20 - Dua Kurcaci yang Bertemu

35 16 6
                                    

Rasa sayang dan peduli itu sejatinya ditunjukkan, bukan hanya diucapkan semata.

18 Mei 2020, 19:58

*****
Hari sudah mulai petang, matahari perlahan hilang di ufuk barat menyisakan cahaya berwarna oranye di langit.

Arka masih terus menenangkan gadisnya yang masih seseggukan itu, ia tak pernah melepaskan genggamannya. Arka yakin jika Yuki benar-benar shock atas kejadian tadi.

Arka menghentika mobilnya, ia menatap Yuki. "Mau langsung pulang?" Ucapnya sambil tersenyum.

Yuki balas menatapnya, ia hanya menganguk dan balas tersenyum.

Arka mengacak-ngacak rambut Yuki. "Manis banget sih," ucapnya seolah-olah greget, Yuki hanya terkekeh melihat tingkah cowok di sampingnya itu.

"Nah gitu dong senyum, kalau mukanya ditekuk gitu keliatan bukan Yuki banget."

"Emang Yuki gimana?"

"Setau aku nih, Yuki itu anaknya heboh, ceria, dan nggak bisa diem, paling penting nih yah, dia pedenya selangit," ucap Arka dan terkekeh geli.

"Giliran ngejek pacar aja baru ketawa," cibir Yuki.

"Ushh, gemesnya Manusia ribetku." Arka mencubit pipi Yuki.

"Ahh basi, aku ngambek!" Rajuk Yuki.

"Masa?" Goda Arka lagi.

Yuki melototinya tajam.

"Nggak deh, becanda. Meskipun Manusia ribetku kayak gitu, tapi kan cuman dia yang selalu di hati," ucap Arka mendramatis.

"Dih bucin!"

"Serius yang, kamu tahu kan aku nggak pernah pacaran, kamu satu-satunya," tambah Arka.

Yuki menoleh lagi ke arah Arka. "Garing gombalannya," ucap Yuki sambil menahan senyum.

Arka yang melihatnya seperti ingin tertawa sekencang mungkin.

"Uhh ... sini, sini peluk dulu." Arka menarik Yuki lebih dekat dengannya dan memeluk gadisnya itu.

Yuki memanyunkan bibir tetapi dalam hati ia begitu bahagia.

Virus bucin telah benar-benar merasuki Arka yang dingin hingga jadi sealay ini.

Tapi Yuki menyukainya.

"Ki, badan kamu kok anget?" Arka melepas pelukannya, ia memeriksa kening Yuki.

"Nggak papa Ka." Yuki melepas tangan Arka dari keningnya, kepalanya memang sedikit pusing, tapi Yuki pikir ia mungkin hanya kecapekan.

"Nggak boleh gitu, kalau ini DBD gimana?"

"Jauh banget sih pikirannya."

"Sekarang itu lagi maraknya penyakit DBD Ki, kamu nggak nonton di tv, udah banyak yang kena," ceramah Arka.

"Tapi~"

"Nggak ada tapi-tapian, pokoknya kita ke dokter sekarang!" Arka mulai menyalakan lagi mobilnya.

"Ihhh, padahal nggak papa juga!" kesal Yuki, ia paling malas jika menyangkut masalah dokter dan rumah sakit.

Dua Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang