70. H-3

379 35 14
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Mau sejauh apa pun aku menjauh, dirimu masih saja membuatku jatuh."

🌸🌸🌸

1 bulan kemudian

    Persiapan besar-besaran. Semua kelas dari kelas X hingga kelas XII jam kosong karena harus mempersiapkan Festival dengan sebaik-baiknya. Kelas X sibuk mempersiapkan stan, sedang kelas XI dan kelas XII mempersiapkan pertunjukan perkelas untuk Festival.

    Di mana-mana tampak siswa-siswi SMA Pranata yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang sedang membantu pekerja bayaran untuk mendekor dua panggung apron di samping kanan dan kiri panggung upacara, di depan panggung upacara tampak beberapa anak menggelar terpal dan menaruh kursi penonton secara rapi, dan di belakang kursi penonton yang menghadap panggung anak kelas X bergotong royong membangun stan perkelas. Tidak hanya itu, di kelas X, tepatnya kelas yang digunakan sebagai tempat lomba, panitia sedang menata tempat lomba sedemikian rupa. Anak-anak tampak bersemangat menyelesaikan tugas mereka agar besok H-2 mereka tinggal merevisi kekurangan dan pada H-1 mereka tinggal leyeh-leyehnya saja.

    Echa, gadis yang mencepol rambutnya asal itu menyandarkan tubuhnya di kursi yang berada di depan ruang OSIS. Tangan kanannya terangkat untuk menyeka keringat yang menetes di pelipisnya.

    "Minum?"

    Echa mendongak, menatap Jiwa yang menyodorkan botol mineral dingin padanya. "Nih."

    Gadis itu tersenyum, meraih minuman yang Jiwa sodorkan. "Makasih, Ji."

    Jiwa mengangguk lalu  mendudukkan dirinya di samping Echa.

    "Gila, capek banget Echa," keluh Echa setelah meminum minumannya sampai tandas.

    Jiwa tertawa renyah. "Ini belum seberapa."

    Echa menaikkan alinya tinggi. "Belum seberapa?"

    Jiwa mengangguk. "Iya, belum seberapa dibanding tahun lalu."

    Jiwa tersenyum, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. "Waktu itu Kak Arsa yang jadi Ketua OSIS. Dia udah alumni sekarang," Jiwa menatap Echa yang tampak antusias mendengar ceritanya, "orangnya perfeksionis. Jadi, acara yang udah banyak tambah banyak karena sifatnya yang apa-apa kurang."

    "Terus?"

    Jiwa berdecak. "Ya capeklah, Cha. Tahun ini aja gue udah buat Festival ini nggak seberat tahun lalu. Tahun lalu itu ada pameran sama acara amal, gue hapus dari daftar acara di Festival dan gue taruh dua acara itu di agendanya Radega."

    Echa manggut-manggut. "Berarti besok ada acara amal sama pameran dong?"

    Jiwa mengangguk. "Tapi bukan PH gue yang ngampu, gue udah longsor jabatan. Besok PH-nya si Radega yang ngampu dan lo ikut jadi panitia."

    "Ohhh, gitu. Minumnya masih, Ji?" tanya Echa melas.

    Jiwa mengerutkan dahi. "Masih haus?"

    "Iya," jawab Echa dengan wajah yang dibuat senelangsa mungkin.

    Jiwa tertawa kecil. "Coba cari di kulkas, tadi minuman di boks udah dipindahin semua sama Tasya ke kulkas."

    Echa mengangguk, mengacungkan jempolnya, dan masuk ke dalam ruang Osis.

    Saat dia hendak membuka kulkas, panggilan seseorang membuatnya menoleh.

    "Cha."

    "Eh, iya?" ternyata Kak Dirga.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang