Rasa sedih yang menumpuk, perlahan-lahan berubah menjadi amarah yang menakutkan. Karena itu, lepaskan yang seharusnya lepas.
*****
Setiap masalah yang terjadi bukanlah suatu hal untuk menyulitkan, melaikankan semuanya adalah proses pendewasaan.Ketika masalah itu tak menemui ujung terang, bisa jadi kamu yang tak mau menerima kenyataan. Ada baiknya, belajar mengerti.
Setiap hal yang terjadi, tidak hanya kamu yang berada di sana. Ada banyak orang disekelilingmu, bisa jadi mereka merasakan hal yang sama seperti bebanmu, atau munkin jauh lebih berat.
Jangan terlalu pesimis dengan hidup.
Kadang, orang-orang hanya melihat betapa sakitnya lukanya, lalu marah pada semua orang sebab mereka tak mengerti. Tapi, pernahkah kamu berfikir dengan perasaan orang-orang tersebut, bisa jadi mereka pun merasakan hal yang sama.
Jangan selalu merasa paling menderita, semuanya akan kembali baik-baik saja. Karena terkadang, semuanya hanya buruk dalam pikiran saja .
*****
Yuki menatap rumit cowok di depannya, bagaiman bisa cowok itu tahu Yuki berada di sini. Ah, Yuki lupa, bukankah tempat ini adalah favorit mereka dulu.
Hanya dengan mengingat kenangan itu saja, hati Yuki yang sembuhnya belum seberapa, kembali dihancurkan.
Yah, lagi dan lagi. Cowok di depannya itu memberinya masalah, masalah yang tak kunjung berakhir. Anehnya, setelah mengetahui semua yang terjadi, kini Yuki tak lagi sedih, meski perasaanya sempat bercampur-aduk.
Hatinya seperti sudah mati rasa, sudah terlalu sakit, hingga sekarang rasanya sudah bebal. Satu-satunya yang Yuki rasakan saat ini adalah marah. Ia benar-benar marah dan bahkan ingin memaki semua orang telah membohonginya selama ini.
Mereka semua kejam, begitu kejam pada Yuki. Saat dirinya mulai kembali merasakan 'hidup', kenapa kembali menyerangnya. Yuki bahkan berharap tak perlu mengetahui semua kenyataan ini. Yuki telah mengikhlaskan segalanya, ia perlahan mulai menjalani hidupnya dengan baik. Tapi, sekali lagi semuanya dihancurkan.
Mirisnya, dalang dari penghancuran hidupnya adalah semua orang yang dicintainya.
"Kamu ngapain di sini, mama udah sadar, dia mau ketemu kamu."
Yuki mengalihkan pandangannya saat melihat Arka tersenyum.
"Mama?" Beo Yuki dengan tawa meremehkan, "wah lo ternyata udah punya mama, selamat yah, kalau gue sekarang udah nggak punya siapa-siapa nih."
"Yuki!" Tegur Arka.
Yuki bangkit dari duduknya, matanya menatap nyalang cowok di depannya itu.
"Gimana rasanya punya mama Ka, yah pasti enak dong, secara kan lo pasti selalu diperhatiin, dimanjain. Yah, kalau gue sekarang sih harus belajar sendiri, setelah semua orang nikam gue dari belakang, bukannya terlalu bodoh untuk tetap tinggal bareng mereka lagi." Setelah berjalan ke pinggir bukit, Yuki berbalik menatap Arka dan tersenyum, tetapi bukan senyum seperti biasanya.
"Maksud kamu apa sih Ki?!" Arka melangkah dengan kesal mendekati Yuki.
"Hei, hei, hei, kok lo ngegas sih? Kita baru ketemu setelah beberap bulan loh, lo nggak nanyain gitu kabar gue, kabar cewek yang lo campakkan saat mamanya meninggal, dan sekarang cewek itu ditinggalkan oleh semua orang, sendirian." Yuki dengan cepat mengubah ekspresinya ketika berbicara, sesaat ia menatap dingin, lalu tersenyum licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi (TAMAT)
Teen FictionBagaimana rasanya saat dihadapkan pada dua orang yang sama-sama berarti untuk hidupmu. Siapa yang akan kamu pilih saat diharuskan memilih? Ini tentang bertemunya tiga orang manusia dalam cinta yang sama. Yuki harus dihadapkan pada mantan kekasih yan...