Bab 1 - Prolog

6.2K 458 15
                                    

Hal yang tak pernah ku bayangkan dalam hidupku adalah saat pria yang menyandang status sebagai tunanganku itu memukulku dengan keras hingga aku terlempar dan terjatuh tepat di atas sofa panjang yang ada di apertemennya. Aku tak pernah melihatnya memancarkan tatapan tajam dan mengerikan seperti yang ia tunjukan sekarang, selama kami menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih, ia selalu memberiku tatapan teduh yang berhasil membuatku nyaman. Namun hari ini, entah hanya firasatku saja, aku merasakan ia berbeda. Aura yang ia keluarkan, tatapan yang ia berikan, serta perasaan asing yang kurasakan seketika berhasil membuatku merasa ketakutan.

Aku memegang pipiku yang terasa sakit akibat satu pukulan yang ia berikan dan berhasil merobek sudut bibirku. Ku tatap pria yang selama beberapa bulan setelah statusnya berganti menjadi tunanganku dengan tatapan berkaca - kaca, jujur melihatnya saat ini membuatku merasa amat ketakutan dengan sosok lain yang ada pada dirinya dan baru ia tunjukan saat ini.

"Na Na ..." panggilnya dengan suara terkejut seakan - akan ia baru saja sadar dari perbuatan yang ia lakukan padaku.

Aku menatapnya takut - takut, tubuhku bahkan telah bergetar ketakutan karna perbuatannya padaku. Aku tak tahu hal apa yang membuatnya memukulku hari ini, padahal yang ku tahu, aku tak melakukan kesalahan apapun yang membuatnya lantas merah dan memukulku.

"Na Na.. mengapa kau menjauh?" tanyanya saat aku beranjak bangun dari sofa dan terus melangkah mundur dan menjauh darinya "Na Na.. aku minta maaf, aku tak bermaksud menyakitimu, percayalah padaku" pintanya yang entah mengapa membuat hatiku hampir saja luluh.

Aku lantas menggeleng kuat bagaimanpun kewarasanku menolakku percaya dengan perkataannya bahkan bujukan dan rayuan yang ia lontarkan, saat ini yang terbesit dalam benakku hanyalah ingin segera pergi dari sini. Sebab jujur saja aku mulai takut dengan sosok tunanganku.

"Na Na, aku minta maaf" katanya

Tatapan memohonnya perlahan berubah, ia dengan kasar menghampiriku dan menarikku dalam dekapannya, ia memelukku dengan sangat erat hingga aku kesulitan bernafas. Aku lantas memukul dadanya kuat, lalu mendorongnya dengan sekuat tenaga. Aku menatapnya dengan tatapan nyalang, bahkan aku tak tahu dari mana keberanian itu muncul untuk menatapnya demikian.

"Jun Jie, apakah kau sudah gila dengan ingin membunuhku?" teriakku

He Jun Jie lantas tertawa, ia lalu memberiku senyum miring yang entah mengapa berhasil membuatku kehilangan nyaliku. Ia lalu berkata "Aku memang berniat membunuhmu" balasnya yang entah mengapa membuatku merinding ketakutan karnanya.

He Jun Jie, laki laki yang bekerja sebagai seorang manejer di perusahan keluargaku itu lantas melangkah mendekat. Aku yang menyadari kedatangannya lantas mendapat peringatan tanda bahaya, aku dengan cepat lantas meraih tas selempangku dan bergegas berlari keluar dari apertemen tunanganku.

Namun belum jauh aku berlari, He Jun Jie berhasil memangkapku. Ia lalu dengan kasar menarik rambutku hingga aku meringis. Rasa sakit yang kudapatkan dari tarikannya berhasil membuatku menangis saat merasakan rambut yang begitu ku jaga dan kurawat pada akhirnya harus tercabut dari ubun - ubunku.

"Jun Jie, lepaskan!"

"Tolong!"

"Tolong...!"

Aku terus saja berteriak, namun lorong apertemen Jun Jie saat ini sangat sepi. Mungkin dikarnakan para penghuni unit apertemen yang lain sedang bekerja, atau mereka tak mendengar teriakanku.

Jun Jie menyeretku kembali menuju unit apertemennya, ia berusaha membuka pintu dengan cepat sebelum para penghuni apertemen lain keluar dari apertemennya karna teriakanku. Merasa frustasi karna apertemennya tak kunjung terbuka, sedangkan aku terus meronta dan meminta tolong, Jun Jie lantas dengan kasar dan keras membenturkan kepalaku pada pintu unit apertemennya yang terbuat dari besi.

Kejadian itu terlalu cepat sehingga aku tak mampu menghindar, suara 'Buk!' terdengar begitu nyari di telingaku seiring dengan rasa sakit, nyeri dan pusing mulai melandaku. Jun Jie membenturkan kepalaku berulang - ulang, hingga aku merasakan kepalaku mulai terluka dan mengeluarkan darah. Meskipun aku memohon, pria itu bahkan tak mendengar permohonan dan pintaku meminta maaf. Ia malah hanya membalas ucapanku dengan tawa dan racauan bak orang gila yang begitu senang menyaksikanku terluka dan tersiksa karnanya.

"Teruslah memohon Na Na, aku begitu menyukaimu ketika kau meminta dan memohon seperti itu!" katanya lalu kembali membenturkan kepalaku pada pintu apertemennya

Buk!

Buk!

"Mengapa kau tak memohon dan meminta lagi? Kau ingin aku segera membunuhmu?" geramnya kembali membenturkan kepalaku cukup keras hingga aku merasakan penglihatanku terasa berputar, gelap sayup - sayup mulai menyapaku, serta nafasku yang terasa putus - putus.

"Na Na tak masalah jika kau tak ingin memohon aku segera melepasmu, bagaimanapun aku tak akan pernah melepaskanmu, hahahaha..." katanya di susul tawanya yang begitu nyaring.

Jun Jie terus membenturkan kepala pada pintu apertemennya, mendapati perlakuan Jun Jie yang begitu kasar dan kejam, aku tak lagi merasakan sakit, tapi aku kini mulai lelah dan berharap aku mati dan semua ini berakhir. Namun nampaknya takdir masih saja ingin mempermainkanku dan membuatku menderita, karna sampai saat ini ia belum juga mencabut nyawaku bahkan setelah banyaknya darah yang keluar dari kepalaku.

Saat Jun Jien kembali membenturkan kepalaku, denting lift berbunyi dan sekumpulan orang yang baru saja pulang dari bekerja atau berbelanja. Salah satu dari mereka lantas berteriak dan hal itu menarik perhatian para penghuni apertemen lainnya.

"Ahkkk..., wanita itu di bunuh!" teriak seorang wanita yang begitu terkejut sehingga jatuh terduduk di atas lantai.

Semua orang lantas menoleh menatap arah telunjuk wanita itu, dan dengan cepat bergegas lari menghampiriku yang kini mulai merasa sangat lelah. Saat semua orang ingin menyelamatkanku, Jun Jie menghantam kepalaku kembali dengan keras pada pintu apertemennya sebelum ia berlari dan kabur dari kejaran para penghuni apertemen lain.

Aku terjatuh dan punggungku menghantam permukaan lantai dengan keras, beberapa penghuni lain nampak menghampiriku walaupun saat ini pandanganku mulai nampak mengabur. Nafasku terasa sangat berat, begitupun dengan mataku yang sangat ingin terpejam, saat aku menghembuskan nafasku yang terasa membuat dadaku sesak, saat itu pula mataku terpejam dan kegelapan menyapaku sepenuhnya.

................


Aku berpikir, setelah nyawaku habis di tangan tunanganku yang memiliki penyakit gila seorang psikopat, jiwaku akan tenang dan aku akan segera berada di nirwana. Sayangnya pemikiranku tentang hal itu lantas lenyap ketika aku merasakan guncangan yang membuat bahu dan lenganku menabrak benda keras di kedua sisiku yang jelas menghantarkan rasa sakit.

Aku lantas membuka kedua mataku yang sempat terpejam, beberapa saat aku mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya yang masuk melalui cela - cela kecil sebuah benda bergerak yang membawaku. Aku lantas menatap pakaianku yang di dominasi warna putih, saat mengamati pakaian yang membalut tubuku, aku seakan teringat pakaian tradisional China yang kami sebut sebagai hanfu.

Menyadari ketidak beresan yang sedang ku alami, aku lantas bangun dan mendudukan diriku. Saat baru saja bangun dari tempat yang kutemlati kini, seketika aku sadar bahwa aku baru saja bangun dari sebuah peti mati.

"Bagaimana bisa aku bangun dari sebuah peti mati?" tanyaku pada diriku sendiri

Aku mentap sekitarku, lalu terbesit sebuah pikiran bahwa mungkin aku hanya sedang bermimpi, namun pemikiranku tentang hal itu langsung ku tepis jauh bagaimanapun orang mati tidak bisa lagi bermimpi, dan aku merupakam orang yang telah mati.

Menyadari kejanggalan yang ku alami, aku mulai berpikir dengan apa yang baru saja ku alami. Bagaimana aku bisa merasakan guncangan dan rasa sakit, bagaimana aku tiba - tiba bisa bangun dan bergerak, juga bagimana aku bisa bangun dari peti mati mengenakan sebuah hanfu berwana putih. Setauku, seseorang yang telah mati tidak dapat merasakan apapun sebab semua fungsi otak yang memerintah tubuhnya telah berhenti, kecuali...

"Apakah aku kembali hidup?"

.
.
.
.
.

TBC

Minggu, 24 Januari 2021

IG.yung379_

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang