"Mbak Mia paracetamol-nya udah diminum?"
"Mba Mia, coba ketiaknya mana sini aku termometer-in."
"Mba Mia buahnya dimakan lho."
"Mba Mia! Masih hidup kan?"
Aku mencubit pelan lengan Mayang setelah mengucapkan kalimat terakhirnya. Di tengah backstage sebuah peragaan busana ketika yang lain tengah sibuk membenahi make up dan lain sebagainya, aku malah teler tidak bisa banyak gerak karena suhu tubuhku masih hangat. Pergolakan imun dan sel kekebalan dengan virus-virus jahat sedang terjadi di dalam badanku, lalu jadilah badan anget dan terasa remuk semua. Mantap.
Sakit ini kualami sejak aku pulang diantar Jeffrey. Percaya atau tidak malamnya aku menidurkan diri, paginya langsung sakit seluruh badanku. Capek, ngilu tak menentu gitu. Bahkan dokter menyatakan aku mengalami stres dan kelelahan. Ya gimana tidak stres, hidup dan matiku malam itu di ambang garis tipis sekali. Aku merasa Jeffrey kaget dan tidak bisa mencerna dengan mudah ucapanku, jadi ketika aku selesai mengecup sudut bibirnya dan mengucapkan lagi kalimat sial itu, dia hanya diam tak berkutik. Kesempatan itu akhirnya aku gunakan untuk keluar mobil. Sudahlah tak ada lagi mukaku di hadapannya.
"Kata Mayang lo sakit?" Shelin datang dan duduk di sampingku dengan tangannya yang menyentuh keningku. "Anget sih, Ya, memang. Udah ke dokter?"
Aku mengangguk. Dalam keramaian begini ketika badanmu sedang tidak fit, mau merasakan hal yang paling menyenangkan sekalipun pasti tidak nikmat. Sebotol jus yang diminum Shelin yang biasa aku nikmati juga, sekarang hanya sebuah tontonan saja. Semuanya yang masuk mulutku pahit.
"Terus jawaban dia gimana?" Shelin melirikku dengan senyum jahilnya.
Aku tahu ke mana arah pembicaraannya. "Gue lagi sakit, Lin. Jangan mancing emosi deh, mau berantem nggak ada tenaga."
Dia malah tertawa receh. Suka sekali menertawai temannya yang sedang sekarat. "Ya kan gue tahu prosesnya, jadi gue berhak tahu progresnya dong. Lagian berkat permintaan tolong dari sahabat kampret gue kemarin, gue menikmati masa-masa indah bersama a hot guy called Tomi. Jadi gue akan berbaik hati menjadi pendengar dan penyelemat lo, siapa tahu lo butuh bantuan 'kan?"
Kalau biasanya saat Shelin menyinggung Tomi, aku langsung marah, bersyukurlah hari ini tidak, Lin. Mau marah juga aku bisa apa? Badanku lemas semua. Pun kalau malam itu Shelin tidak membawa Tomi dulu, pasti rencanaku tidak sempurna.
"Ya... ayo dong cerita."
Sayup-sayup aku mendengar MC mulai memandu acara hari ini ketika Mayang datang dengan air putih. Perlahan aku meminumnya dan mulai mempersiapkan diri. Karena tidak peduli seburuk apapun kondisimu, penonton hanya mau dirimu tampil maksimal. Good luck, Mia.
"Gue malah ngeblokir Jeffrey."
Mendengar suaraku yang sedikit parau, Shelin langsung memalingkan wajahnya menatapku. "Lah lo gila ya? Kok blokir?"
Aku menghembuskan napasku perlahan lalu mulai berjalan melenturkan kakiku. Dengan halter dress cantik berwarna hitam, aku akan tampil sebaik mungkin di depan hadirin yang datang.
"Gue jadi takut, Lin." Sambil berbicara, aku mencoba fokus pada pagelaran hari ini. "Dia kayaknya hilang feeling ke gue dan ya ... gue hopeless jadinya. Gue jadi nggak mau mikirin lagi tentang itu. Pun kemarin gue lihat mukanya kayak nggak bisa terima gitu, jadi gue pikir ya udah lah kayaknya dia nggak mau."
Satu langkah terakhir dan selesai. Aku naik di urutan ke 16 dari 20 busana yang ditampilkan sore ini.
"Lho, kok malah gitu sih? Tahu dari mana kalau dia nolak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIAMOR | SELESAI
Romance"Anda siapa?!" "Evelyn, just call me Eve. Saya pemilik tempat ini. Kamu sendiri siapa?" Demi keturunanku yang hingga tujuh turunan selalu bergelimang harta, bisa-bisanya dia berkata seperti itu! Apa dia tidak tahu kalau aku adalah istri dari pemil...