TIGA ENAM

1.5K 179 26
                                    

Masih ingat Babas dan Mia, kan?


•°•°•

"Bas, serius deh. Gue baik-baik aja. Nggak usah khawatir."

"Such a liar." Bukannya mengangguk, Babas malah memasang mode mengintimidasi, seperti bos yang memarahi karyawannya. Dia kemudian menarik sesuatu dari laci dan membawanya ke atas meja.

Seketika itu juga napasku tercekat. Tanganku bergetar seirama dengan jantungku yang berdegup kencang. Di atas meja ada foto-foto yang sangat tidak ingin aku lihat. Jeffrey dan Evelyn yang tertangkap kamera bersama. Satu-persatu foto aku ambil dan amati. Latar tempat tampak berbeda-beda. Ada yang di depan apartemen, cafe, di pantai bahkan hingga di ruang tunggu rumah sakit. Semua ini tampak begitu rapi dan jelas. Dari sudut pengambilan gambar, aku yakin ini telah diperhitungkan matang. Atau bisa dikatakan karena begitu rapinya foto ini maka Babas telah mengikuti Jeffrey.

"Lo kenapa bisa punya foto-foto ini? Lo nguntit, ya?" desakku.

Babas tertawa mengejek. Raut wajahnya mengatakan seakan tahu apa yang terjadi. "Iya. Gue ikutin mereka berdua. Karena gue tahu ada yang nggak beres di pernikahan kalian. For God's sake, Mia! Kalian bertiga tinggal bareng?"

Aku tidak berani menjawab. Degup jantung dan rasa ingin menangis begitu kuat terasa. Aku sudah seperti maling yang ketahuan mencuri. Tinggal lima menit sebelum dihajar massa.

"Dari awal gue curiga. Mana ada laki-laki jalan berdua sama orang lain, padahal dia udah punya istri. Gue nggak ngerti dengan jalan pikiran lo, Ya. Kenapa bisa ada istri yang rela berbagi tempat tinggal dengan pacar suaminya? Kenapa ada istri yang ikhlas suaminya kencan dengan wanita lain? Dan kenapa sosok istri itu adalah lo, Ya?"

Aku menggeleng. Hal tersebut tidak ada. Tidak pernah ada. Sedikit pun membayangkan berbagi dengan Evelyn. Tidak ada. "Dia teman Jeffrey, bukan pacar. Jeffrey bantuin Evelyn. Udah gitu doang."

"Mia, lo masih belain suami lo? Setelah semua bukti ini lo mau menyangkal seperti apa lagi? Mereka berdua punya hubungan, Ya." Babas menarik tanganku hingga foto tersebut terlepas. "Ingat waktu gue datang ke cafe apartemen lo? Gue cerita kalau punya urusan di obgyn? Foto ini gue ambil di waktu yang sama, Mia."

Foto yang menampilkan suamiku dan teman wanitanya sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit diketuk-ketuk Babas berulang kali, hingga menimbulkan suara berisik yang cukup membuat teligaku risih. Babas seperti memberi penekanan pada lembar-lembar foto ini.

"Waktu itu gue lihat mereka berdua nunggu di obgyn, gue pikir itu cuma kebetulan aja, karena gue yakin suami lo nggak sebangsat itu buat selingkuh. Tapi ketika gue lihat mereka barengan untuk yang kedua kali waktu di Pangandaran, menurut lo apa reaksi yang bakal timbul di pikiran gue, Ya?"

"Nggak, Bas. Nggak. Foto-foto ini nggak benar. Gue yakin lo cuma mengada-ada. Evelyn cuma teman Jeffrey, Jeffrey kasih bantuan aja, selebihnya nggak ada. Hubungan mereka cuma teman, Bas."

"Lo yakin, Ya? Menurut lo apa yang akan dilakukan orang setelah duduk di ruang tunggu obgyn? Main uno sama dokter?"

"Mereka nggak kayak gitu, Bas! Mungkin Evelyn lagi sakit dan Jeffrey anterin. Dia lagi punya masalah, sakit atau apalah."

"Atau karena wanita itu hamil!"

"Bas!" teriakku kencang.

Setelahnya hening menyelimuti kami sesaat, tetapi tiba-tiba tangisku memecahnya perlahan. Demi semua yang aku miliki, aku sangat tidak percaya dengan semua tuduhan Babas kepada Jeffrey. Meski dalam hati kecilku seketika timbul rasa takut dan tanda tanya besar. Apa benar Jeffrey pergi bersama Evelyn mengunjungi dokter kandungan. Namun untuk apa?

MIAMOR | SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang