Bab 42

644 85 0
                                    

Dua hari menjelang pesta pernikahan dan penobatanku, aku masih saja menerima teror mengerikan nan menjijikan. Kali ini aku mendapat kotak berisi hati hewan yang telah membusuk. Bau bangkainya menguar di udara dan hal itu nyaris berhasil membuatku nyaris memuntahkan sarapan pagi.

Semenjak menerima teror tersebut, akhirnya aku mengambil sebuah kesimpulan jika pelaku adalah orang yang berkuasa dan kaya. Mungkin ia adalah seorang bangsawan. Setahuku tak semua barang bisa lolos dengan mudah memasuki istana tanpa pemeriksaan. Jika ia terus menerus mengirim benda aneh, mengerikan dan menjijikan seperti bangkai busuk yang menguarkan aroma tidak sedap, seharusnya hadiahnya akan langsung di tolak. Tapi sudah empat hari aku mendapat teror tersebut, dan selama itu hadiah mengerikan yang selalu ku terima selalu lolos dari penjagaan pengawal gerbang kerajaan Feng. Dengan demikian peradugaku kian kuat, pelaku adalah seorang bangsawan yang menyuap para pengawal.

"Guang Li, bisakah kau menyelidiki pengawal yang meloloskan hadiah ini selama empat hari terakhir? Aku ingin kau membawanya kemari dengan keadaan hidup" perintahkuu dengan suara yang terdengar sedikit aneh karna saat ini aku tengah menjepit hidungku untuk menghalau aroma busuk dari bangkai memasuki penciumanku.

"Baik yang mulia" kata Guang Li lantas pamit undur diri.

Sepeninggalan Guang Li, aku meminta para dayang membersihkan kamarku setelah memerintahkan seorang kasim membuang kotak berisi bangkai itu dan membakarnya. Selama para dayang kembali membersihkan ruanganku, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di halaman seraya menunggu bau busuk dari bangkai hilang sepenuhnya dari kamarku.

Di saat aku tengah berjalan-jalan bersama beberapa kasim dan dayang di halaman istana barat, aku melihat sosok kaisar Feng Rui yang kini berjalan tergesah menghampiriku. Saat baru saja aku hendak memberi salam hormat, tubuh mungilku seketika dirangkulnya dengan erat hingga aku kesulitan bernafas.

"Ya-ang mulia, hamba sesak" keluhku yang lantas membuat kaisar Feng Rui melonggarkan pelukannya.

"Maaf" katanya penuh sesal.

Aku hanya menggangguk sebagai balasan, tak lupa memberinya sebuah senyum agar pria tampan yang sebentar lagi akan berubah status menjadi suamiku merasa tenang.

"Apakah pekerjaan anda telah selesai?" Tanyaku setelah meminta para kasim dan dayang yang sebelumnya menemaniku memberi kami ruang untuk mengobrol berdua.

"Belum sepenuhnya selesai. Saat ini Zhen sedang istirahat namun karna Zhen merindukanmu, maka Zhen memilih menemuimu terlebih dahulu" aku kaisar Feng Rui yang entah mengapa berhasil membuat baik hati maupun kedua pipiku menghangat.

Merasakan kedua pipiku yang memanas hanya karna pengakuan kaisar Feng Rui, aku lantas menenggelamkan kepalaku pada dada bidangnya seraya menutupi rona merah di kedua pipiku. Melihat kelakuanku, kaisar Feng Rui hanya tersenyum dan kembali memelukku erat.

"Zhen dengar akhir-akhir ini putri mahkota dijahili seseorang" kata kaisar Feng Rui yang membuatku mendongakkan kepalaku menatapnya.

"Dari mana anda tahu?" Tanyaku penasaran.

Hari pertama saat aku menerima sebuah kotak berisi teror dari seseorang, saat itu pula aku meminta para penghuni istana barat untuk menyembunyikannya. Aku tahu mereka dapat dipercaya dan tak mungkin membocorkan kejadian itu kecuali jika mereka tidak sengaja kelepasan, meskipun begitu mereka bukanlah orang yang tak mampu mengelak ataupun dengan segera menghindar, mereka lumayan terpelajar sehingga pasti mereka akan dengan cepat memperbaiki kesalahan dan menyelamatkan diri mereka.

"Mungkinkah --

"Kau tidak salah putri mahkota, Zhen mengetahuinya melalui kekuatan sihir yang Zhen miliki. Juga Zilong selalu melaporkan keadaan istana barat tanpa kamu ketahui" potong kaisar Feng Rui melepas pelukannya.

"Zilong?"

"Zilong adalah salah satu prajurit khusus Hong Xue. Hong Xue sendiri merupakan nama dari perkumpulan prajurit khusus yang Zhen bentuk. Prajurit-prajurit yang bergabung dengan Hong Xue merupakan prajurit dengan pengetahuan dan kemampuan bela diri di atas rata-rata" jelas kaisar Feng Rui.

"Maafkan hamba yang mulia, sebenarnya hamba tak ingin menyembunyikan masalah ini dari anda. Hamba hanya tidak ingin mengganggu pekerjaan anda dan membuat anda khawatir, terlebih hamba merasa jika harus menyelesaikannya sendiri bagaimanapun hamba harus mulai belajar menghadapi masalah-masalah yang akan hamba hadapi kedepannya" akuku yang lantas mendapat usapan di puncak kepalaku.

"Zhen tahu. Maka dari itu Zhen membiarkanmu menyelesaikannya sendiri. Sebenarnya Zhen ingin membantumu diam-diam, namun Feng Lang memarahiku. Ia berkata jika perbuatanku hanya akan memadamkan tekadmu yang ingin berubah dan melangkah maju. Maka dari itu sampai saat ini Zhen hanya diam" kata kaisar Feng Rui.

"Putri mahkota, Zhen tidak pernah melarangmu untuk berkembang. Kau bahkan bisa mengembangkan pengetahuanmu dari masa depan di kerajaan Feng. Kau bisa mengadili dan memberi hukuman siapapun orang yang melakukan kesalahan atau orang-orang yang berusaha menyakitimu. Zhen tidak ingin mengekangmu, maka dari itu lakukan apa yang bisa kau lakukan. Tapi jika kau butuh bantuan, jangan ragu meminta tolong pada Zhen" tambah kaisar Feng Rui yang lantas membuatku bergerak memeluknya karna merasa terharu dan dihargai.

Entahlah aku rasanya ingin menangis. Kalimantnya sama sekali tidak mengandung bumbu-bumbu rayuan, bisa dikatakan apa yang kaisar Feng Rui katakan seperti sebuah nasehat. Namun meskipun begitu aku merasa tersentuh. Ada kehangatan yang kurasakan dari kalimat yang ia ucapkan, ada cinta, kasih sayang dan juga kepercayaan yang membuatku merasa sangat dihargai.

Mungkin aku akan terdengar terlalu egois jika menginginkan tetap bersama kaisar Feng Rui selamanya. Meskipun aku tahu jika ini sama sekali bukanlah hal yang baik, tapi aku hanya ingin menjadikan kaisar Feng Rui milikku seorang.

"Apakah kau baik-baik saja putri mahkota? Apakah kau sedang tertidur?" Tanya kaisar Feng Rui khawatir saat aku tak kunjung melepas pelukanku bahkan tak bersuara sama sekali.

"Biarkan hamba tetap seperti ini, kumohon" pintaku yang lantas membuat kaisar Feng Rui mengiyakan keinginaku.

Beberapa menit telah berlalu dan aku masih betah memeluk kaisar Feng Rui tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Kaisar Feng Rui bahkan berpikir jika saat ini aku tengah tertidur di pelukannya. Namun aku sama sekali tidak tertidur meski kedua mataku tampak mulai memberat dan rasa ngantuk mulai menyerangku.

Membenamkan kepalaku pada dada bidang kaisar Feng Rui terasa sangat nyaman. Kenyamanan yang ia berikan telah berhasil membuatku terhasut untuk segera terlelap, aku semakin mengeratkan pelukanku dan hal itu membuat kaisar Feng Rui tampak bingung dengan kelakuanku.

"Apakah kau merasa tidak enak sehat hari ini, putri mahkota?" Tanya kaisar Feng Rui yang lantas hanya ku balas dengan gelengan.

"Lantas ada apa? Mengapa hari ini kau tampak manja, apakah kau sedang mengidam?" Tanya kaisar Feng Rui lagi.

Aku lantas melepaskan pelukanku, mendongakkan kepalaku dan menatap kaisar Feng Rui dengan kesal seraya berkata "Bagaimana hamba bisa mengidam jika kita bahkan belum melakukan itu" kataku cemberut.

"Baiklah, baiklah. Kau jangan marah, Zhen hanya bercanda" kata kaisar Feng Rui menarikku kembali dalam pelukannya. "Jika kau tak mengindam ataupun sakit, lantas ada apa?" Tanya kaisar Feng Rui dengan sabar.

"Aku hanya sedang merasa ... sangat rindu pada anda. Maka dari itu aku tak mengizinkan anda pergi" akuku yang lantas membuat kaisar Feng Rui memelukku semakin erat.

"Harusnya kau belajar lebih jujur mengenai perasaanmu".

.
.
.
.
.

TBC

Jumat, 3 September 2021

Feng Na Na [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang