Bab 44

692 92 4
                                    

Hari masih terlalu pagi, udara pagi masih terlalu dingin. Niat hati ingin tetap melanjutkan tidur, namun para dayang yang seakan tahu dengan cepat memaksa bangun dan menyeretku menuju permandian di mana kolam air hangat telah menungguku.

Aku masih sangat mengantuk, kedua mataku tampak masih enggan untuk terbuka. Meskipun tahu kondisiku yang saat ini masih setengah sadar, para dayang tak menyerah terus menyeret dan mendorongku hingga kami tiba di permandian.

"Kyak!"

Jerita keterkejutanku lolos saat merasakan seseorang telah mengguyurku dengan sebaskom air dingin, dengan cepat tubuhku menggigil dan kantuk yang kurasakan pun kini telah lenyap. Kedua mataku terbuka lebar, dengan kesal akupun memberi pelototan kesal kepada salah satu dayang yang masih memegang baskom kosong yang ku yakini sebelumnya berisi air dingin.

"Maafkan hamba yang mulia, maafkan hamba. Hamba sebenarnya tak berniat melakukan ini, hanya saja jika kami tak segera membangunkan anda, anda akan terlambat di hari pernikahan dan penobatan anda" jelasnya dengan tubuh gemetar ketakutan.

Terlalu kelelahan membuatku nyaris lupa jika hari ini adalah hari yang sangat penting. Sebentar lagi statusku akan berubah, dan wajar jika para dayang tampak tergesah membangunkanku sebab acara pernikahan dan penobatanku akan di mulai pukul delapan pagi.

"Jam berapa sekarang?" Tanyaku mulai panik.

"Menjawab yang mulia, saat ini jam telah menunjukan pukul enam pagi" jawab seorang dayang yang lantas membuatku kelabakan.

"Cepat siapkan baju pernikahan dan perlengkapan rias untukku! Kita tidak punya waktu banyak!".

Setelah berendam dan membersihkan diri secara kilat, para dayang mulai menghampiriku dan melap tubuhku yang masih menyisahkan bulir-bulir air. Setelah tubuhku kering, dengan cepat para dayang mulai membantu memakai pakaian.

Sebelumnya aku memakai dalaman terlebih dahulu sebelum memakai pakaian lapisan dalam. Di luar pakaian lapisan dalam aku pun memakai rompi khusus yang sebelumnya ku pinta dibuatkan oleh seorang pengrajin. Setelah mengenakan rompi khusus, para dayang tanpa banyak bertanya mengenai alasan aku mengenakan rompi khusus pun kembali memakaikanku jubah lapisan dalam yang terbuat dari kain sutra dengan sulaman benang perak berbentuk bunga peoni kecil.

Setelah selesai memakai pakaian dalaman berlapis, para dayang pun mulai memakaikan baju pengantin berwarna merah terang dengan sulaman burung phoenix di kedua bahu dan bunga-bunga kecil di pinggiran pakaian pengantin.

Pakaian pengantin yang ku kenakan cukup berat, di tambah dengan rompi khusus yang ku suruh buat telah berhasil membuat seluruh tubuhku mulai menjerit kesakitan. Meskipun demikian, aku harus kuat dan bertahan. Aku tak ingin melewatkan hari penting dan bersejarah dalam hidupku bagaimanapun ini adalah pertama dan terakhir kalinya dalam hidupku.

"Yang mulia, anda ingin riasan seperti apa?" Tanya seorang dayang muda padaku.

Menimbang-nimbang pertanyaan dayang tersebut, aku lantas memilih untuk merias diri sendiri. Setelah memperimbangkan cara berias di tempatku saat ini sangat berbeda jauh dari masa depan, aku lebih memilih untuk melakukannya sendiri.

"Aku akan merias wajahku sendiri" jawabku yang lantas membuat para dayang terkejut.

"Tapi yang mulia.. anda sama sekali tidak tahu cara berias" serga seorang dayang senior.

Mendengar hal itu tentu saja membuatku tidak senang. Aku tentu saja pandai berias. Kemampuanku dari masa depan jelas masih tertanam pada diriku dengan jelas. Selain itu di hari bahagiaku aku tak ingin mengenakan riasan tebal, bagiku itu sangat menor.

"Aku akan merias diri sendiri!" Tegasku yang lantas membuah para dayang mau tak mau menyerah.

"Aku akan menunjukan pada kalian betapa pandainya aku dalam berias" kataku yang sama sekali membuat para dayang tidak yakin dengan perkataanku.

.
.
.

Para tamu undangan mulai berdatangan. Mereka yang baru saja memasuki halaman aula utama kerajaan Feng tak henti-hentinya berdecak kagum dan memuji dekorasi pernikahan kaisar Feng Rui dan putri mahkota Feng Na Na yang tampak sangat megah.

Kursi-kursi dalam tenda di susun secara teratur. Jika di pesta pernikahan biasanya kursi akan di susun sejajar dan memanjang, di pesta pernikahan kaisar Feng Rui dan putri mahkota Feng Na Na kursi-kursi malah di susun berkelompok dan mengitari meja-meja bundar.

Dekorasi pada halaman aula utama sangat indah, bunga - bunga dalam vas disusun sejajar sepanjang jalan yang telah tertutup karpet merah. Lampion-lampion merah bergelantungan bersamaan dengan kain-kain merah yang menjuntai. Suasana tampak sangat nyaman terlebih saat ini mereka para tamu undangan telah di temani cemilan dan alunan musik tradisional.

"Acara pernikahan kaisar Feng Rui dan putri mahkota Feng Na Na akan segera di mulai, setelah acara pernikahan selesai maka akan disusul dengan acara penobatan putri mahkota Feng Na Na menjadi permaisuri kerajaan Feng" umum seorang kasim.

Para pemusik dari kementrian seni dan musik mulai memainkan musik pengiring resepsi pernikahan. Kasim yang bertugas memandu jalannya acara kembali mengumumkan kedatangan mempelai pengantin pria, yakni kaisar Feng Rui.

"Mempelai penganti pria memasuki tempat resepsi pernikahan" tuntun kasim yang bertugas sebagai moderator atau juru bicara dalam pesta pernikahan dan penobatan.

Para tamu undangan yang rata dari kalangan para bangsawan dan pejabat mulai bangun dari tempat duduk mereka. Merekapun memberi hormat tak terkecuali Meng Yi Ran meski yang kini tengah menundukan kepalanya dalam dengan berat hati.

Kaisar Feng Rui berjalan di atas karpet merah menuju teras aula utama yang telah disulap dengan begitu cantiknya. Di sana terdapat dua kursi yang merupakan sebuah singgasana kaisar dan permaisuri. Dihadapannya terdapat sebuah meja panjang di mana di setiap kedua sisi ujung meja berdiri sebuah lilin merah, di atas meja juga terdapat sebuah apel, daging sapi yang telah di masak, dupa serta kemenyang serta beberapa makanan yang merupakan persembahan dalam ritual pernikahan.

Kaisar Feng Rui terang-terangan menunjukan kebahagiaanya. Dan hal itu sama sekali tak membuat beberapa bangsawan dan pejabat senang. Salah satu mentri yang dengan terang-terangan menunjukan ketidak senangannya adalah pernada mentri Meng Lu yang hari ini hadir dengan wajah pucat.

"Tampaknya suasana hati yang mulia kaisar sedang baik, ia sedari tadi menunjukan senyumnya yang begitu menawan" puji seorang nyonya bangsawan yang merupakan salah satu istri seorang mentri di kerajaan Feng.

"Tentu saja yang mulia saat ini dalam suasana hati yang baik. Siapa yang tidak merasa bahagia menikahi gadis cantik yang di cintainya. Perasaan yang dimiliki yang mulia kaisar entah mengapa membuatku turut merasakan kebahagiaannya" sahut nyonya bangsawan lainnya.

Mendengar segala pujian yang di lontarkan untuk kaisar Feng Ru semakin membuat suasana hati perdana mentri Meng Lu dan Meng Yi Ran saat ini semakin buruk. Di saat kekesalan mulai bergemuruh dalam hati mereka dengan hebat, kasim yang bertugas sebagai juru bicara dalam penyelenggaraan pesta pun mengumumkan kedatangan mempelai penganti wanita. Mendengar pengumuman kedatangan orang yang sedari tadi di tunggunya, seketika senyum menyeringai Meng Yi Ran pun tampak di wajah cantiknya.

"Akhirnya kau datang menjemput ajalmu, Feng Na Na".

.
.
.
.
.

TBC

Sabtu, 4 September 2021.

[Author note :

Kupikir hari ini aku hanya mampu publish 2 bab, syukur Alhamdulillah meski sekarang kurang sehat, aku masih diberi sedikit ide sehingga mampu menulis 3 bab sesuai standar yang kutargetkan 🤧.

Tak bosan-bosan ku ucapkan terima kasih untuk orang-orang baik yang selalu menunggu cerita ini, tetap jaga kesehatan yah 😘 dan maaf belum bisa balas komentar kalian satu-satu 😭🙏🏻

Baekhyun_G ❤].

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang