35 - Jaga Dia Baik-Baik

18 4 0
                                    

Harta terbesar seorang kakak laki-laki adalah adik perempuannya.

*****
"Dari mana saja kamu, enak banget yah seenaknya aja main keluyuran!!" Seorang wanita dengan dandanan super mewah terlihat mengomel-ngomel dengan kesal.

"Aku nggak keluyuran Tan, aku dari kuliah," ucap cowok itu.

"Aldo! Kamu ini alasannya selalu saja seperti itu. Kuliah, kuliah, kuliah, tapi nggak lulus-lulus juga!"

"Aldo kan memang baru semester tiga Tan."

"Alah! Kamu banyak sekali alasannya, ingat yah Do, kamu ini cuma anak pungut, jadi jangan banyak gaya!!"

"Cukup Dania!!"

Oma Heyna yang mendengar teriakan Dania segera menyusul ke ruang tamu.

Ia tahu betul, anaknya itu tak pernah menyukai Aldo.

"Kenapa mah? Nggak usah dibela, ini semua kenyataan."

"Dania, mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk merendahkan orang, Aldo adalah bagian dari keluarga kita, dia cucu mama sama seperti Yuki!"

"Cucu mama? Sejak kapan mama punya cucu anak jalanan yang nggak punya uang?"

"Dania!!" Amarah Oma Heyna benar-benar sudah tak dapat ia tahan.

"Hahahahaha!!"

Baru saja Dania akan membalas teriakan sang mama, mereka semua dikejutkan oleh kehadiran Brama yang tiba-tiba tertawa geli.

"Aduh, lucu sekali perdebatan ini, hahaha!!" Brama bertepuk tangan sembari berjalan mendekati tiga orang di depannya.

Semua orang menatap heran Brama, apa yang menurutnya lucu?

"Mama, mama, mama bilang apa tadi? Mama nggak pernah mengajarkan anak mama untuk merendahkan orang. Yah, yah, itu memang benar. Tapi, pernahkan mama menerapkan itu semua pada diri mama?!"

"Apa maksud kamu Bram?" Tanya Oma Heyna.

"Mama, nggak usah pura-pura nggak ngerti lah, mama itu selalu menyanjung tinggi nilai-nilai yang selalu mama ajarkan pada anak cucu mama, tetapi mama sendiri yang suka merendahkan seseorang karena melihat mereka tak mampu!! Apa mama pantas menasehati kami sedangkan sikap mama seperti itu?!" Brama semakin mengeraskan suaranya, hingga beberapa pelayan keluar karena terkejut.

Tak biasanya Brama kehilangan kendali seperti ini, setiap ia marah, ia selalu bisa mengontrolnya, terutama pada sang mama, tetapi kali ini rasanya ia perlu mengeluarkan semua isi hatinya.

Yuki yang sejak tadi mengintip mereka di balik pintu masuk rumah ikut terkejut mendengar papanya yang berteriak marah.

Selama ini Yuki tak pernah melihat papanya semarah itu, semuanya terlihat begitu terkejut.

Yuki memberanikan diri masuk, ia perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi.

*****

"Pah, Oma, ada apa? Kenapa marahnya sampai teriak-teriak gitu?!"

Semua orang kembali terkejut melihat kedatangan tiba-tiba Yuki.

Dua Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang