34 - Ini Takdir Atau Kebetulan

19 4 0
                                    

Selalu ada pesan yang selesai tertulis, tapi tak pernah terkirim.

*****
Pagi-pagi sekali, terlihat tiga orang cewek sedang berdiri di depan pagar sekolah.

Sang cewek dengan rambut sebahu yang digerai memainkan ponselnya dengan tenang.

Si cewek bertubuh lebih pendek dari kedua temannya terlihat sibuk mengunyah snack yang entah sudah yang keberapa.

Sementara itu, si rambut panjang yang dikuncir terlihat gelisah. Ia menyorotkan matanya tajam kedepan sembari bersedekap dada.

Merasa kurang pas, ia pun menghentak-hentakkan sebelah kakinya. Berkali-kali ia mengubah posisi berdirinya, tetapi selalu merasa ada yang kurang.

"Mela! Lo bisa diem nggak sih?" Ucap Aurel kesal, ia sungguh jengah melihat sahabatnya satu itu.

"Perasaan gue nggak pernah ngomong deh," protes Mela.

"Yah tapi gue pusing liat lo kek cacing kepanasan tau nggak!"

"Yah kan gue lagi berusaha untuk terlihat sangar gitu."

"Yah tapi nggak gitu juga dong!"

"Diem! Kalian berantem terus, liat nih udah mau jam tujuh, tapi sih manusia kaku tuh belum nongol juga." Ifi pun bersuara setelah lelah mendengar perdebatan tak berfaedah sahabatnya itu.

"Apa nggak dateng kali yah?"

"Lah, terus gimana caranya kita mau selesain masalah ini kalau tuh bocah nggak pernah nongol."

"Eh itu Marcel, coba tanya dia!" Tunjuk Mela setelah melihat Marcel yang baru turun dari motornya.

Ketiganya pun berlari ke arah parkiran.

*****

"Marcel! Wait wait!!" Teriak Mela.

Merasa namanya dipanggil, Marcel menoleh dan mendapati ketiga cewek teman kelasnya yang berlari ke arahnya dengan ngos-ngosan.

Marcel menatap mereka bingung. "Kenapa, gue tahu kalau gue itu putih, tapi nggak usah pake teriak-teriak white segala lah," ucapnya sombong.

Ketiga cewek di depannya kompak memutar bola mata malas.

"Wait yah! W.a.i.t, artinya tunggu, nggak usah sok putih, lo cuma modal nama bule, aslinya juga pedalaman yang jaringannya baru bagus kalau naik gunung!" Ucap Aurel kesal.

Ifi dan Mela hanya kompak terkikik mendengar nyinyiran sahabatnya itu.

"Yaelah, galak amat sih," ucap Marcel cemberut.

"Gue cuma nanya sama lo, teman lo si es berjalan itu kemana?" Tanya Ifi to the poin.

"Es berjalan? Oh Arka?"

"Yah siapa lagi es berjalan yang brengsek udah nyakitin sahabat gue."

"Dia sakit." Ucap Marcel dengan raut wajah sulit di artikan.

"Sakit apa?" Tanya Aurel.

"Baguslah, ternyata karma bekerja begitu cepat yah guys!" Ucap Mela tertawa.

Dua Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang