Bab 55 - Epilog

2.2K 120 6
                                    

Amarah tak tertahankan menyambut pagi pangeran Zhi Weng. Setelah kepergian pangeran Feng Lang setelah menangkap kepala pelayan Nang beberapa waktu lalu, emosi yang pangeran Zhi Weng rasakan tak kunjung hilang. Raut wajah kesalnya masih nampak pagi ini, bahkan Sun tak tahu harus bagaimana lagi membujuk junjungan sekaligus sahabatnya itu untuk sabar dan tetap tenang saat ini.

Sayangnya pangeran Zhi Weng sama sekali tidak mendengar saran ataupun bujukan dari Sun. Amarah yang lebih mendominasi dirinya saat ini membuatnya tampak seperti sosok lain. Ia yang biasanya berpura-pura bodoh dan membohongi semua orang kini lepas kendali, ia tak mampu mengontrol amarah dalam dirinya hingga tanpa sadar ia telah melepas topeng yang selama ini ia kenakan untuk membohongi semua orang.

"Feng Rui apa yang akan kau lakukan pada pelayan Beng Wang? Tidak kah cukup membiarkan Beng Wang hidup tenang. Beng Wang bahkan tidak peduli lagi masalah tahta akhir-akhir ini, kita sudah tidak ada masalah, lantas mengapa kau membawa pergi pelayan Beng Wang?!" Teriak pangeran Zhi Weng yang baru saja memasuki ruang kerja kaisar Feng Rui di mana di dalam ruangan tidak hanya ada kakak sepupunya, tapi di sana juga ada pangeran Feng Lang dan putri mahkota Feng Na Na.

Mendengar suara bernada tinggi tentu saja membuatku terkejut. Hari masih pagi namun pangeran Zhi Weng sudah mencari keributan dengan meluapkan amarahnya karna kepala pelayan kepercayaannya di tangkap tanpa kejelasan dari pangeran Feng Lang beberapa jam yang lalu.

"Feng Lang. Jangan katakan kau tidak memberitahu alasan penangkapan kepala pelayan Nang pada Zhi Weng" kata kaisar Feng Rui menatap adiknya dengan tatapan tajam.

Pangeran Feng Lang lantas menggaruk tengkuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, ia mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan sembari bersiul seakan-akan mengabaikan pernyataan kaisar Feng Rui sebelumnya.

Melihat reaksi pangeran Feng Lang tentu saja aku hanya mampu menggeleng, sedangkan kaisar Feng Rui hanya mampu memijit keningnya yang tiba-tiba terasa berdenyut hebat. Pangeran Feng Lang menambah pekerjaannya, harusnya adiknya itu langsung saja memberitahukan sepupunya alasan penangkapan kepala pelayan Nang.

"Apakah kau melakukan ini karna ingin balas dendam denganku yang memberimu perintah dan tugas dini hari?" Tanya kaisar Feng Rui tidak habis pikir dengan sikap kekanakan adiknya.

"Sudahlah. Mungkin memang ada baiknya jika Zhen yang turun tangan langsung menjelaskannya" tambah kaisar Feng Rui terdengar pasrah.

"Jika begitu, hamba akan pamit undur diri terlebih dahulu" kataku yang lantas membungkuk hormat dan meninggal ketiga pria tampan dalam ruangan kerja kaisar Feng Rui seraya menuntaskan masalah dan perselisihan yang terjadi antara mereka selama ini.

Sepeninggalanku, kaisar Feng Rui lantas menghampiri pangeran Feng Zhi Weng dengan kedua tangan membawa sebuah kota dan beberapa dokumen catatan sipil kerajaan Feng. Ia menyerahkan apa yang ia bawa pada pangeran Zhi Weng dan meminta sepupunya untuk membacanya.

"Bacalah. Dengan dengan begitu kau akan sadar, jika selama ini musuhmu yang sebenarnya sangat dekat denganmu" kata kaisar Feng Rui yang tentu saja membuat pangeran Feng Zhi Weng tidak senang.

Baik kaisar Feng Rui ataupun pangeran Feng Lang mengatakan hal demikian. Mereka berdua seakan-akan mengatakan ia begitu lengah dan bodoh hingga tak menyadari bahwa musuh yang harusnya ia waspadai adalah orang terdekatnya.

Pangeran Zhi Weng tentu saja tidak akan percaya apa yang kedua sepupunya katakan. Ia berpikir jika orang-orang dekatnya terutama kepala pelayan Nang yang saat ini di tangkap bukanlah musuhnya. Hal itu tidak mungkin mengingat kepala pelayan Nang mengurusnya dengan sangat baik. Namun segala praduga baiknya tentang kepala pelayaan Nang sirna saat pangeran Feng Zhi Weng membaca  satu persatu surat dalam kotak yang di berikan kaisar Feng Rui dan tanpa sadar ia meremasnya.

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang