Aku jelas tidak mengerti maksud dari perkataan pria paruh baya yang menjaga pintu gerbang istana megah dihadapanku. Bingung dengan pertanyaannya, akupun menatap rombongan yang datang bersamaku hingga tepat berada didepan gerbang istana.
"Mengapa ia berkata seperti itu?" tanyaku pada pengawal yang membelikanku makan dan mengambilkanku minum.
"Yang mulia, hamba sangat sulit menjelaskannya pada anda. Situasi yang kami hadapi saat ini sangat membingungkan" jawabnya.
"Lalu sampai kapan kau akan membiarkan kita akan menunggu disini?" tanyaku
Pengawal itu awalnya nampak berpikir sebelum menjawab "Hamba akan membicarakan hal ini pada penjaga gerbang, anda harus tetap menunggu disini saja" putusnya berjalan menghampiri penjaga dan menceritakan semua kejadian yang mereka alami hingga memutuskan untuk kembali di istana.
"Kau pikir aku percaya? Bagaimana jika gadis yang kalian bawah bukanlah yang mulia putri mahkota? Kau tahu kami tidak pernah melihat yang mulia putri mahkota beranjak dewasa, hanya keluarga kerajaan dan kalian yang mengabdi dan bekerja dengannya yang tahu. Lantas bagaimana kami bisa percaya?" cercanya
Pengawal yang sejak awal setia menolong dan membantuku nampak kebingungan, hal itu dikarnakan semua atribut kebesaran dan tanda pengenal jujunjungannya sudah di tanggalkan sejak ia dinyatakan meninggal dunia pagi tadi karna sebuah rencana pembunuhan dari seseorang. Hanya saja kematiannya itu dirahasiakan dengan mengatakan pada seluruh pernduduk kerajaan Feng, jika ia meninggal karna sebuah penyakit. Saat ini yang mulia kaisar masih menyelidiki kasusnya secara diam - diam.
"Jika begitu beri laporan pada yang mulia kaisar mengenai masalah ini" kata pengawal yang bersamaku dengan suara yang nampak putus asa.
"Ada apa ini? bukankah kalian telah pergi pagi tadi untuk mengubur mei meiku?" tanya sorang pemuda tampan yang baru saja turun dari kudanya yang perkasa dengan pakaian zirah lengkap. Pemuda tampan itu lantas membelah sekumpulan orang orang yang dengan cepat membungkuk hormat saat menyadari keberadaannya.
"Yang mulia pangeran Feng Lang.., anda sudah kembali" sambut penjaga gerbang istana.
"Tak usah berbasa basih, katakan padaku apa yang terjadi? Mengapa kalian melewatkan waktu baik untuk menguburkan mei-meiku?" cerca pangeran Feng Lang dengan pertanyaan yang bertubi - tubi.
"Ya-yang mulia begini, pengawal yang mulia putri mahkota mengatakan jika yang mulia putri mahkota terbangun dari kematiannya. Karna hal itulah mereka kembali ke istana dan membawa gadis itu -- tunjuk penjaga gerbang padaku. Melihat arah tunjuk penjaga gerbang tersebut, pangeran Feng Lang nampak sangat terkejut melihat sosokku yang kini menatap mereka dengan malas - malasan.
"Kami tak mengizinkan mereka masuk, sebab kami takut mereka hanya membawa gadis lain untuk mengaku sebagai yang mulia putri mahkota agar mereka semua tidak mati bersama yang mulia putri mahkota" tambah penjaga gerbang istana itu.
Beberapa orang yang mendengar penjelasan penjaga gerbang istana nampak sangat kesal. Bagaimana penjaga gerbang itu menuduh mereka dengan terang - terangan demi mendapat pujian dan sanjungan atas kinerjanya saat ini menahan mereka. Ingin rasanya mereka membeberkan keburukan - keburukan dan kelalaian yang biasa dilakukan penjaga gerbang istana seperti kadang tidur di waktu mereka jaga atau menerima suap demi meloloskan orang - orang atau pedagang ilegal masuk kedalam istana. Namun semua niat mereka urungkan, sebab mereka sadar situasi mereka sudah cukup rumit, mereka tak ingin memperkeruh masalah yang tengah mereka hadapi.
Disaat semua orang menatap penjaga gerbang dengan usia paruh baya itu dengan tatapan kesal. Pangeran Feng Lang malah melangkah mendekati jendela kereta di mana Aku masih menatapnya dengan tatapan malas.
"Aku menyelesaikan peperangan yang terjadi di perbatasan antara 3 kerajaan dalam memperebutkan satu wilayah dengan cepat saat mendengar kabar kematianmu. Aku memaju kudaku bagaikan orang kesetanan demi bisa mengantarmu ke tempat terakhirmu, sayangnya aku terlambat meski aku sudah berusaha sekuat tenaga tanpa beristirahat di perjalanan dengan kondisiku yang kini teramat lelah-- jeda pangeran Feng Lang mengambil nafas lalu menghembuskannya perlahan saat kesedihan hampir menguasainya --tapi apa ini Feng Na Na? Apakah kau mempermainkanku?" tanyanya yang tentu saja membuat keningku mengerut karna tidak paham dengan arah pembicaraan pemuda tampan dihadapanku.
Tahu jika aku dalam kebingungan, pengawal yang sejak awal setia bersamaku lantas menghampiri pangeran Feng Lang dan berbisik "Yang mulia pangeran, semenjak yang mulia putri mahkota terbangun dari kematiannya, ia sama sekali tidak mengenal siapapun" bisik pengawal itu.
"A-Apa?"
"Bagaimana itu bisa terjadi?" tanya pangeran Feng Lang.
"Hamba pun tidak tahu yang mulia. Sejak awal hingga kami sampai pada pemakaman, kami menjaga mayat yang mulia putri mahkota dengan sangat ketat, bahkan kami semua telah pasrah mati bersama yang mulia putri dan di kuburkan bersamanya. Namun saat kami akan melakukan ritual penguburan dan hendak mengambil mayat yang mulia putri mahkota, tiba - tiba saja yang mulia putri mahkota keluar dengan cara melompat sehingga mengagetkan kami semua. Awalnya kami ketakuan, lambat laun kami pun tak punya pilihan selain kembali pulang ke istana. Namun penjaga gerbang melarang kami masuk" jelas pengawal itu panjang lebar
"Apakah perkataanmu dapat di percaya?" tanya pangeran Feng Lang.
"Hamba tidak memiliki keberanian untuk berbohong, dan jikalau hamba terbukti berbohong, hamba akan siap di hukum mati detik ini juga" jawabnya "Selain itu bukankah anda sendiri tahu jika gadis yang bersama kami adalah yang mulia putri mahkota yang asli? Kami yang sudah mengabdi dengannya bahkan sangat tahu jika gadis yang bersama kami memang yang mulia putri mahkota yang asli meskipun semenjak ia bangun dari kematian, ia melakukan banyak hal - hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya" tambahnya.
"Jika diperhatikan lebih jelas, ia memang sangat mirip dengan mei - meiku. Tapi untuk memastikan jika ia adalah mei - meiku, nampaknya kita perlu bantuan yang mulia kaisar untuk membuktikan jika ia memang putri mahkota Feng Na Na yang asli" putus pangeran Feng Lang
"Buka gerbangnya, aku ingin melakukan pembuktian jika ia memang mei - meiku!" perintah pangeran Feng Lang.
*****
Aku berpikir jika yang mulia kaisar yang pemuda tampan itu maksudkan adalah seorang pria berusia pertengahan 20an. Dalam bayanganku aku berpikir yang mulia kaisar akan selalu identik dengan pria tua usia lanjutan dengan rambut telah memutih, dan dagunya yang di tumbuhi janggut panjang yang juga turut ikut memutih sama seperti dengan rambutnya.
Sayangnya semua bayanganku mengenai yang mulia kaisar yang berusia setengah abad lebih harus sirna dengan sosok pemuda tampan yang mengenakan pakaian kebesaran seorang kaisar sama seperti yang kerap kali ia lihat di dalam film ataupun drama kerajaan.
Pemuda yang tidak kalah tampan dan dipanggil pangeran oleh semua orang lantas menceritakan kronologi kejadian sesuai dengan apa pengawal jelaskan padanya di depan pintu gerbang utama. Aku dan semua orang yang kini berada di aula utama istana kerajaan Feng hanya mampu dia dan menyimak setiap penjelasan pemuda dihadapanku. Jujur saja hanya ada beberapa poin yang ku mengerti, dan poin itu adalah bagaimana aku melakukan aksi keluar dari kereta dengan melompat dan menakuti semua orang hingga pada akhirnya aku disini.
"-- Jadi begitu kejadiannya yang mulia." jelas pangeran Feng Lang panjang lebar.
Pemuda tampan yang mengenakan pakaian kebesaran itu hanya mengangguk dan berkata "Zhen* tebak, kau membawanya kemari untuk meminta pembuktian jika dia memang putri Feng Na Na dari kerajaan Feng, bukan?" katanya yang jelas tepat sasaran.
"Hanya anda yang tahu, jika ia adalah mei mei kita" balas pangeran Lang.
"Kalau begitu, pinta ia membuka bajunya" katanya dengan nada datar dan dingin.
Aku yang baru saja mencerna perkataannya lantas membelalak terkejut hingga tak sadar saat ini aku tengah berteriak.
"A-apa?!"
.
.
.
TBC
Senin, 19 Oktober 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Feng Na Na [END]
FantasyHal yang terakhir kuingat adalah kondisiku yang menggenaskan. Lantas bagaimana aku kembali bernafas dengan tubuh yang dibalut dengan hanfu putih yang mengingatkanku dengan pakaian tradisional zaman dulu. Melihat kondisiku yang masih bernafas, banyak...