Now playing : Seventeen - Selalu Mengalah.
°°°
"Maaf, lama."Ola tersenyum sesaat begitu diriku datang dan duduk di hadapannya. Wanita manis yang pernah mengisi hati Jeffrey ini tiba-tiba mengajakku makan siang bersama di sela aktivitas yang baru saja kulakukan. Tanpa Mayang dan Tomi, aku hanya berdua dengan Olla menikmati makan siang saat ini.
"Nggak pa-pa. It's okay. Gue juga baru datang kok. Silakan diminum."
Dia bilang baru datang, tapi makanan dan minuman sudah tersaji lengkap di atas meja. Kan kelihatan bohongnya kalau begitu.
"Mia, gimana kabarnya? Kerjaan lancar?" tanya Olla saat sebelum menyuapkan sendok ke mulutnya.
Aku mengangguk. "Iya, lancar. Lo sendiri?"
"Me too." Dia tertawa. "Cuma ada beberapa hal aja yang bikin gue hectic akhir-akhir ini. Terlepas dari foto-foto yang kemarin kesebar, gue kepikiran hal lain juga dan akhirnya belakangan ini jadi sedikit chaos."
Sebenarnya aku bisa menebak kalau undangan makan siang hari ini pasti ada urusannya dengan foto-foto yang kemarin itu. Foto yang membuatku dikejar media karena minta klarifikasi apakah rumah tanggaku baik-baik saja. Hei! Hanya karena foto lama tersebar bukan berarti rumah tanggaku yang baru seumur jagung koyak 'kan?
Sesekali aku melihat Olla memasang muka takut, tapi tetap pada posisinya yang anggun. Anak orang kenapa pula ini?
"Jujur aja. Gue udah nggak mempermasalahkan foto itu. Lagi pula udah beres juga, yang nyebarin juga udah ketangkep. Well, nggak ada masalah lagi sebenarnya," jujurku.
Masalah itu sudah lewat lama, jadi tidak perlu diungkit lagi. Kalaupun memang dia mau membicarakannya, harusnya dari dulu, pun dengan rentang waktu yang sudah cukup lama, aku pikir dia tidak perlu membahasnya lagi. Aku ini tipe manusia yang jika pernah punya masalah, maka tidak akan mengingatnya lagi di lain hari. Membuatku repot dan pusing.
Olla kembali tersenyum. "I know. Tentang foto itu, gue cuma mau minta maaf kalau seandainya pernah bikin lo marah dan mungkin nggak terima."
Gantian aku yang tersenyum. Makanan yang kiranya lezat di mata, kini tak ubahnya hanya pajangan saja. Karena membahas foto, aku jadi tidak selera makan. "Sudah dimaafkan."
Dia terperanjat. Kaget. "Oke, thanks."
Aku mengambil tisu dan mengusapnya pelan di mulutku. Sungguh hanya sekali suap saja rasanya kenyang. Wanita tampak anggun dan lemah di hadapanku ini membuat perutku terasa kenyang. Ditambah dengan suasana yang tiba-tiba berubah canggung, aku jadi enggan untuk melanjutkan aktivitas lebih di sini. Lebih baik aku segera pergi tepat setelah piring Olla bersih.
"Dan, ada hal lain lagi?" tanyaku. Dia meneguk air minumnya sesaat, lalu memberi tatapan lurus kepadaku. Aku yakin dengan sangat, mengajak makan berdua hanya karena membahas hal yang lalu, bukan inti dari kegiatan ini. "Gue pikir lo masih banyak kerjaan. Kalau cuma duduk buat lunch di siang bolong begini, apa nggak buang-buang waktu?"
"Gue nggak tahu kenapa gue rasa gue harus melakukan ini, Mia." Olla menjeda ucapannya untuk mengambil napas dalam. "Tapi ... ada satu hal yang membuat gue harus bertindak sekarang ini daripada urusannya makin serius. Gue mau ngingetin lo kalau dilihat dari manapun Jeffrey dan Evelyn nggak boleh saling berhubungan lagi."
Alisku bertaut, otakku mencerna sekaligus menerka apa maksud dari ucapan Olla. Dia menyebut nama Evelyn tadi? Aku tidak salah dengar, kan? Tunggu, ekspresi wajah kaget dan bingungku jangan sampai terlihat dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIAMOR | SELESAI
Romance"Anda siapa?!" "Evelyn, just call me Eve. Saya pemilik tempat ini. Kamu sendiri siapa?" Demi keturunanku yang hingga tujuh turunan selalu bergelimang harta, bisa-bisanya dia berkata seperti itu! Apa dia tidak tahu kalau aku adalah istri dari pemil...