21. Jadian?

1K 57 7
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Tahu rasa sakit terbesarku kali ini? Saat tiba-tiba kamu terlihat sangat menjaga jarak di antara kita."

🌸🌸🌸

    Hari ini adalah hari senin. Mulai hari ini hingga empat hari ke depan akan diisi dengan kegiatan-kegiatan seleksi ekstrakurikuler dan organisasi-organisasi seperti OSIS atau Dewan Ambalan. Dan seperti yang telah Echa paparkan kemarin kepada Raga, para calon OSIS SMA Pranata tengah berkumpul di Aula. Mereka tampak memperhatikan dengan khidmat pidato sambutan dari Bapak Kepala Sekolah.

    "Raga."

    Raga menatap Echa sekilas, lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Jiwa. Ya, Jiwa. Sedari tadi matanya terus menyorot pada Jiwa, entah kenapa, tapi Echa rasa itu bukan hal yang bagus. Ditambah lagi di sudut bibir Jiwa dan area wajahnya terdapat memar kebiruan yang masih terlihat jelas begitu pun di wajah Raga. Jangan-jangan mereka berkelahi? Kemungkinan mereka berkelahi itu sangat besar, karena mereka satu rumah. Jadi, hanya itu yang Echa pikirkan sejak tadi.

    Echa mendengus kesal. "Raga marahan lagi sama Jiwa?"

    Raga mengangkat kedua bahunya. Dia membuka botol air mineral yang tadi dibagikan oleh panitia, lalu meminum airnya. Echa menghela napas lelah, lalu kembali fokus pada Bapak Kepala Sekolah yang sedang berpidato.

    Acara pertama telah berlalu. Sekarang saatnya sambutan dari Ketua OSIS, Jiwa. Dia memberikan ucapan penyemangat untuk para adik kelas agar semangat saat menjalankan LDK ini dan seterusnya. Jiwa berharap mereka aktif sampai masa pencabutan jabatan, karena beberapa yang tahun lalu sering sekali terjadi anak OSIS yang hanya ingin numpang tenar atau bahkan hanya semangat saat LDKnya saja, setelah itu mereka keluar tanpa izin ke Bapak Kesiswaan atau Ketua OSIS. Para adik kelas laki-laki maupun perempuan tampak antusias menyambut pidato singkat Jiwa. Namun, lain lagi jika Raga orangnya. Dia masih saja menatap Jiwa dengan tatapan peringatan dan sesekali ia merapatkan diri pada Echa. Lagi-lagi, Echa tak tahu apa maksud Raga.

    "Apa kata lo? Kak Jiwa jadian sama Nathalie? Demi apa?!"

    "Sumpah, ini bukan hoaks, kabar ini udah terbukti 100 persen benernya!"

    "Tapi gue nggak pernah denger desas-desus mereka deket, ya? Setahu gue si Echa malah yang deket sama Kak Jiwa. Gue pernah liat mereka gandengan tangan."

    "Ya gue juga nggak tahu kalau itu. Tapi, emangnya kalian nggak liat story Instagram-nya Kak Jiwa, ya? Dia post foto berdua sama Nathalie!"

    "Iya! Gue liat! Cocok banget anjir."

    "Setahu gue, Nathalie udah suka sama Kak Jiwa dari kelas 2 SMP."

    "Terus?"

    "Eh, malah deketnya sama Echa. Tapi akhirnya kesampaian juga deh cintanya."

    Panas. Sudah cukup sedari tadi Echa diam. Kabar? Kabar apa? Bahkan Echa belum pernah melihat kedekatan dua insan yang dibilang jadian itu. Dia menengok ke belakang. Tersenyum manis pada Ica, Zara, dan Mayla, tetangga kelasnya yang sedari tadi tak henti-hentinya membahas tentang Jiwa, Nathali, dan..., dia. "Kalian bisa diem nggak?"

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang