TIGA TUJUH

1.6K 176 6
                                    

Aku tahu tentang kebenaran di balik perselingkuhan. Bahwa mereka yang berselingkuh adalah orang yang egois. Di satu sisi dia tidak mau melepaskan pasangan gelapnya, sedang di sisi lain dia tidak mau melepas pasangan yang sah. Sadar atau tidak, bukan orang ketiga yang paling jahat, tetapi orang yang berselingkuhlah yang jahat. Dokter Sunwoo boleh marah kepada Dakyung, karena telah menjalin hubungan dengan suaminya, tetapi melihat tingkah sang karakter utama pria yang naudzubillah menyebalkan, aku jadi tidak bisa menyalahkan Dakyung sepenuhnya. Bukannya aku membela, ya. Sebab pada dasarnya hubungan mereka memang salah, tetapi Lee Tae Oh jauh lebih salah. Kalau memang ingin mendapatkan wanita baru yang jauh lebih muda, kenapa tidak melepaskan istrinya saja? Namun dengan setannya berdalih, bahwa dia mencintai keduanya.

Tahi kambing.

Bahkan drakor yang telah kutonton dua kali ini, tetap saja membuat geram dan ingin menampar muka si pria tua tanpa uang. Lee Tae Oh, lebih buruk dari sampah. Ah ... tidak. Bukan dia saja yang buruk, suamiku pun sama. Jeffrey namanya.

Drama The World of The Married hampir sama kisahnya denganku. Ya, sama-sama memiliki karakter pria yang setan. Bedanya hanya terletak pada situasi. Kalau Dokter Ji Sunwoo pernikahannya sudah berlangsung lama bahkan sampai punya anak, sedang pernikahanku baru seumur jagung dan belum memiliki anak. Atau mungkin rencana memiliki anak, tidak akan pernah ada. Ya, mana akan punya anak kalau setelah ini aku berencana mengajukan gugatan ke pengadilan.

Jika membicarakan tentang anak, aku jadi sedih. Cita-citaku adalah menjadi ibu. Bahkan jauh sebelum menikah, aku sudah memiliki mimpi mempunyai seorang anak. Dulu sekali aku membayangkan, bagaimana caranya punya anak tanpa suami. Namun ternyata Tuhan punya ketentuan, aku harus punya suami dulu baru memiliki anak.

Setelah pembicaraan dengan Jeffrey tentang diriku yang belum bisa punya anak karena kontrak kerja, aku sedikit tersanjung dengan sikap dan ucapan Jeffrey. Saat kami akan melakukan kegiatan nikmat nan dewasa, Jeffrey selalu memulainya dengan mengambil kotak pelindung masa depan di laci lemari.

"Aku bingung sama kamu. Aku udah pakai KB, tapi kenapa tetap pakai kondom?" tanyaku saat melihat benda itu di tangan Jeffrey.

Dia tersenyum lalu duduk di sampingku. "Miamor," panggilnya. "Kalau hanya menyuruh istri yang harus mencegah kehamilan, sedang dalam prosesnya ada suami yang selalu memberi komando dan ikut andil, aku pikir itu nggak adil."

Aku mencebik. Dia mau berkata kalau dirinya saja yang memberi komando, begitu? Seperti mandor bangunan saja.

"Lho, aku benar. Gini deh, tiap kali kita bercinta, sperma yang keluar dari diriku adalah penyebab kamu jadi hamil. Ereksi dan ejakulasi di dalam tubuh kamu yang buat kamu hamil. Benar, kan?" ucap Jeffrey tanpa dosa. Langsung kucubit saja dirinya. Dipikir aku tidak pernah mengenyam biologi bab reproduksi. "Nah, kalau begitu harusnya bukan cuma kamu yang mencegah, bukan cuma kamu yang KB, aku pun harus. Kalau dalam bercinta selalu menyuruh wanita yang mencegah, sedang pihak pria seenaknya bertindak, lalu ternyata lupa minum pil KB atau lupa suntik, terus keluar di dalam, jadi hamil. Yang salah siapa?"

Dalam hal itu, kurasa Jeffrey membuat contoh dari orang lain. Karena tidak mungkin contohnya adalah kami sendiri. Namun dari ucapan Jeffrey aku jadi tersadar, ada benarnya juga. Yang membuat hamil adalah pria, kalau nanti wanitanya hamil, ya, itu karena si pria. "Pria?" jawabku.

Jeffrey malah menggeleng lalu menarikku dalam pelukan kemudian memberiku ciuman lama di kening. "Keduanya salah, Miamor. Kalau udah tahu nggak mau punya anak, kenapa nananina?"

Ucapan Jeffrey membuatku melepas pelukannya dan melemparkan bantal ke mukanya. Oke. Kalau dia berkata begitu, aku tidak akan menyanggupi keinginannya yang susah menggebu. Aku tidak akan peduli dengan sinyal yang mencuat dari tegaknya sesuatu dari dirinya. Aku tidak peduli.

MIAMOR | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang