"Hantu? Maksudnya aku?" Tanyaku tidak percaya dengan perkataan para kasim dan dayang yang kini berlari dengan raut wajah ketakutan.
Melihat reaksi mereka membuatku merasa nostalgi. Sebelum jiwaku mengisi raga Feng Na Na dari masa lalu, aku pernah mengalami hal serupa di mana para kasim dan dayang dari istana barat berlari ketakutan saat aku melompat keluar dari kereta kuda yang membawa peti mati.
"Bukankah kalian seakan merasakan kilas balik? Saat aku terbangun dari kematianku, kalian juga menampilkan reaksi yang sama" kataku yang membuat para kasim dan dayang yang merupakan rombonganku menunduk malu.
"Yang mulia tolong jangan ingatkan hal memalukan itu" pinta seorang dayang yang wajahnya kini memerah.
"Maaf. Hanya saja aku merasa kenangan itu sangat lucu. Melihat reaksi kasim dan dayang yang bertugas di aula utama kerajaan, membuatku merasa nostalgia akan kenangan kebangkitanku" akuku yang disusul kekehan geli saat mengingat bagaimana semua orang berlari ketakutan karnaku. Dan aku tanpa sadar ikut berlari dengan mereka tanpa alasan yang jelas.
"Yang mulia" tegur Guang Li.
Teguran yang Guang Li lakukan seakan-akan mengingatkanku akan tujuan kami ke aula utama kerajaan Feng. Aku lantas berdehem dan mengenyahkan pikiranku.
"Baiklah mari kita kembali ketujuan awal. Mengklarifikasi bahwa aku masih hidup dan menghapus kesalahpahaman yang terjadi" kataku yang di angguki para kasim dan dayang yang saat ini bersamaku.
Tak mempedulikan jeritan dan tatapan horor para kasim dan dayang akan kedatanganku, aku tetap melangkah memasuki aula utama kerajaan Feng di mana para tamu undangan mendapat pengobatan dan perawatan dari dokter kerajaan, tabib dan perawat.
Sama seperti reaksi yang di tunjukan para kasim dan dayang yang bertugas di aula utama kerajaan Feng, para tamu undangan yang terlukan dan para tenaga kesehatan pun menunjukan reaksi yang sama.
"Ha-hantu!".
"Roh yang mulia putri mahkota gentayangan!" Teriak seorang nyonya bangsawan yang lantas tak sadarkan diri setelahnya.
"Yang mulia putri mahkota tolong ampuni kami. Kami tidak bersalah. Kami sama sekali tidak ada kaitannya dengan kematian anda. Jika anda ingin balas dendam, tolong hukum saja keluarga kediaman Meng dan para pengikutnya" kata nyonya muda bangsawan lain yang membuatku lantas nyaris tertawa.
"Apa yang kalian katakan. Apakah kalian tidak melihat kakiku yang saat ini menapak di atas lantai?" Tanyaku berusaha menahan tawaku yang hendak ingin pecah karna reaksi semua orang.
"Singkatnya aku masih hidup. Jika kalian tidak percaya, maka tanyakan pada para bawahanku apakah aku berbohong atau tidak" usulku.
Salah satu tamu undangan yang aku yakini dari kalangan bangsawan pun memberanikan diri bertanya, ia pun berkata "Apakah benar yang ada dihadapan kami adalah yang mulia putri mahkota?" Tanyanya yang di angguki Guang Li.
"Seperti yang anda lihat tuan. Sosok gadis di samping pengawal ini memang benar yang mulia putri mahkota Feng Na Na" jawab Guang Li yang membuat pria paruh baya yang bertanya sebelumnya bernafas lega.
"Syukurlah. Syukurlah yang mulia putri mahkota selamat" kata salah satu pejabat kerajaan Feng.
Menyadari kesalah pahaman yang akhirnya telah selesai. Semua orang yang awalnya meragukan keberadaannya kini pada akhirnya pun percaya. Mereka memberi salam hormat, padahal aku sudah melarang mereka mengingat kondisi mereka saat ini sedang terluka.
"Bukankah sudah aku katakan kalian tidak perlu melakukannya" tekanku yang membuat semua orang menunduk dalam.
"Aku bukan kemari ingin meminta salam hormat kalian. Kedatanganku kemari bertujuan untuk meminta maaf atas kekacauan yang terjadi dan luka yang kalian semua terima atas kekacauan tersebut secara pribadi. Harusnya kalian sadar kondisi kalian saat ini terluka. Tolong jangan memaksakan diri kalian melakukan hal itu. Sebab perbuatan kalian di saat kondisi kalian terluka seperti ini membuatku terlihat kejam dan tanpa belas kasih" jelasku yang membuat semua orang tercengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feng Na Na [END]
FantasyHal yang terakhir kuingat adalah kondisiku yang menggenaskan. Lantas bagaimana aku kembali bernafas dengan tubuh yang dibalut dengan hanfu putih yang mengingatkanku dengan pakaian tradisional zaman dulu. Melihat kondisiku yang masih bernafas, banyak...