53. Pilketos

395 27 0
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Semua orang pernah melakukan kesalahan. "

🌸🌸🌸

    "....Visi dan Misi saya sebagai Ketua OSIS SMA Pranata tahun ajaran 2019 sampai 2020."

    "Visi. Menjadi wadah bagi siswa untuk mengembangkan segala potensi yang ada sehingga terbentuk siwa yang cerdas, kreatif, dinamis, berprestasi, berakhlak mulia dan menjaga nama baik sekolah menuju sekolah yang unggul di tingkat nasional."

    "Misi. Satu, membentuk karkater pengurus yang cerdas dan solid."

    "Dua, melaksanakan kegiatan yang dapat meningkatkan hubungan positif antar guru dan siswa."

    "Tiga, menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang kondusif dalam belajar, untuk menghasilkan siswa yang berkompetensi dan mandiri."

    "Empat, memaksimalkan peran siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan."

    "Lima, memajukan kualitas ekskul di sekolah agar banyak diminati siswa dan mampu mengukir prestasi diluar sekolah."

    "Enam, mengadakan kerjasama dengan sekolah lain dari sisi akademik, olahraga dan seni."

    "Tujuh, membentuk karakter siswa yang unggul dari SQ. IQ, EQ."

    "Delapan, menjalin kerja sama dengan organisasi internal sekolah lainnya untuk memicu kreatifitas siswa."

    "Sembilan, aktif menyerap dan berbagi informasi tentang kondisi dunia pendidikan."

    "Dan terakhir, yang ke sepuluh, menjadi jembatan siswa berprestasi untuk mendapatkan beasiswa."

    Detik jam terus berlajan. Sinar matahari yang tadinya hangat mulai menyengat. Di lapangan SMA Pranata, para siswa dan siswi hanya bisa mendumal sambil memperhatikan Calon Ketua OSIS yang berpidato dan membacakan Visi Misinya.

     Sialnya, Bu Harliza tidak memperkenankan siswa-siswinya duduk di teras kelas atau bawah pohon. Sama rata sama rasa, katanya. Tapi, dilihat sekilas saja, semuanya tahu kalau kenyataannya tidak ada sama rata sama rasa! Kenyataannya, tidak adil sama sekali. Para Calon Ketua OSIS dan guru di atas panggung, sedangkan siswa-siswi duduk lesehan di lapangan dan terpapar langsung sinar matahari.

     "Ck, yang di panggung mah enak nggak kepanasan. Lah kita?" Maora mengipasi wajahnya dengan buku tulis yang dia bawa dari kelas.

     Echa mendesah. "Iya. Panas banget. Wajah Echa pasti merah, ya?"

     "Nih, gue ada buku satu lagi," kata Kyana sambil menyodorkan sebuah buku bersampul hitam.

    Dengan senang hati Echa menerimanya. "Makasih, Kyan."

    "Hem...."

     Ketiga gadis itu kembali mengamati Calon Ketua OSIS yang bergantian berpidato sambil mengipasi diri. Hingga, sesi pemungutan suara dimulai.

     Sembilan meja diletakkan berderet dengan jarak antarmeja satu meter. Panitia pemungutan suara sudah duduk di kursi masing-masing sambil membawa berlembar-lembar kertas pemungutan suara.

    "Baik anak-anak. Untuk kelas 10 dipersilakan berbaris sesuai kelas di meja yang sudah disediakan panitia."

     Bersemangat, Echa dan Maora berebut menjadi orang pertama di baris kelasnya. Kyana yang berdiri tepat di belakang Echa hanya bisa geleng-geleng kepala.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang