Hari sudah sangat larut malam ketika para pengikut Feng Zhi Weng mendapat kabar mengejutkan mengenai kebangkitan putri mahkota Feng Na Na dari kematian. Meskipun demikian, mereka dengan tergesah meninggalkan segala pekerjaan dan kegiatan mereka, dan dengan tergesah menuju kediaman Feng Zhi Weng yang tentu saja masih bergelar seorang pangeran kerajaan Feng, meskipun statusnya ia hanyalah sepupu dari kaisar Feng Rui dan pangeran Feng Lang, tetapi ia masihlah keturunan kerajaan dimana darah kaisar Feng Li masih mengalir padanya.
Angin berhembus pelan, namun hawa dingin yang dihantarkankannya begitu dingin dan menusuk hingga tulang. Para mentri dan pejabat kerajaan yang merupakan sekutu pangeran Zhi Weng merapatkan mantel yang mereka, tak lupa sesekali mereka menggosok kedua tangan mereka yang terasa membeku dan mati rasa karna dinginnya angin malam.
"Mengapa berita penting dan mengejutkan seperti ini, kediamanku terlambat mengetahuinya!" keluh pria paruh baya dengan jenggot lebat yang separuhnya telah memutih.
"Bukan hanya kediaman Qi saja, kediaman keluarga kami yang biasanya merupakan gudang informasi pun baru mendapat kabar jika saja utusan dari pangeran Zhi Weng tak datang memberi kabar" sahut mentri Zhu Jin
Saat ini para mentri dan pejabat yang tak sengaja berpapasan di tengah perjalanan menuju manor pangeran Zhi Weng memilih berangkat bersama. Mereka mulai mengeluhkan dan meluapkan kekesalan mereka akan berita penting dan mengejutkan dari kebangkitan putri mahkota Feng Na Na.
"Mungkin saja belum banyak yang mengetahui kebangkitan putri mahkota Na Na, jika saja kebangkitannya dari kematian di umumkam, ibukota kerajaan Feng jelas akan gempar" kata mentri muda Tang Ying.
"Apa yang mentri Tang Ying katakan mungkin adalah hal yang benar. Nampaknya yang mulia kaisar Feng Rui sengaja menyembunyikannya sebelum, ia memberi pengumuman yang mengejutkan" kata mentri Ahn Xin, pria tampan berusia 28 tahun yang berjalan disisi mentri Tang Ying.
"Dibandingkan memikirkan hal itu, lebih baik memikirkan rencana kedepannya!" Tukas mentri Shu An, perdana mentri berusia 32 tahun. "Kalian pasti tau jumlah kegagalan yang telah kita peroleh saat melawan kaisar Feng Rui, bahkan saat kita memberi serangan besar pun, hari ini nyatanya rencana yang telah kita susun bertahun - tahun pun gagal karna keberuntungan putri mahkota Feng Na Na. Kita harus mundur segera, jika tidak kita akan celaka!" tambah perdana mentri Shu An.
"Perdana mentri Shu An, apakah kau berniat akan mengkhianati perdana mentri Meng?" tanya Tang Ying terkejut.
"Apakah kau berpikir aku akan selamanya mendukung pria tua itu yang hanya mengandalkan ambisinya? Ia hanya pria tua yang begitu menginginkan kekuasaan, tanpa melakukan apapun. Selama ini kita yang bekerja keras, dan ia hanya sibuk memerintah seenaknya. Aku jelas telah muak dengan pria tua itu, aku akan berhenti mengikutinya, bagaimanapun aku merasa semua tenaga dan kerja kerasku tak akan membuahkan hasil apapun!" tegas perdana mentri Shu An.
****************
Manor pangeran Feng Zhi Weng nampak ramai di datangi para perdana mentri dan pejabat yang langsung bergegas mengunjungi bangunan besar dan mewah itu. Sebagian dari mereka datang hanya karna formalitas dan sebagiannya lagi karna begitu penasaran dengan berita kebangkitan putri mahkota Na Na dari kematian."Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa kami tidak mengetahui berita kebangkitan putri mahkota Na Na dari kematiannya?" tanya seorang pejabat tua yang membuka topik panas yang akan mereka perbincangkan.
"Mungkin saja kerajaan Feng belum memberikan pengumuman mengenai keberuntungan putri mahkota Feng Na Na!" jawab perdana mentri yang duduk tidak jauh dari perdana mentri Meng Lu.
"Lalu dari mana berita itu beredar?" tanya mentri Qi Dong "Bagaimana jika berita itu hanyalah tipuan atau jebakan untuk kita?" tambahnya.
"Jika itu terjadi apa yang akan kita lakukan sekarang? Apakah kita telah termakan jebakan yang mulia kaisar Feng Rui?"
"Ah.. bagaimana ini, jika yang mulia kaisar Feng Rui tahu jika kita dibalik kematian calon permaisurinya, yang mulia kaisar pasti akan membunuh kita hingga ke akar - akarnya" sahut pejabat muda dengan nada suara gemetar karna ketakutan membayangkan nasib mereka kedepannya.
Para perdana mentri dan pejabat saling bersahutan dan saling menyuarakan kekhawatiran dan ketakutan mereka. Suasana aula utama dimanor pangeran Zhi Weng semakin memanas, dan hal itu membuat pria tua yang duduk di kursi teratas mengepalkan tangannya kuat.
Buk!
Suara pukulan pada permukaan meja panjang yang begitu keras mengejutkan semua orang. Dalam sekejap suasana ribut yang di ciptakan para perdana mentri dan pejabat dilanda keheningan. Tak ada dari mereka yang berani bersuara, segala kalimat ketakutan dan kekhawatiran mereka terasa tertahan di tenggorokan. Tentu saja hal itu amat terasa sangat menyakitkan, namun tak ada dari mereka yang ingin mengeluarkannya untuk menghilangkan rasa sakit yang mengganjal di tenggorokan mereka, terlebih aura yang di keluarkan perdana mentri Meng Lu begitu merekan dan mengintimidasi mereka.
"APAKAH AKU MEMINTA KALIAN BERKUMPUL HANYA UNTUK SEMAKIN MEMPERKERUH MASALAH YANG ADA?" Tanya perdana mentri Meng Lu dingin. "AKU MEMANGGIL KALIAN UNTUK BERDISKUSI DAN MEMBUAT RENCANA BARU! BUKAN UNTUK MENDENGAR KELUAHAN DAN KETAKUTAN KALIAN" Tambahnya
"JIKA KALIAN TAKUT MATI HANYA KARNA KINI YANG MULIA KAISAR FENG RUI DENGAN TERANG - TERANGAN TELAH MENGETAHUI ADANYA PEMBERONTAKAN YANG KITA LAKUKAN, ADA BAIKNYA KALIAN KELUAR SAJA DAN JANGAN MENJADI BEBAN!" tegas perdana mentri Meng Lu yang masih membuat para mentri dan pejabat bungkam.
Mentri Shu An melirik para mentri dan pejabat yang berada di sisi kanan dan kirinya secara bergantian. Mereka semua menunduk dalam hanya karna nada suara tinggi pria tua nan angkuh yang duduk di kursi teratas perkumpulan membuat nyali mereka menciut.
Mentri Shu An mulai tak tahan. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat hingga buku - bukunya memutih menahan gejolak amarah yang hendak meledak saat perdana mentri Meng Lu terus saja memarahi mereka hanya karna menyuarakan ketakutan mereka.
Tak tahan dengan sikap memerintah, angkuh, dan sombong perdana mentri Meng Lu, mentri Shu An lantas membanting meja di hadapannya dan membuat pecah belah berisi makanan di atas meja berhamburan dan pecah. Apa yang mentri Shu An lakukan jelas mengejutkan banyak orang, termasuk perdana mentri Meng Lu dan pangeran Feng Zhi Weng yang sedari tadi diam seribu bahasa.
"SHU AN APA YANG KAU LAKUKAN?" Teriak perdana mentri Meng Lu murka
"SEHARUSNYA AKU YANG MENGATAKAN, APA YANG KAU KATAKAN DAN LAKUKAN!" Balas mentri Shu An "TIDAKKAH KAU MERASA MALU MENGATAKAN KALIMAT MERENDAH SEPERTI ITU PADA KAMI PADAHAL KAU SAMA SEKALI TAK PERNAH MELAKUKAN APAPUN SELAIN MEMERINTAH DAN MENJADIKAN KAMI BUDAK PEMUAS AMBISIMU YANG TAK KUNJUNG KAU RAIH"
"SUNGGUH PRIA TUA BANGKA YANG LICIK, KAU PIKIR AKU TAK TAHU JIKA SELAMA INI KAMI HANYA KAU JADIKAN PION. SEMUA WAKTU YANG KAMI HABISKAN UNTUK MENGABDI PADAMU SAMA SEKALI TIDAK KAU HARGAI. APAKAH SALAH JIKA KAMI MENYUARAKAN KETAKUTAN DAN KELUHAN KAMI? BAGAIMANA PUN KAMI HANYALAH MANUSIA BIASA YANG KETIKA MATI TIDAK AKAN HIDUP KEMBALI. KAMI BUKANLAH YANG MULIA PUTRI MAHKOTA FENG NA NA YANG DISELIMUTI KEBERUNTUNGAN DAN ANUGRAH PARA DEWA YANG KETIKA IA MATI, IA MENDAPAT KESEMPATAN HIDUP KEMBALI"
" KAU PIKIR KAMI APA? KAMILAH YANG MEMBANTUMU BERTAHAN SAMPAI DETIK INI. DAN BERANINYA KAU MENGATAKAN KAMI HANYA AKAN MENJADI BEBAN? CIH SEHARUSNYA YANG MENJADI BEBAN BAGI KAMI ITU ADALAH KAU, PERDANA MENTRI MENG LU!" Tandas mentri Shu An dengan wajah memerah karna amarah.
"AKU KELUAR!" tegas Shu An lantas berbalik dan pergi meninggalkan para mentri dan pejabat yang masih berusaha mengumpulkan kesadaran mereka karna kejutan tak terduga yang di berikan mentri Shu An.
Belum habis keterkejutan mereka, mentri Tang Ying dan Ahn Xin turut berdiri dan mengumumkan bahwa mereka juga turut keluar bersama dengan mentri Shu An.
.
.
.
TBC
Senin, 30 November 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Feng Na Na [END]
FantasyHal yang terakhir kuingat adalah kondisiku yang menggenaskan. Lantas bagaimana aku kembali bernafas dengan tubuh yang dibalut dengan hanfu putih yang mengingatkanku dengan pakaian tradisional zaman dulu. Melihat kondisiku yang masih bernafas, banyak...