Bab 37

692 91 4
                                    

Melaksanakan perintah yang diberikan junjungannya, malam ini Sun kembali bekerja. Tanpa lelah ia pun pergi meninggalkan kediaman pangeran Zhi Weng dan mulai berbaur kembali dengan gelapnya malam.

Suasana malam di ibukota masih saja tampak ramai. Lampu-lampu minyak menerangi ibukota kerajaan Feng. Warna warni dari lampion-lampion yang menyala di sepanjang jalan ibukota memberi nuangsa indah.

Sun tersenyum seraya bergumam "tidak ada yang lebih indah selain pemandangan ibukota saat malam hari".

Hap.

Hap.

Hap.

Sun terus melompat dari atap ke atap bangunan atau bahkan rumah penduduk ibukota. Tak ada yang menyadari keberadaan Sun di atas atap, bahkan para prajurit kerajaan yang berpatroli pun tak menyadarinya.

Pakaian yang Sun gunakan sangat membantunya berbaur dengan gelapnya langit malam, terlebih kemampuan yang di miliki Sun untuk menekan hawa keberadaannya membuatnya bisa bergerak leluasa tanpa di sadari siapapun.

"Akan sangat mengasiknya jika ada yang mengejar, bekerja seperti ini sangat monoton dan membosankan. Aku rasa, aku ingin suasana yang berdebar" keluh Sun tampak bosan dengan situasi sama yang sering ia alami.

Di saat Sun merasa bosan, seketika pandangannya menangkap sosok yang tampak ia kenal. Sun menghentikan larinya seraya mengamati salah satu pelayan kediaman Meng Lu yang memperlihatkan gerak gerik mencurigakan dan hal itu membuat Sun merasa harus menyelidikinya.

Sun sama sekali tidak merasa penasaran, hanya saja ia merasa perlu waspada terlebih terhadap kediaman Meng yang hanya memanfaatkan junjungannya. Melihat salah satu pelayan kediaman Meng yang tampak gelisah, membuat Sun beranggapan bahwa mungkin saat ini kediaman Meng merencanakan hal lain tanpa sepengetahuan pangeran Zhi Weng.

Sejujurnya Sun telah muak dengan kediaman Meng. Sun sama sekali tidak suka sikap dan sifat mentri Meng Lu ataupun nona Meng Yi Ran. Baik ayah ataupun anak sama - sama memiliki perilaku buruk, sifat sombong nan angkuh serta sikap ceroboh mereka kerap kali membawa kerugian besar dalam rencana yang pangeran Zhi Weng telah susun. Ketika keduanya merusak rencana mereka, mereka harus kembali menyusun rencana baru.

"Aku baru saja mengawasi kediaman Meng, tapi tampaknya mereka mulai bergerak di saat aku tidak ada" kata Sun sama sekali tidak senang karna sekarang pekerjaannya bertambah.

Sun akhirnya turun dari atap sebuah kedai setelah membuka kain yang menutup wajahnya. Untuk menghindari kecurigaan pelayan kediaman Meng yang sama sekali tak mengetahui identitasnya, Sun memilih akan berpura-pura menabraknya.

Malam ini suasana ibukota kerajaan Feng masih tampak ramai, Sun dengan cepat berusaha berbaur. Ia berpura-pura berjalan sempoyongan seakan-akan ia tengah mabuk. Wajahnya sama sekali tidak memerah karna pengaruh alkohol sebab ia sama sekali tidak minum saat ini. Di tangannya hanya ada sebuah kendi kecil berisi air.

Buk!

Sun berhasil menabrak pelayan muda kediaman Meng, pelayan itu lantas jatuh dan kini terduduk di atas permukaan tanah yang terasa dingin.

"Apa yang kau lakukan, mengapa kau menghalangi jalanku? Apakah kau ingin aku pukul, hah?" Tanya Sun masih dengan mempertahankan kebohongannya sebagai pria pemabuk.

"Tolong ampuni pelayan yang rendah ini, tolong ampuni pelayan yang rendah ini" pinta Bao Xi memohon ampunan.

"Harusnya kau memperhatikan jalanmu, brengsek!"

"Pelayan rendah ini meminta maaf" sesal Bao Xi yang tentu saja sebenarnya tidak memiliki kesalahan apapun. Ia terjatuh karna di tabrak oleh pria yang kini mengeluarkan aura menakutkan.

'Tak apa, meski bukan aku yang salah. Setidaknya aku harus meminta maaf, semua ini demi masa depanku dan kebebasanku!'

Bao Xi terus bergumam dan meyakinkan dirinya dalam hati bahwa apa yang ia lakukan semata-mata hanya untuk memperjuangkan kebebasan dan masa depannya yang cerah. Ia harus segera pergi jauh. Ia harus melarikan diri sejauh mungkin dan membebaskan dirinya dari hak kepemilikin kediaman Meng terhadap dirinya. Ia merasa ia tak seharusnya mati dengan cepat karna kebodohan junjungannya.

"Tuan tolong maafkan pelayan yang rendah ini, pelayan ini harus segera pergi sebelum tuan besar memilik pelayan rendah ini menyadari jika pelayan inj kabur" mohon Bao Xi.

Sun yang mendengar itu lantas merasa sedikit lega, ia mengizinkan pelayan kediaman Meng itu pergi, setelah ia bergumam tidak jelas untuk memperkuat kebohongannya sebagai pria mabuk.

"Tks, aku hanya membuang-buang waktuku" keluh Sun lantas melompat ke atap sebuah kedai. Perbuatannya itu cukup mengejutkan beberapa penduduk yang melihatnya.

.
.
.

Di sisi lain, seorang pemuda berpakaian hitam memasuki sebuah ruang kerja yang ada di istana dalam kerajaan Feng. Pemuda itu masuk melalui jendela terbuka dan saat ini ia berlutut dihadapan pria tampan yang masih membaca dokumen-dokumen menumpuk di atas meja kerjanya.

"Yang mulia, hamba Zilong menghadap anda"

Mendengar nama salah satu prajurit khusus Hong Xue membuat kaisar Feng Rui yang sedari tadi sibuk membaca dokumen di hadapannya lantas menghentikan kegiatannya. Ia menatap salah satu bawahannya seraya berkata "Kemampuanmu semakin meningkat Zilong, Zhen bahka tidak menyadari hawa keberadaanmu" puji kaisar Feng Rui.

"Terima kasih atas kerendahan hati yang mulia, bakat dan kemampuan hamba tidaklah seberapa dengan apa yang anda miliki" balas Zilong merendah.

"Tak perlu mengulur waktu, tampaknya malam ini kau sangat sibuk. Maka dari itu katakanlah hal apa yang hendak ingin kau sampaikan" kata kaisar Feng Rui yang lantas di angguki Zilong.

"Yang mulia.. sore tadi perdana mentri Meng Lu jatuh sakit sepulang ia bekerja. Menurut bawahan hamba, perdana mentri Meng Lu kelelahan dan berakhir tidak sadarkan diri. Hal yang di alami perdana mentri Meng Lu mengundang kecurigaan pangeran Zhi Weng. Tangan kanan pangeran Zhi Weng, yakni Sun di minta untuk menyelidiki kejanggalan yang perdana mentri Meng Lu alami. Menurut informasi yang hamba dapatkan dari para prajurit Hong Xue lainnya, saat ini Sun tengah menuju kerajaan Feng untuk menyelidiki kejanggalan tersebut" jelas Zilong panjang lebar.

Kaisar Feng Rui lantas mengangguk. "Selama ini ia berpura-pura bodoh dan menjadikan dirinya sebagai boneka yang dimanfaatkan dengan mudah oleh perdana mentri Meng Lu dan pengikutnya. Tapi Zhen tak menyangka,  pangeran Zhi Weng malah mengambil tindakan cepet seperti ini setelah menyadari sebuah kejanggalan. Tampaknya ia mulai menunjukan taringnya, dan Zhen tentu saja tak membiarkan rencana-rencananya berhasil dan kembali melukai orang-orang yang Zhen sayang" kata kaisar Feng Rui.

"Lalu langkah apa yang akan anda ambil yang mulia?" Tanya Zilong menunggu perintah.

"Biarkan ia lolos dan memasuki istana, Zhen tampaknya ingin bermain-main dengan orang kepercayaan pangeran Zhi Weng. Zhen ingin melihat bagaimana ia mengatasi situasi yang sama sekali tidak ada dalam bayangannya" jawab kaisar Feng Rui dengan senyum menyeringai kini menghiasi wajahnya.

.
.
.
.
.

TBC

Minggu, 29 Agustus 2021

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang