81. Boleh?

383 35 10
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Semoga semesta menyatukannya dengan yang semestinya."

🌸🌸🌸

    Echa menopang dagu, matanya  menatap lurus ke depan tepatnya pada Raga yang sedang membeli bunga di toko seberang. Lelaki itu, ah..., Echa tersenyum malu. Apa jangan-jangan bunga itu untuknya? Untuk hadiah ulang tahunnya? Iya, mungkin saja! Sejak tadi pagi, Raga sama sekali belum menyinggung tentang umurnya yang genap 17 tahun.

     Namun sayangnya, detik berikutnya setelah asyik menerka-nerka, senyum Echa luntur terganti mimik murung. Jika itu bunga memang untuknya, berarti Raga tidak romantis. Ya, tidak romantis! Mana ada orang ngado atau ngasih hadiah yang belinya terang-terangan seperti Raga? Cih, dasar.

     Echa memilih menunduk dan mulai meminum milkshake-nya.

    "Sendirian aja?"

    Merasa pertanyaan itu dilontarkan untuknya, Echa mendongak. Pandangannya langsung bersirobok dengan lelaki yang mengenakan jaket belel. Lelaki itu duduk tepat di depannya. Mata Echa membulat, sejak kapan lelaki itu duduk di depannya? Perasaan Echa baru saja menunduk dan meminum beberapa sedot milkshake-nya. Dan Echa sama sekali tidak menyadari kedatangannya.

     "Kayak liat hantu aja ekspresinya gitu," kelakar si lelaki yang dihadiahi pelototan Echa.

    "Bodo, wlek. Oh, iya! Makasih ya udah nolongin Echa."

    Leon tersenyum kecil. "Iya iya santai aja. Lagian lo udah bilang makasih berkali-kali, udahlah gue ikhlas."

    Echa menggeleng cepat. "Yeee, itu kan secara grup, sekarang baru personil, Leonnn."

    Leon mendengus geli. "Ada-ada aja lo."

    Echa nyengir lebar. "Masih ngikutin Echa, ya? Hayooo?" tanya Echa penuh selidik sambil menoel hidung Leon.

    Leon tergelak. "Enggaklah! PD banget lo, gue mau beli kopi buat bokap gue."

    Echa manggut-manggut. "Ya, udah. Sana, buruan."

    Leon mengangkat alisnya tinggi. "Kenapa buru-buru?"

     "Ntar digigit Raga," cicit Echa saat melihat sosok jangkung itu mulai berjalan menjauhi toko bunga.

Glek

    Echa menelan ludah susah payah. Tatapan Raga menghunus tepat pada matanya membuat Echa tak berani menatap ke mana-mana kecuali pada segelas milkshake di hadapannya.

    "Lho? Sama Raga? Mana-mana?" tanya Leon sambil mengedarkan pandangan ke kanan dan ke kiri.

    "Di belakang lo, bege."

    Leon mengerjapkan matanya. Lelaki itu sontak menoleh dan menatap Raga dengan binar mata. "Akhirnya ketemu lagi! Pa-"

    "Nggak ada waktu buat itu," kata Raga sarkas memotong ucapan Leon.

    "Ga, Pa-"

    Raga mendelik sebal membuat Leon tak melanjutkan kalimatnya lagi.

Pa mau ketemu sama lo.

    "Dahlah, males gue ngurusin lo. Sekali nggak mau ya nggak mau. Minggir. Gue mau jalan sama Echa."

    "Ga...."

    "Yuk, Sayang," ajak Raga pada Echa tak mengindahkan panggilan Leon.

    "Ha?" tanya Echa mendadak linglung saat Raga memanggilnya "sayang" dan lagi dia sedang mencerna situasi batusan, saat Leon seperti tengah membujuk Raga yang tidak ingin melakukan sesuatu. Apakah sesuatu itu?

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang