Bab 9

1.9K 224 2
                                    

Aku berpikir kembali hidup meskipun dalam raga gadis lain, dan berada di dunia yang mengingatkanmu akan masalalu itu akan sangat menarik dan menyenangkan. Sayangnya harapanku harus pupus ketika aku harus dihadapkan dengan deretan buku - buku yang harus kubaca.

Pusing dan bosan adalah dua kombinasi yang kurasakan saat ini. Aku seperti tengah mempelajari mata pelajaran matematika dan sejarah disaat yang bersamaan, dan dua hal itu merupakan pelajaran yang sangat ku benci. Aku selalu menghindari kedua pelajaran itu dengan alasan sakit atau bahkan membolos sekolah, kini aku memyesal karna harus melewatkan kedua pelajaran itu yang nampaknya sangat kubutuhkan saat ini.

"Yang mulia putri mahkota, ada baiknya jika anda segera beristirahat. Ini sudah sangat larut malam, terlebih kondisi tubuh anda belumlah stabil" tegur Guang Li yang menyentakku.

Aku menatap pengawal yang sejak pertama kali aku muncul dan datang kesini, ia dengan setia menolong dan membantuku. Aku lantas berdiri dari dudukku dan melangkah menuju peraduan seraya berkata "Nampaknya aku harus mengikuti saranmu, terimakasih karna telah mengingatkanku" ucapku tulus.

"Sudah kewajiban hamba untuk selalu menjaga kesehatan, keamanan dan keselamatan anda" balas Guang Li yang kubalas dengan anggukan sebagai tanda mengerti.

Aku lantas membaringkan tubuhku diatas peraduan, lalu mulai menarik selimut hingga menutup dada. Perlahan dua pelayan mulai menurunkan tirai kelambu peraduanku, lalu mematikan lampu minyak dan lilin yang menjadi penerang. Aku perlahan memejamkan mataku, seraya meyakinkan diriku jika aku bisa melewati hari - hari berikutnya. Bagaimanapun aku memilih tetap hidup meski itu harus di dunia berbeda, aku ingin mencari kebahagiaanku dan aku berpikir mungkin aku akan mendapatkannya disini. Tapi..

Bagaimana jika jiwa sang pemilik raga yang kutempati kini kembali?

Pertanyaan dalam benakku lantas menyentakku dan membuatku segera terbangun. Hal yang pertama menyapa penglihatanku adalah kegelapan, meskipun di beberapa sisi ruangan masih nampak terang namun ditempatku saat ini pencahayaannya tak sampai menerangi seluruh ruangan sehingga cahaya yang dihasilkan remang - remang.

"Ketika jiwa sang pemilik raga kembali, apakah aku akan ikhlas menyerahkan raganya dengan sukarela, atau sebaliknya?"

"Aku baru saja berusaha menikmati posisiku meski ini lumayan berat dan rumit, tapi aku tahu aku hanya perlu lebih banyak belajar dan beradaptasi. Aku yakin aku bisa melaluinya, tapi jika jiwa sang pemilik raga ini  datang, akankah aku menyerahkan raga ini begitu saja?" tanyaku pada diriku sendiri.

"Akankah ketika aku menyerahkannya, aku akan kembali di duniaku seharusnya?," jedaku  "Jika aku akan kembali, maka dunia yang kutuju hanyalah alam baka dan nirwana, bagaimanapun aku telah mati" tambahku lesuh.

"Nampaknya aku tak bisa mendapatkan kebahagiaanku, meskipun aku berpindah tempat, ruang dan dimemsi waktu sekalipun" desahku putus asa.

****************


Cahaya yang menyilaukan menghalang penglihatanku. Aku dengan cepat mengangkat salah satu tanganku seraya mengahalau sinar terang yang begitu menyakitkan untuk indra penglihatanku.

Perlahan cahaya itu mulai redup, akupun mulai menurunkan tanganku dan menatap pemandangan padang rumput hijau yang sangat luas, ada beberapa bunga - bunga liar yang turut tumbuh berdampingan dan menambah keindahan dan pesona tempat tersebut. Ditempat yang sangat menawan ini, tiba - tiba saja berubah menjadi tempat yang sangat gelap dan dingin. Aku sangat terkejut hingga dengan panik mulai berjalan dan meraba - raba kehampaan dihadapanku.

"Aku tidak bisa melihat!"

"Dimana jalannya?"

"Mengapa begitu gelap sekali!" keluhku

"Kau takut?"

Sebuah pertanyaan yang terdengar angkuh menyapa indra pendengaranku ditengah kegelapan yang menyelimutiku.

"Si-siapa kau?" tanyaku dengan suara yang terdengar gugup.

"Aku adalah jiwa Feng Na Na!" jawabnya "Aku membawamu kemari tentu saja karna aku ingin mengambil ragaku yang kau isi secara paksa!" tegasnya dengan nada suara dingin.

"Tidak mungkin" gumamku tidak percaya. "Bagaimana bisa ini terjadi secepat ini, aku baru saja mulai beradaptasi" lesuhku.

"Apa yang tidak mungkin. Aku seharusnya bisa saja mengisi ragaku kemarin, namun kau dengan tidak tahu malunya memasuki ragaku dan menjalani kehidupanmu sebagai aku!" gertaknya

"Keluar dari ragaku sekarang!"

"Jika aku menolak, apa yang akan kau lakukan?" tantangku

"Jalang!" teriaknya berang dibalik kegelapan pekat. "Kau sungguh gadis bernyali dan tidak tahu malu. Berani - beraninya kau ingin mengambil alih ragaku, kau pikir kau siapa? Apakah kau pikur aku akan membiarkanmu! Feng Na Na dari masa depan, bermimpilah untuk itu!"

Angin berhembus kencang, sebuah cahaya putih yang sangat terang dengan cepat menyerang dan menembus jantungku.

"Ugh"

Aku memuntahkan seteguk darah segar, dan perlahan rasa sakit didadaku mulai terasa menyakitkan. Saat aku menunduk dan melihat dadaku, terdapat lubang besar yang membuatku dapat melihat jika lubang itu tembus hingga kebelakang tubuhku. Mataku terbelalak saat melihat luka yang ku peroleh dari cahaya putih terang yang tak ku ketahui itu.

"Bagaimana rasanya?"

"Apakah itu sangat menyakitkan?" tanyanya masih dengan suara yang terdengar begitu angkuh.

"Aku masih memberimu kesempatan untuk keluar dari ragaku dengan sendirinya, tapi jika kau menolak aku akan menghancurkan jiwamu sehingga kau tak dapat berengkarnasi di kehidupan selanjutnya" ancamnya yang entah mengapa membuatku takut.

"Tidak jangan lakukan itu!"

"Aku akan keluar!"

"Aku pasti akan keluar dari tubuhmu, tapi jangan hancurkan jiwaku!"

Keringat dingin terus membanjiri pelipisku, hal itu tentu saja membuat pemuda tampan yang tengah duduk di pinggir peraduanku nampak sangat khawatir. Pemuda tampan itu adalah kaisar Feng Rui, malam ini ia sengaja mengunjungi tunangannya saat ia terlelap sehingga ia bisa dengan leluasa memanjatkan syukur atas kesempatan yang diberikan langit padanya untuk kembali menghidupkan gadis yang nampak tengah bermimpi buruk diatas peradauannya itu.

"Na Na, hei bangun!"

Sebuah tepukan pelan terasa dipundakku, suara lembut nan menenangkan perlahan mengusik mengusik tidurku.

"Hei.. apa yang kau mimpikan, mengapa kau begitu ketakutan?" tanyanya masih dengan suara yang sama

"Na Na kau jangan takut, tenangkan dirimu. Sebab aku disini bersamamu. Kau tak perlu khawatir, aku akan menjagamu dan kau akan aman bersamaku" tambahnya perlaham mengusap lembut dan penuh kasih sayang puncak kepalaku.

Perlakuannya jelas sangat membantu, perlahan kegelisahan dan rasa takut yang kurasakan menguap. Ada rasa aman dan nyaman yang entah mengapa mengantarkan tidurku dengan tenang dan nyenyak.

"Guang Li, sejak kapan Na Na seperti ini?" tanya kaisar Feng Rui saat tunangannya nampak mulai tenang.

"Yang mulia bermimpi buruk seperti tadi sejak 20 menit yang lalu," jawab Guang Li yang berdiri tidak jauh dari sisi peraduan. "Hamba dan pelayan lain sungguh khawatir dengan yang mulia putri mahkota dan kami pun berusaha membangunkan yang mulia, sayangnya yang mulia putri mahkota masih saja gelisah, meskipun sempat tenang beberapa saat" tambah Guang Li

"Apa saja yang Na Na katakan dalam racauannya?" tanya kaisar Rui.

"Ada banyak yang dikatakan yang mulia putri makhota, kebanyakan ia mengatakan jika 'ia akan keluar', dan juga yang mulia putri mahkota mengatakan 'Aku akan keluar dari ragamu, tapi jangan hancurkan jiwaku'" jelas Guang Li yang membuat kaisar Feng Rui sedikit terkejut.

Apakah ia bermimpi bertemu jiwa Feng Na Na dari masalalu?

.
.
.
.
.

TBC

Kamis 12 November 2020

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang