. Beberapa pohonan yang ia tangkap dari matanya ia perkirakan adalah sebuah taman. Tidak jauh, Meera disuguhkan langsung beratus-ratus kendaraan baik itu roda empat atau dua yang tengah melaju di jalanan besar.

     "Tunggu, sekarang gue ada di mana?"

     Gadis itu mencoba mengingat hal terakhir sebelum menutup mata tadi saat di private jet Zayi. "Astaga Thailand!" serunya cepat ketika mengingat Zayi membicarakan negara tersebut. "Tapi di mananya ya?" Meera berjalan ke sana ke mari secara tidak jelas, namun dia berusaha mengingat lagi kota yang Kakak sahabatnya ucapkan setelah menggendongnya ala bridal style. Butuh sekitar dua menit untuk Meera sadar, "Oh iya, Bangkok!"

     Bertepatan dengan itu, suara pintu kamar terbuka dan menampilkan seorang wanita berpakaian formal melangkah menghampiri Meera. "Nona Nameera," ucapnya yang sedikit mengagetkan Meera. "Kamu siapa?" wanita itu sedikit mengangkat kepala dan tersenyum ramah. "Saya Olivia, pegawai Pak Zayi yang diperintahkan untuk membantu keperluan Nona selama berada di Bangkok."

     "Memangnya Kak Zayi ada di mana?"

     Olivia menundukkan wajah dan menjawab pertanyaan Meera, "Beliau sedang meeting di lantai dua puluh lima." Meera mengangguk-anggukan kepala mendengarnya dan ingin bertanya lagi suatu hal, tapi segera ia sedikit memundurkan tubuh ketika pantulan dirinya di pintu kaca menampilkan Meera yang sudah berganti pakaian. "L-loh? K-kapan ganti bajunya?" kagetnya spontan yang membuat Olivia mengangkat wajah dan sedikit tersenyum. "Saya yang menggantikan baju Nona tadi saat baru sampai di hotel ini, atas perintah Tuan Zayi juga." Setelah Olivia mengatakan kalimat itu, tanpa bisa dicegah semburat merah menahan malu terpancar di kedua pipi agak chubby milik Meera.

The Path Of DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang