Extra Part 1

358 30 10
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Rindu itu berat. Tapi, ada yang jauh lebih berat; gendong kamu sambil bawa Racha."
-Raga-

🌸🌸🌸

    Suara canda tawa berbaur menjadi satu. Terasa merdu di telinga dan menjadi penghangat malam perpisahan. Bahkan, sampai saat ini waktu menunjukkan pukul setengah duabelas malam, suara-suara itu masih saja terdengar. Taman belakang rumah Raga kali ini dipenuhi anak Geng Batam dan Geng Tiger yang tadinya saling membenci namun kini dipaksa berada dalam satu tempat yang sama. Mereka tampak bahagia dan mencoba memeriahkan acara bakar-bakaran khusus keluarga Mahaprana karena besok Jiwa akan ke Jogja untuk melanjutkan study di sana.

    "Sosisnya panjang, ya," celetuk Rian membuat semua anak Batam yang ada di sana menatapnya horor.

    Rian memutar bola mata jengah. "Sosis ini!!" lelaki itu mengangkat sosis yang baru saja dia lumuri mentega dengan tinggi, "otak lu semua kenapa sih?! Heran gua."
Rian menahan tawa dan kembali melanjutkan kegiatannya.

    "Yeee kita mah tahu otak lo emang ngeres, Nyet!" Doni menempeleng kepala Rian.

    Rian menepis tangan Doni. "Apa sih!"

    "Tahu, pake alesan segala." Geral membolak-balik sosisnya yang sedang di bakar.

    Rian mencibir dan menggigit sosisnya yang masih panas. "Eh, anjir!"

    "Makannya, makan tu pake mata."

    Rian tergelak. "Makan ya pak mulut, No!"

    Vino mengedikkan bahunya saat mereka memandangnya aneh. "Ya pake mata juga. Liat-liat dong itu sosisnya masih panas atau enggak."

    Rian mesam-mesem lalu menoel dagu Vino. "Aish, perhatian amat sih Babang Vino. Pantesan Kyana klepek-klepek."

    "Ya, iyalah. Masa klepek-klepeknya sama lo yang gaje."

    "Eee, sekate-kate."

    Anak Geng Batam lainnya bersiul-siul dan ikut menggoda Vino.

    "Pepet terus, No."

    "Hooh, gue liat dia akhir-akhir ini sering pulang bareng Aldi."

    Vino mendengus keras. "Bodoh amat," kata lelaki itu penuh penekanan dan beranjak dari sana. "Mending sama anak Tiger. Di sini nggak asyik."

    "Etdah buset, ngatain dia?"

     "Wahhh. Penghianat!"

    "Sekarang lo udah nggak straight, ya!"

    "Najis. Bahasa lu, Don!" Geral menampol bibir Doni.

    "Tahu tuh, jangan-jangan dia yang nggak straight."

    "Hahaha, gue kemarin aja ngeliat Doni melototin tukang parkir sampai ngiler."

    "Fitnah!" Doni memelototi Rian dan Hamdan sebelum menyikut perut Geral  dan membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.

    "Eeh, malah berantem." Candra memisahkan Doni dan Geral yang sikut menyikut, tampol menampol. Lalu, fokus lelaki itu kembali pada Vino yang masih asyik berdiri di tempat dengan mata mengamati teman-temannya. "Ente Mau ngapain emangnya ke sana? Ente nggak liat mereka dari tadi mandang kita remeh?"

    "Hooh. Kau lebih memilih dia dibandingkan kita-kita?" Burhan mengusap sudut matanya pura-pura menangis.

    Rian yang asyik memakan sosisnya yang sudah tidak panas menimpali, "Iya, No. Lu sekarang udah nggak setia kawin?"

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang