EMPAT SATU

1.9K 184 10
                                    

Ketika aku mengenyam pendidikan dulu, aku sempat belajar bahasa Mandarin. Seperti sebuah nikmat besar, awalnya aku merasa senang dan takjub. Selain bahasa ibu, aku juga bisa bahasa internasional, pikirku waktu itu. Lambat laun, semakin naik kelas, semakin susah juga materi yang kudapat. Dari segi menulis, berbicara, mendengar dan membaca, semakin lama semakin susah. Niat hati awalnya hanya untuk menambah kemampuan diri, ternyata menyulitkan. Sampai akhirnya aku melihat salah satu aktor China, tampan, dari sanalah aku mulai berpikir jika belajar bahasaku sekarang bukan hanya untuk tambahan kemampuan atau nilai pelajaran, tetapi bisa menjadi bekal untuk pergi ke China dan bertemu aktor tersebut. Sungguh cita-cita yang mulia.

Pemahamanku tentang belajar tadi, sejalan dengan apa yang terjadi saat ini. Belajar mengerti Jeffrey, kuanggap seperti belajar bahasa lain. Awalnya menyenangkan, seru dan mendapat sesuatu baru. Namun lambat laun jadi terlihat sulitnya. Kendala yang aku hadapi bukan hanya dari diriku, melainkan Jeffrey sendiri dan faktor-faktor dari luar. Kuatnya Evelyn dalam hidup Jeffrey, membuatnya jadi batu sandungan untukku. Terlebih dengan sikap Evelyn yang seakan penuh misteri, menutupi semuanya dariku cukup membuatku tidak menyukainya. Dari yang mulai bersikap ketus, sombong, menuduh hingga menampar, semuanya sudah kuberi tanda centang.

Namun sekarang semua itu terasa sia-sia. Tindakan tidak menyukai Evelyn berakhir sia-sia. Siapa sangka karakter antagonisnya adalah aku sendiri? Aku yang tidak tahu apa-apa berusaha memojokkan Evelyn dan Jeffrey dengan segala tuduhan, kabur-kaburan hingga menyebabkan drama berkepanjangan. Jadi jika dirunut lebih dalam lagi, akulah yang salah dari semua ini. Harusnya bukan konsep belajar mengerti Jeffrey, tetapi aku yang belajar mengerti diriku sendiri. Konsep manusia yang mengerti dirinya sendiri, harusnya lulus terlebih dahulu, setelah itu baru mencoba mengerti orang lain. Karena pada akhirnya, tanpa kita duga kita bisa menjadi karakter antagonis dalam hidup orang lain. Aku menganggap Evelyn manusia terburuk dan jahat, sedangkan bisa jadi Evelyn juga menganggap diriku seperti itu. Bagaimana aku bersikap padanya, memperlakukan, menuduh, itu tindakan jahat.

Ya, intinya, mana ada manusia baik? Yang ada adalah manusia yang berusaha selalu baik. Kita bukan Nabi yang sempurna. Kita banyak khilaf, banyak dosa. Cara menebusnya dengan memperbaiki diri dan berkomitmen tidak melakukan lagi. Terlebih aku adalah seorang public figure, yang sembarang ngupil sebiji saja bisa diliput media, karena itu bersikap bijaksana dengan mengklarifikasi berita yang benar adalah tindakan yang kulakukan pertama kali sebagai upaya penebusan dosa.

"Jadi sebenarnya siapa ayah dari anak dalam kandungan saudari E, Mbak Mia?"

"Untuk tindakan selanjutnya, apa Mbak Mia akan melaporkan orang-orang penyebar hoax ke polisi?"

"Bagaimana respon keluarga setelah berita ini tersebar?"

Aku memberi senyum pada pewarta media sebelum mulai menjawab. Seperti simalakama, aku mendapat karma. Dulu aku kira dikejar media itu enak, menyenangkan, masuk tv setiap saat. Ternyata setelah mengalami sendiri, rasanya menyebalkan. Bukan hanya wartawan yang mengejarku, tapi seluruh orang-orang di luar sana juga sama. Kalau saja tidak memikirkan beberapa pihak, manajemenku akan langsung membawa kasus ini ke kantor polisi. Namun karena semua orang seakan ingin tahu kebenaran dalam hidupku, aku harus menjawab terlebih dahulu.

"Saya sudah mencoba menghubungi keluarga, baik keluarga saya maupun suami saya. Rencananya saya dan suami akan terbang ke Jogja dan Bali untuk secara langsung menemui keluarga besar." Dalam briefing yang dilakukan Tomi, aku hanya perlu menjawab berita yang ringan dulu. "Terkait laporan ke pihak kepolisian, saya dan manajemen sudah menyiapkan lawyer guna mendampingi saya untuk membuat laporan dugaan tindak pencemaran nama baik yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggungjawab. Jadi perihal bagaimana nanti ke depannya, saya akan update setelah kami siap dengan laporan. Begitu, ya, teman-teman. Makasih semua."

MIAMOR | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang