49. Siapa Dia?

451 31 4
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Penyesalan selalu datang di akhir."

🌸🌸🌸


  Raga mengulum senyum. Sejak tadi, Echa memilih bungkam dan duduk anteng di sampingnya. Gadis itu hanya mengangguk atau menggeleng saja saat ditanya oleh Natasha.

    "Ciee.... Yang udah baikkan.... Ciee...."

    Echa meringis kecil. Jujur saja, dia jadi malu karena pengakuan Raga tadi.

    "Ck, kok kamu jadi diem aja sekarang?"

    "Lagi gugup dia, Ma," celetuk Raga. Dan seperti dugaannya, Echa masih memilih bungkam. Namun, dia bisa melihat rona merah di pipi gadis itu.

    Natasha terkekeh geli.

    "Raga keluar bentar, ya, Ma. Mau beli sate."

    Natasha tersenyum hangat. Dia merasa sangat senang karena Raga mau menerimanya lagi. "Mama nitip martabak manis, ya?"

    Raga mengangguk kecil. "Iya." Lelaki itu bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan tepat di depan wajah Echa yang menunduk.

    Echa menggigit bibir bawahnya. Gadis itu mendongak dan tersentak kaget saat Raga menarik tangannya begitu saja. "Lama lo."

    Echa mencibir dan bangkit dari duduknya. "Echa keluar dulu, ya, Ma."

    Natasha mengangguk semangat dan tersenyum lebar. "Hati-hati, ya."

    "Iya."

    Raga menarik pelan tangan Echa menuju lantai atas. Aneh, Echa mengeryitkan dahi bingung, begitu juga Natasha. Kenapa Raga malah menuntunnya ke lantai atas? Katanya mau keluar?

    Tapi, gadis dan wanita paruh baya itu tersenyum senang saat tahu maksud Raga.

    "Ji! Lo mau gue beliin apa?! Batu sama semen?!" teriak Raga di pertengahan tangga.

    "...."

    Raga mendengus kesar. "Ji! Lo budek apa gimana?! Lo mau gue beliin apa-"

    "Sate kambing!! Beliin gue sate kambing!!"

    "Hem!"

    Raga menunduk, menatap Echa yang tersenyum lebar di sampingnya. "Gue baik 'kan?"

🌸🌸🌸

    Echa menatap jemarinya yang saling bertautan dengan jemari Raga. Sejak keluar dari kediaman Natasha sepuluh menit yang lalu, Raga belum melepaskan genggaman tangan mereka. Hal itu membuat Echa menyunggingkan senyum. Rasanya, ada yang menggelitik di hatinya saat menatap wajah Raga yang tidak sesuram biasanya. Rasanya, ada yang bergejolak dalam dadanya saat merasakan hangat genggaman tangan Raga. Rasanya, sangat mendebarkan saat mengingat perkataan Raga tadi. Bukan sekedar menyukai, tapi jatuh cinta.

    Senyum Echa semakin lebar. Gadis itu diam-diam mengamati raga yang berjalan di depannya sambil menggandeng erat tangannya. Dilihat-lihat, lelaki itu seakan sudah melepas beban berat di pundaknya, membuat langkah kakinya tidak seberat biasanya.

    "Mau sate ayam atau sate kambing?"

    Echa mengerjapkan matanya beberapa kali, gadis itu tidak mendengar pertanyaan Raga karena asyik dengan pikirannya sendiri. "Ha? Apa, Ga?"

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang