64. Waktu yang Salah

444 39 9
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Nggak sempat memiliki, namun merasa terganti."
Budi Prasetiyo, twitter

🌸🌸🌸

    Mobil Jiwa melaju beriringan dengan cerita yang meluncur mulus dari bibirnya. Awalnya, Jiwa hanya mengucapkan beribu maaf sambil menatap Echa penuh penyesalan.

     "Gue bener-bener minta maaf, Cha.... Gue mohon maafin gue, ya. Waktu itu gue harus memposisikan diri jadi dua sosok. Gue bingung. Gue harus milih jadi kakak yang pengen adiknya bahagia atau seorang laki-laki yang lagi jatuh cinta," katanya lemah.

     "Gue..., bener-bener bingung waktu itu." Jiwa mendesah frustrasi.

    "Gue bener-bener minta maaf udah bikin lo sedih dan sakit hati. Tapi, Cha, gue serius kalau gue suka sama lo. Gue nggak bohong soal itu."

    "Tragisnya, sehabis gue pulang dari rumah lo, Raga marah tahu gue suka sama lo, Raga takut lo lebih milih gue karena Raga tahu lo suka sama gue. Kebawa emosi, dia gebukin gue, dia ngata-ngatain gue dan buat gue sadar kalau gue udah keseringan ngambil kebahagiaannya. Hari itu dia bikin gue mikir berulang kali untuk jadi apa. Dan akhirnya, gue ngalah, Cha. Gue milih jadi Kakak yang baik buat Raga."

    "Dari dulu, Cha. Dari dulu gue selalu pengin Raga liat keberadaan gue."

    Jiwa tersenyum tipis. "Dan sejak gue ngelepas lo, dia jadi nganggep gue."

    Echa menoleh, menatap Jiwa yang sedang menatapnya. Beruntung, jalanan lenggang. Jadi, tidak bahaya jika Jiwa dengan leluasa menatapnya seperti itu.

    "Jiwa salah."

    Jiwa tertegun. "I-iya gue tahu gue salah, apa yang gue lakuin nggak sepenuhnya bener. Gue bener udah relain lo buat Raga dan gue salah karena-"

    "Raga berubah bukan karena itu."

   Jiwa menepikan mobilnya di pinggir jalan. Setelah dirasa aman, Jiwa mengubah posisi tubuhnya menghadap Echa. "Maksud lo?"

    Echa menggigit bibir bawah. "Raga..., Raga udah tahu Jiwa itu sebenernya siapa."

    Jiwa membeku. Tatapannya berubah resah. "R-Raga tahu dari mana?"

    "Mama Natasha."

     Tangan Jiwa terulur menyentuh punggung tangan Echa. Sedikit tersentak saat telapak tangan yang berkeringat dingin itu menyentuh punggung tangannya. Tapi, karena hal itu Echa sadar, Jiwa sedang dirundung kecemasan berlebih. "Dia tahu apa aja?"

    Echa mengernyit. Tahu apa aja? Memangnya sebanyak apa rahasia Jiwa? "Raga tahu kalau Jiwa anak mantan Suami Mama Natasha, kalian beda Papa. Raga juga tahu tentang masalah Mama Natasha dan mantan Suaminya."

    Jiwa menghela napas panjang. Tangan yang sejak tadi menyelimuti punggung tangan Echa beralih ke stir mobil.

     "Emangnya, ada rahasia lain, ya?"

    Jiwa menoleh dengan cepat, wajahnya memucat. "Nggak bukan gitu," sergahnya. "Maksud gue, dia juga tahu kalau mama papa lebih mentingin gue karena dulu waktu bayi gampang sakit? Bukan cuma itu, mereka lebih sering ngabisin waktu sama gue karena gue sering nanyain keberadaan papa kandung gue. Raga tahu itu?"

     Echa menggeleng. "Ah, kirain. Maaf, nggak bermaksud kepo. Echa kurang tahu."

    Jiwa tersenyum. "Nggak apa. Kadang, berbagi itu bikin perasaan lebih lega. Nggak salah kalau lo kepo. Gue yang salah, Cha. Maafin gue."

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang