Terkadang, gadis biasa saja yang selalu ceria, lebih menarik daripada gadis cantik yang tidak pandai tersenyum.
14 April 2020, 11:55
*****
Setelah perjalanan beberapa menit, Arka menghentikan mobilnya di sebuah bukit.
Arka turun lebih dulu dari mobil lalu disusul oleh Yuki.
Keduanya tak ada yang memulai percakapan, seperti masih tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Yuki sendiri masih takjub dengan keindahan alam yang ia lihat. Bukit itu dipenuhi rerumputan hijau yang tak terlalu tinggi, hanya ada satu pohon di bukit itu dan terlihat sangat rimbun.
Angin sepoi-sepoi yang berhembus menambah rasa damai dalam hati Yuki, baru kali ini ia merasa sangat tenang di suatu tempat selain kasurnya.
Yuki menoleh kesamping, ia tak mendapati Arka yang tadi berdiri di sampingnya. Setelah memutar pandangan, ia menenemukan Arka yang sudah berbaring di bawah pohon.
Yuki menghampiri Arka. "Main tinggalin aja sih lu," ucap Yuki.
"Sini." Arka menepuk-nepuk tanah yang dilindungi rumput di sampingnya.
Yuki menurut, ia duduk di samping Arka yang masih terlentang dengan tangan sebagai bantal.
"Emm... lu sering kesini Ka?" Tanya Yuki.
"Nggak sering-sering amat, cuman pas butuh nenangin diri aja," jawab Arka, ia memejamkan matanya seolah-seolah tertidur.
"Tempatnya bagus, gue suka." Yuki tersenyum memandangi pemandangan di sekitarnya.
"Bagus deh kalau lu suka."
"Emangnya... lu mau ngomong apa sih Ka?" Tanya Yuki, ia tak lupa alasan Arka mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu.
Arka terdiam sejenak lalu bangun, ia duduk dan memandang lurus kedepan.
"Ki, menurut lu apa arti orang tua?" Tanya Arka tiba-tiba.
"Orang tua, menurut gue sih mereka itu segalanya-galanya," jawab Yuki, ia menoleh dan menatap Arka, "memangnya kenapa sih Ka?" Tanya Yuki.
"Ki, lu tau kan mama gue udah meninggal. Bahkan meninggalnya belum cukup satu bulan." Arka balik menatap Yuki.
Yuki hanya diam menunggu Arka melanjutkan bicaranya.
"Lu tahu Ki, papa gue mau nikah lagi" Arka menunduk, tak sanggup menyembunyikan kesedihannya lagi.
Yuki mendekat dan menepuk-nepuk bahu Arka, ia tak tahu ternyata cowok itu mengalami banyak masalah.
"Bahkan, tahlilan 40 hari mama belum dilaksanain Ki, tapi papa gue udah mau nikah lagi." Tak terasa air mata mulai jatuh membasahi pipi Arka, katakan bahwa ia cengeng, tapi posisinya saat itu memang benar-benar menyakitkan.
Yuki merangkul bahu cowok itu, berharap ia bisa sedikit menenangkannya.
Salahkan pula jantungnya saat ini yang sedang berjoget ria. Tuhan, ini bukan waktu yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi (TAMAT)
Teen FictionBagaimana rasanya saat dihadapkan pada dua orang yang sama-sama berarti untuk hidupmu. Siapa yang akan kamu pilih saat diharuskan memilih? Ini tentang bertemunya tiga orang manusia dalam cinta yang sama. Yuki harus dihadapkan pada mantan kekasih yan...