75. Thrilling

436 43 23
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Saat jatuh cinta ada dua hal yang kelak akan kita pilih, bertahan atau menahan."

🌸🌸🌸

    Echa mendengus kesal saat Maora dan Kyana menggodanya. Mereka berdua terus saja mengatakan jika Echa dan Raga tampak cocoklah, tampak serasilah, atau bahkan tampak kompak saat sedang dalam keadaan perang dingin. Inti dari semua perkataan mereka berdua sama saja, mereka ingin mengatakan jika Echa dan Raga sangat pas jika disandingkan. Echa sampai mencak-mencak untuk mengingatkan pada dua sahabatnya itu bagaimana keduanya sangat menentang dirinya dengan Raga setelah kejadian di malam itu. Ya, saat Raga lebih memilih Lauren ketimbang dirinya.

    "Hehe, kita kan profesional. Niatnya muji penampilan kalian, nggak ada sangkut pautnya sama hubungan kalian yang lagi renggang."

    "Bukan cuma renggang, udah kelar," ralat Kyana dengan kerlingan jail.

    Echa memutar bola mata jengah. "Silakan kalau mau ghibahin Echa. Echa mau ke toilet dulu, bye."

    Maota mencekal lengan Echa disusul kekehan geli. "Eh, ngambek. Ayo, gue anter."

    Echa melepas cekalan tangan Maora. "Nggak usah, makasih. Kalian berdua di sini aja, nikmatin pestanya."

    "Ntar lo digondol setan."

    Echa mendengus kesal. "Echa udah gede kali, nggak perlu anter-anter segala. Lagian nih, ya. Echa nggak takut sama yang namanya setan, takut tu sama Yang Maha Kuasa. Setan 'kan juga saudaranya Maora, ngapain takut."

    Maora melotot. Enak saja Echa mengatainya seperti itu. "Ya udah sana! Hus, pergi! Nggak jadi berbaik hati sama lo!"

    Echa tertawa geli. "Maaf, Echa nggak bermaksud gitu. Echa tu cuma lagi mau sendirian aja. Galau lagi tahu."

    Maora melipat tangan di depan dada lalu melengos. "Sana pergi, udah gue maafin."

    Echa tertawa lagi. Mengusap lengan Maora pelan. "Jangan marah...."

    Maora menoyor jidat Echa. "Nggak marah. Udah sana lo pergi,"

   "Iya, iya.... Bubay semua.... Jangan kangen Echa, ya." Echa mengerling.

    "Kayak mau pergi ke surga aja lo pamitannya," celetuk Kyana.

    Echa mencibir. Kemudian, gadis itu melenggang menuju toilet dam tak menghiraukan gerutuan Maora yang mengatainya sok berani. Asal Maora tahu saja, Echa memang berani. Berani berlari saat melihat makhluk halus nanti.

🌸🌸🌸

    Echa menatap sekeliling. Lorong kelas yang menjadi tempatnya berpijak ini benar-benar tampak seperti lorong dalam film horor yang terlihat gelap dan suram. Echa bergidik ngeri. Padahal lampu yang terang benderang sudah dipasang di atas sana. Namun, entah mengapa perasaan Echa mulai tak enak. Akhirnya, semakin merasakan suasana yang mencekam, gadis itu mempercepat jalannya menuju toilet.

    Sayangnya, seseorang lebih dulu menghentikan langkahnya dengan menjegal kaki Echa hingga dia jatuh tersungkur. Echa melotot kaget dan buru-buru mendongak. Ternyata, bukan hanya satu orang yang mengerjainya, melainkan tiga.

    Saat gadis itu hendak bangkit, salah satu di antara tiga sosok di depannya langsung menarik tubuhnya, satunya lagi membekap mulutnya, dan sisanya membuka pintu gudang di sampinganya.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang