DUA DELAPAN

1.4K 162 8
                                    

Sudah berapa kali ganti baju, Miamor?

°°°

Mayang mengitariku sambil melirik ke arah kamar Evelyn. Dari dua hari lalu dia belum keluar kamar, padahal Jeffrey meminta bantuan untuk memasak di dapur, tapi dia sama sekali tidak menyanggupi. Bahkan akhirnya Jeffrey memasak sendiri. Evelyn itu ... sudah tidak perlu membayar kamar, dapat makan gratis, dimanja Jeffrey, lengkap sudah surga dunia untuknya.

"Mba Mia, apa dia nggak pernah keluar kamar? Kayaknya selama aku di sini, aku jarang lihat dia di luar kamar," tanya Mayang masih dengan lirikan mautnya.

"Kamu nggak perlu lihat, nggak ada untungnya juga lihat dia." Aku menarik iPad dari tas Mayang untuk membaca beberapa berkas yang belum kusentuh. Waktu kubuka, sebuah wallpaper dengan pemandangan indah tersaji di sana. "Foto hasil Google?"

Mayang mengintip dan tersenyum samar. "Bukan. Itu yang potret pacar aku, waktu dia lagi main di vila, di Lembang."

Bukannya aku meremehkan kemampuan pacar Mayang, tetapi wallpaper ini terlihat benar-benar cantik. Definisi tempat singgah yang nyaman untuk manusia yang sering berkutat dengan pekerjaan hingga lupa waktu berlibur. Lagi pula aku baru tahu kalau vila Lembang ada yang menyuguhkan pemandangan sekeren ini. Tempatnya asri dan seluruhnya indah berwarna hijau. Kalau nanti ada waktu kosong, aku harus ke sana. Entah untuk benar-benar menikmati liburan atau hanya menyepi sebentar dari peradaban dunia.

"Dia yang punya atau gimana?"

"Iya." Mayang mengangguk. "Lebih tepatnya vila keluarga, tapi kadang disewakan kalau memang ada yang mau."

"Kamu pernah ke sana?"

Mayang menggeleng. "Belum. Rencananya nanti honeymoon mau di sana aja, biar budget-nya agak murah."

Aku tersenyum menanggapi Mayang, ada-ada saja tingkahnya. Membuatku gemas sendiri. Kisah percintaan Mayang meskipun masih bau kencur, tetapi lebih baik daripada kisah cintaku. Ketika kalian membaca pesan dari kekasihnya, mata kalian akan panas, tidak kuat menahan pesan-pesan receh pengungkapan hati sang kekasih karena LDR. Istilah lainnya bucin. Menurutku, dari semua pria yang aku tahu, kekasih Mayang adalah tipe pria yang paling pol-polan kalau urusan perbucinan. Terlebih jika kubandingkan dengan suamiku. Jeffrey itu standar bucinnya beda, bukannya membuat kata-kata gombal untuk membuat darahku berdesir, tapi membuat kata-kata gombal untuk membuat darahku naik, karena gombalannya ditujukan bukan untukku, melainkan untuk seseorang yang baru saja membuka pintu kamar. Tuan putri sudah bangun tidur.

"Hai, Mayang. Selamat pagi," sapa Evelyn mendatangi kami.

Aku tidak bisa melihat bagaimana ekspresi Mayang. Ini mungkin pertama kali Mayang melihat dengan jelas bentuk Evelyn secara langsung, biasanya hanya seliweran tidak jelas. Karena wanita itu suka sekali berdiam diri di kamar. Sekalinya keluar, pakai baju tidur bahan satin, atau rok mengembang, bahkan pernah keluar kamar hanya dengan daster tipis, yang sekali ditarik pasti robek. Demi apapun, dia pernah memakainya. Sekalipun Jeffrey ada di apartemen. Melihat Evelyn berpakaian seperti itu—ada Jeffrey pula—siapa yang tidak akan naik pitam? Mana suamiku terlihat begitu enjoy, seakan menikmati pemandangan gratis nan terbuka.

"Iya." Mayang menjawab gugup. Aku bisa mendengar getar suaranya. "Aku permisi dulu, Mba Mia. Mau numpang pipis."

Aku mempersilakan Mayang pergi, kemudian kembali menekuni iPad. Begitu merasakan sofa ini bergerak perlahan, aku tahu Evelyn duduk di sampingku dengan pedenya.

"Pangandaran itu nama tempat?" tanya Evelyn.

Aku tidak mengindahkan apapun yang keluar dari mulutnya, hanya berdua dengannya mampu membuatku berpikir pendek dan bisa saja berakhir buruk. Jeffrey belum pulang sejak kemarin, dia ada urusan ke luar kota. Maka dari itu, aku selalu bersikap waspada. Tahu-tahu kami baku hantam, bisa repot. Lebih tepatnya diriku yang memulai. Pokoknya apapun yang Evelyn lakukan, rasa-rasanya memancing semangat bertarungku.

MIAMOR | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang