Extra Part 2

394 33 5
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Yang jauh mendekat, yang dekat merapat."

🌸🌸🌸

    "Jiwa jangan nakal-nakal ya di Jogja. Kasian Nathalie."

    "Jangan godain cewek di sana."

    "Jangan jahat juga. Kalau nggak sengaja ada yang nabrak, nggak usah alay minta macem-macem."

     Pelototan Raga membuat gadis yang mengenakan dress merah muda bermotif bunga-bunga dan dilapisi sweater krem itu tertawa geli. Nathalie apalagi, gadis itu sejak tadi sudah melepas tawanya bersama Jiwa, Leon, Natasha, dan Herman.

    "Harusnya 'kan gue yang bilang gitu, Cha." Nathalie menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Matanya melirik malu Jiwa sekilas, sedangkan lelaki itu mengulum senyum.

    "Coba bilang," goda Natasha.

    Wajah Nathalie memerah. "Udah semalem, Ma." Gadis itu menunduk malu.

    Semua yang ada di sana tertawa, kecuali Raga yang sejak tadi mengunci tatapannya pada Echa. Echa yang sadar diamati langsung menatap Raga jengkel dan memberi isyarat untuk sabar dengan mengusap dadanya tiga kali.

    Raga mendengus. "Udah sana buruan pergi," usir Raga pada Jiwa.

    Tawa orang-orang itu lenyap. Mereka menatap Raga yang wajahnya mendadak kaku dengan bingung.

    Natasha mencolek lengan Raga berulang kali. "Bilang aja kamu tu nggak mau kakak kamu pergi 'kan? 'Kan? 'Kan?" Natasha mengerling jail.

    Leon yang berdiri di samping Raga menepuk pundak adik tirinya teratur. "Lo tenang aja, Ga. Masih ada gue. Gue ini apa aja bisa. Jadi, lo nggak perlu khawatir kalau Jiwa pergi," ucap Leon jumawa.

    Raga berdecih. Lelaki itu menepis tangan Leon yang ada di pundaknya. "Najis," desisnya membuat Leon tergelak.

    "Lo sama Kakak sendiri nggak ada hormatnya sama sekali!" Leon menonyor kepala Raga.

    Raga melayangkan tatapan tajamnya pada Leon sebelum memiting leher lelaki itu. "Nih, hormat. Nih!"

    "Mama! Papa! Anaknya KDRT!"

    Natasha menepuk jidatnya. Anak-anaknya itu membuatnya malu karena menjadi bahan tontonan di bandara seperti ini. Dengan perasaan gemasnya, wanita itu menjewer kuping Raga dan menatap anaknya  yang sangat mirip dengan almarhum suaminya itu garang. "Minta maaf nggak?"

    Raga mencebik. "Besok, ya. Pas lebaran," cicitnya.

    Natasha memicikkan matanya. "Sekarang," final Natasha.

    Raga mengehala napas, mencoba menghilangkan rasa gengsinya demi Natasha. Lelaki itu melirik Leon yang sedang tersenyum penuh kemenangan. "Maaf, Yon," lirihnya.

    Echa mengamati Raga dalam diam.

    "Apa? Nggak denger." Leon mengernyitkan dahinya. Wajah lelaki itu terlihat menyebalkan di mata Echa, apalagi di mata Raga.

    Raga menaruh tangan kanannya di bahu Leon, menarik nalas dalam-dalam dan mengeluarkannya sambil meremas bahu kakak tirinya itu. "Maaf, Yon."

    Leon meringis.

    Natasha mencubit tangan Raga yang bertengger di bahu Leon dan menatap kedua anaknya bergantian. "Kamu nggak usah main-main," nasehatnya pada Raga. "Dan kamu juga nggak usah godain adek kamu. Udah tahu adek kamu sensi banget, nggak ada manis-manisnya," katanya pada Leon.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang