1 - Ketidaksengajaan

457 64 54
                                    

Pertemuan tak terduga biasanya sulit untuk dilupa


13 April 2020, 21:56

****
Seorang gadis berambut sebahu tengah berlari dengan tergesa-gesa. Poninya terlihat berantakan, sesekali ia berhenti sambil menghirup udara dalam-dalam.

Ia lagi-lagi terlambat ke sekolah, dan bisa dipastikan kali ini ia tak akan lolos dari hukuman.

Vanidda Ayuki, gadis cerdas dalam hal apapun terkecuali menyangkut hal hitung-menghitung. Ia sama seperti beberapa remaja seumurannya, begitu benci dengan hitung-hitungan karena tak dapat menaklukkan rumusnya.

Itu sebabnya ia menjadi anak IPS, meskipun begitu, ia tetap harus berhadapan dengan segala rumus Ekonomi. Meski tak begitu rumit, tetapi cukup mampu membuat isi kepala berputar-putar.

Jika dikatakan murid teladan, sepertinya tidak juga. Buktinya sekarang ia terlambat, begitupun dengan dua hari sebelumnya.

Semenjak ia selalu begadang karena membaca cerita di sebuah aplikasi, ia selalu kesiangan dan berakibat dengan telat sekolah.

Yuki menatap jam biru muda di pergelangan tangannya, pukul tujuh lewat sepuluh, pasti Bu Tania sudah mengabsen sekarang.

Yuki menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya, ia menatap kedepan. Setelah pembelokan di depan, kelasnya ada di ujung. Ia tak boleh semakin mengulur waktu atau toilet sekolah menunggunya.

Yuki mulai berlari lagi, tetapi tiba-tiba ....

Brukk

"Aduh!!" Pekik Yuki, kepalanya terasa pening, seperti habis menabrak sesuatu yang begitu keras.

Ia terdiam sejenak, mengumpulkan kesadaran. Setelahnya ia menatap sepasang sepatu hitam di depannya.

Ternyata yang ia tabrak seorang manusia, Yuki pikir itu tembok berjalan.

"Minggir."

Cowok? Yah itu suara seorang cowok, terdengar begitu dingin.

Yuki sengaja diam, berharap orang yang menabraknya itu masih punya hati untuk sekedar membantunya berdiri.

"Gue mau lewat," Ucap cowok itu sekali lagi.

Yuki mengerutkan kening, ia berdiri dan membersihkan roknya. Lalu mendongak pada cowok yang lebih tinggi darinya itu.

"Lo! Lo manusia apa bukan sih? Udah nabrak bukannya minta maaf!"

Cowok itu memiringkan kepalanya mendengar omelan Yuki, ia tersenyum miring. "Punya mata kan?" ucapnya dengan menyeringai.

Yuki menatapnya dengan sorot murka, berani-beraninya cowok itu bermain-main dengan seorang Yuki.

"Awww!! Duh..aduh!!" Pekik cowok itu sambil mengusap-ngusap betisnya setelah sepatu kesayangan Yuki mendarat di tulang keringnya.

"Rasain!! Dasar cowok aneh!!"

Yuki berlalu meninggalkan cowok itu yang masih meringis, membuang-buang waktunya saja.

Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin Tuhan masih menciptakan manusia modelan begitu.

*****

"Vanidda Ayuki?"

"Hadir bu!" Tepat saat namanya disebut dalam absen, Yuki tiba di pintu kelas.

Membuatnya begitu bersyukur karena orang tuanya memberinya nama dengan awalan huruf yang hampir paling akhir.

"Yuki, yuki, sudah yang keberapa kali?" Bu Tania geleng-geleng melihat tingkah muridnya itu.

"Hehe, maap bu, tadi Yuki nolongin kucing di jalan," ucap Yuki dan menyengir.

Dua Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang