41 - Dalang Yang Sebenarnya

13 3 0
                                    

Manusia mencintai dan melindungi miliknya dengan cara yang berbeda-beda, dan terkadang, cara itu justru menyakitkan.

*****
Seorang wanita tua dengan pakaian mewah terlihat gelisah di pintu kedatangan bandara.

Seseorang yang ia tunggu sejak tadi sama sekali tak menampakkan batang hidungnya, berkali-kali Oma Heyna mencoba menghubungi orang itu, tetapi tak mendapat respon apapun.

"Berani sekali mereka mempermainkan ku dengan cucuku, begini yang mereka sebut akan membahagiakan Yuki, sama sekali tak pantas disebut orang tua," omel Oma Heyna dengan pandangan tak lepas dari ponselnya.

"Halo, jemput saya di bandara, dan suruh yang lain untuk mencari keberadaan Luthfi. Rumah, tempat kerja, tempat nongkrong, pokoknya temukan dia segera!!" Oma Heyna mematikan ponselnya dan melangkah kesal keluar dari bandara.

*****

"Bagaimana dengan pencariannya?" Oma Heyna yang sudah berada di mobil, menatap pria berstelan jas hitam yang duduk di depannya.

"Masih dalam perncarian Nyonya, akan segera ditemukan."

Oma Heyna menghela nafas lelah, ia menatap jalan yang dilaluinya dari jendela yang masih tertutup. "Apa anak itu berubah pikiran dan tidak ingin membantuku membawa Yuki?" Gumamnya.

Masih mendunga-duga keadaan apa yang terjadi, Oma Heyna tersadar ketika mendapat pesan di ponselnya. Buru-buru ia mengecek.

Luthfi

Maaf Oma saya tadi ada sedikit pekerjaan, apartemen saya di Royal Apartmen jalan Topaz Raya.

Oma Heyna tersenyum ketika membaca pesan itu, rupaya dugaanya salah.

"Perintahkan yang lain untuk berhenti mencari, alamatnya sudah ditemukan, ke jalan Topaz Raya sekarang," titah Oma Heyna.

Pria berjas itu hanya menganguk dan kembali fokus pada jalan.

*****

Di ruang tamu minimalis apartemen Luthfi, keempat cowok itu hanya bisa menatap iba Yuki yang tak hentinya menangis.

Mereka bahkan tak tidur semalaman, setelah menonton video yang direkam oleh Brama dan Halia. Mereka bahkan tak sadar jika sudah menjelang fajar.

Yuki bahkan masih sesegukan sejak tadi, Arka dan Aldo bahkan bergantian membujuk Yuki, tetapi tangisan gadis itu tak kunjung reda.

Perasaan Yuki benar-benar hancur sekarang, hancur sehancur-hancurnya. Bukan karena marah, tetapi karena merasa sangat bersalah, kalaupun ia ingin marah, ia hanya bisa marah pada dirinya sendiri yang begitu egois.

Yuki sadar, bukan hanya dirinya yang terluka di sini, semuanya terluka, dan hanya karena ia baru mengetahui semuanya, dengan bodohnya ia justru berpikir bahwa hanya dirinyalah yang menjadi korban.

Yuki ingin marah, ia ingin memaki diri sendirinya. Ia ingin merutuki segala perbuatannya tadi yang semakin menyakiti hati orang tuanya.

Rasanya semakin sakit mengetahui bahwa alasan orang tuanya melakukan ini semua adalah tak lain untuk kebaikannya, meski dari awal cara ini memang tetap menimbulkan luka.

Dua Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang