6. Hope And Hope

1.5K 84 2
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Bolehkah aku merasa nyaman walau hanya sesaat? Saat mata itu tak lagi menyorot amarah, saat bibir itu tertarik ke atas bukan ke bawah, dan saat tawa di antara kita pecah."

🌸🌸🌸

    "Sayang, bangun.... Ini udah jam 5 lebih. Bangun, shalat." Natasha mengguncang-ngguncang bahu anak bungsunya.

    Bukannya bangun, Raga hanya menggeliat dan menarik selimutnya sampai menutupi wajah.

    "Raga, bangun!" Natasha mencubit pinggang Raga.

    "Auww! Sakit, Ma!" Raga terduduk sambil mengusap-usap pinggangnya yang dicubit.

    "Makanya buruan mandi, shalat, terus sarapan. Mama tunggu di bawah." Natasha mengusap pipi Raga lembut.

    "Hm." Raga beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi.

    Usai mandi dan shalat, Raga bergegas turun dari kamarnya. Sebelum Natasha mengomelinya panjang lebar dan berujung membeda-bedakannya dengan Jiwa. Ais, Raga benci hal itu.

    "Nih, dimakan dulu." Natasha menyodorkan sepiring nasi goreng untuk Raga. Raga menerimanya.

    "Gimana sekolah kalian?" Natasha menatap Raga dan Jiwa bergantian. Raga melengos, Natasha mulai lagi.

    "Biasa aja." Raga menyuapkan sesendok nasi ke mulutnya.

    "Kalau kamu, Jiwa?" Natasha menatap Jiwa antusias.

    "Minggu depan Jiwa ikut olimpiade lagi, Ma."

    Natasha tersenyum senang. "Raga, contoh Kakak kamu ini. Dia rajin belajar sampai bisa ikut olimpiade, setidaknya kamu memegang peringkat pertama di kelas." Natasha memandang wajah Raga yang sangat mirip dengan almarhumah suaminya lembut.

    "Beberapa minggu lagi Raga ada turnamen." Raga menghentikan aktivitas makannya, meminum susunya sampai tandas, dan mencium tangan Natasha.

    "Makasih nasihatnya. Nanti Raga operasi plastik sekalian aja biar mirip Jiwa." Raga menatap sinis Jiwa dan berjalan menjauh. Natasha melongo mendengar perkataan Raga. Raga memang keras kepala. Natasha bukan berniat membeda-bedakan, tapi niatnya agar Raga menjadi pribadi yang baik seperti Jiwa.

    "Nasinya nggak dihabisin?" Natasha menatap Raga kecewa.

    "Raga berangkat." Raga membanting pintu dengan keras.

    "Nanti Jiwa bakal ngomong baik-baik sama Raga, Ma." Jiwa mengusap lengan Natasha, mencoba menenangkannya sebelum Natasa benar-benar menangis.

    Natasha mengangguk. "Mama nggak bisa bahagiain dia. Mama ingkar janji sama papa kamu. Mama nggak bisa liat Raga begini terus. Semoga kamu bisa bahagiain Raga dan merubah sikap arogannya." Natasha sudah tak bisa menahan air matanya lagi. Dia terisak. Menunduk dalam.

    "Jiwa janji, Ma." Jiwa mengusap pipi Natasha yang berlinang air mata. Dia berjanji.

🌸🌸🌸

    "Gimana, Kyan, papa kamu?" Echa yang baru saja sampai kelas langsung nimbrung percakapan Kyana dan Maora.

    Kyana tersenyum hangat. "Papa nggak bakal ditahan di penjara. 'Kan papa emang nggak salah."

    "Alhamdulillah. Mana tuh kakak kelas yang suka marah-marah nggak jelas? Bisanya cuma fitnah sana-sini." Echa mencebik.

    "Santai aja tuh mukanya, Neng." Maora menjawil pipi chubby Echa gemas.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang