31 - Hidup Baru

20 3 0
                                    

Air mata tidak keluar saat kamu merindukan seseorang. Tetapi air mata keluar saat kamu tidak ingin merindukan orang itu.

18 September 2020

*****
Seorang cowok dengan pakaian serba hitam terlihat berjalan gontai disore hari itu.

Langkahnya terhenti di samping sebuah pusara dengan nama Tania Adisya yang terukir indah di nisannya.

Ia meletakkan setangkai bunga edelweis di atas pusara tersebut, kemudian berjongkok dan mulai berdoa.

Selesai berdoa, ia mendongak pada langit yang terlihat mendung hari itu. Seakan mengerti dan mengikuti keadaanya hatinya.

"Assalamuaikum mah, Arka datang," ucapnya kemudian.

"Arka bawain bunga kesukaan mama."

"Mama apa kabar, kalau di sini baik, selalu baik, terkecuali Arka yang mulai hari ini tak akan pernah merasa baik."

"Mama ingat, waktu mama pergi Arka rasanya ingin mati juga, setelah Arka mampu bangkit dan hidup lagi, seseorang kembali meninggalkan Arka mah, dan rasanya Arka akan mati lagi."

Tanpa terasa, bulir-bulir air mata mulai membasahi pipi Arka. Seiring dengan langit yang mulai meneteskan airnya.

"Semuanya sakit mah, bahkan sangat sakit. Menyaksikan orang-orang yang kita sayang pergi."

Arka kembali mengingat bagaimana Yuki pergi tadi pagi di bandara.

Mirisnya ia hanya bisa menyaksikan itu semua di kejauhan, tanpa bisa mengucapkan salam perpisahan ataupun kata maaf.

Arka merasa dirinya sangat jahat, tetapi harus bagaimana lagi, mungkin takdirnya yang selalu salah.

Arka benci dengan semua keadaan ini, tapi suka tak suka ia harus bisa belajar menerima semuanya.

"Mah, Arka nggak ngelakuin kesalahan kan mah? Ini pilihan yang tepat kan?" Suara Arka semakin parau dengan tak hentinya air matanya jatuh.

"Arka takut menyesal mah, Arka sayang sama Yuki, tapi Arka nggak tahu harus bagaimana sekarang?!"

Arka frustasi, segala hal terus saja berputar-putar di otaknya. Bagaimana sekarang ia dapat menjalani harinya tanpa Yuki, apa mungkin ia sanggup?

Arka semakin menunduk, membiarkan tubuhnya basah dengan guyuran hujan yang mulai deras, dan pikirannya yang tak pernah teralihkan dari sosok Yuki.

Cukup lama Arka berdiam di posisinya, hingga tangisnya mulai mereda, tetapi hujan tak kunjung berhenti, justru semakin bersemangat mengguyur bumi.

Biasanya Arka akan bahagia saat hujan turun, tapi kali ini berbeda, meski begitu, hujan kali ini sangat sesuai dengan suasana hatinya, yang terasa hampa, hitam dan penuh air mata.

*****

Amsterdam, Belanda

Belanda. Memiliki banyak nama julukan, salah satunya sering juga disebut dengan Negeri Kincir Angin. Yang mempunyai enam puluh delapan persen populasi bungan tulip dan lili. Meski begitu, bibitnya tidak diproduksi di sana, melainkan didatangkan dari Turki.

Dua Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang