21 - Makna Persahabatan

46 12 6
                                    

Sahabat bukan berarti tak pernah melakukan kesalahan. Seorang sahabat
justru menerima, memaafkan, dan menjadikan masalah itu sebuah
pelajaran.


25 Mei 2020, 15:57

*****
Hai, apa kabar?

Pasti kalian semua baik, hehe, semoga aja.

Gue nggak mau lagi ngejelasin hal kemarin, biarin semua itu hilang secara perlahan.

Gue cuma mau ngomong, gue benar-benar sedih. Persahabatan kita selama ini ternyata nggak seperti yang gue bayangin, semuanya belum sedalam apa yang gue rasakan, buktinya ... semuanya tumbang seketika saat sebuah angin menerpa, padahal ... itu hanya angin, lalu bagaimana jika sebuah badai? Kurasa kita benar-benar akan saling melupakan.

Gue cuman nyayangin aja, kepercayaan yang kita bangun selama ini rusak hanya karena ... ah sudahlah, itu sudah tak penting lagi. Tapi, seperti apapun keadaanya nanti, gue tetap selalu jadi sahabat kalian, dan kalian akan selalu jadi hal terindah di hidup gue. Gue nggak nyangka semua jadi gini, padahal kemarin semua baik-baik aja, haha ... tapi begitulah hidup. Yang jelas, gue selalu sayang kalian apapun yang terjadi.

Salam manis, Vanidda Ayuki:)

Aurel meletakkan kertas yang telah ia baca di meja, perlahan ia menatap kedua sahabatnya, entah sejak kapan air mata mereka sudah membasahi pipi masing-masing.

Ketiganya tak ada yang berbicara, seolah tenggelam dalam pikiran masing-masing, entah menyesali hal kemarin atau kemungkinan lainnya.

Aurel menutup wajahnya dengan tangan, ia mulai sesegukan. "Ini semua ... salah gue," ucapnya parau.

"Gue nggak percaya sama Yuki, gue justru nuduh dia." Aurel kian histeris.

Ifi mendekati sahabatnya itu, merangkul bahunya. "Jangan gitu dong Rel, ini semua salah kita, semuanya kesalahpahaman." Entahlah, tapi melihat Aurel yang histeris tangis Ifi pun semakin kencang.

"Gue yang lebih salah di sini, gue yang udah ngata-ngatain Yuki." Mela menghapus air matanya kasar. "Kita udah bener-bener jahat."

"Setidaknya semuanya belum terlambat, kita masih bisa memperbaikinya." Ifi menatap kedua sahabatnya meyakinkan.

Mela mendekat dan memeluk keduanya "Gue rindu saat kita berempat."

Di pintu kelas, seorang cowok menatap mereka dan tersenyum.

Arka mengingat saat kemarin Yuki kembali menangis sebab mengingat sahabatnya.

Lalu terbesit ide dan Yuki mulai menulis seluruh unek-unek dalam hatinya, Arka memberikan tulisan itu pada sahabat Yuki, ia bersyukur setidaknya surat itu meyakinkan mereka bahwa Yuki merindukannya.

Arka berjalan ke toilet, sudah hampir seminggu Yuki tidak masuk sekolah, ia benar-benar kesepian.

Arka yang hendak membuka pintu toilet terhenti saat mendengar keributan.

"Tepati janji lu," ucap seorang cowok.

"Gimana yah ... menurut gue, lu itu nggak lebih dari sebuah alat."

Dua Sisi (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang