MAAF JIKA BANYAK TIPO
🌸
"Saat berhasil move on hanya angan semata. Melihat dia, jantung deg-degan tiada tara."
💙💙💙
Ruang musik itu lenggang. Semuanya diam, menatap Echa yang tampak gugup memegang mikrofon dan Jiwa yang duduk memangku gitar akustiknya.
Perlahan, tangan Jiwa memetik senar gitar dan membuat semua yang ada di ruangan semakin terdiam.
"My feelings seem to have branched."
Semuanya tercenung, termasuk Echa. Itu bukan lirik asli lagu if the world was ending yang seharusnya Echa dan Jiwa nyanyikan. Semuanya terlihat bingung. Apakah pernah ada yang mengcover lagu itu dengan mengganti liriknya? Atau Jiwa sendiri yang telah menggantinya? Jika memang Jiwa yang menggantinya, kenapa Jiwa menyanyikan lagu yang sudah dia rombak? Padahal, dia sekarang harus berduet dengan Echa tanpa persiapan, dan Echa jelas tidak tahu perubahan lirik yang sudah Jiwa buat!
Echa mengeratkan tangannya yang memegang mikrofon. Gadis itu jelas bingung dan gugup dalam satu waktu. Dia takut melakukan kesalahan.
"Wait, not branched but my taste and destiny are different. But it really got me thinking: Do you feel the same thing? Or do you not know me because he's there you do not see you?"
Jiwa menyindir hubungannya dengan Echa, Echa tahu itu. Dan hal itu membuat dinding kokoh yang membatasi Echa dengan perasaan sialannya perlahan terkikis.
"Not yet a year now. I guess I still have not. Have not gotten you forget and let your heart with her." Jiwa mendongak, menatap Echa dengan sorot lembutnya seperti dulu. Lelaki itu tersenyum tipis dan melanjutkan nyanyiannya.
"I know, you know, we know, you weren’t down for ‘forever’ and it’s fine. I know, you know, we know, we weren’t meant for each other and it’s fine." Bagian reff-nya ternyata tidak Jiwa ganti.
Mata Jiwa terangkat, lagi-lagi menatap Echa. Dia seakan benar-benar mempertanyakan apa yang dia nyanyikan. "But if the world was ending, you’d come over, right? You’d come over and you’d stay the night. Would you love me for the hell of it? All our fears would be irrelevant. If the world was ending, you’d come over, right? The sky’d be falling and i’d hold you tight. And there wouldn’t be a reason why we would even have to say goodbye.
"If the world was ending, you’d come over, right? right? If the world was ending, you’d come over, right? right?"
Tangan Echa gemetar. Sekarang sudah bagiannya, tetapi kenapa dia masih bingung harus menyanyikan lirik yang mana? Yang dia tahu hanya lirik aslinya.
Melihat Echa masih diam mengantupkan bibir, petikan gitar Jiwa berhenti. Lelaki itu menatap Echa sambil tersenyum hangat. "Lanjutin aja, Cha. Pake lirik aslinya."
Sialan! Gimana dia bisa move on jika seperti ini?! Suara lembut Jiwa bukan cuma mengikis dinding kokohnya, tapi sudah menghancurkannya!!
Jiwa mengalihkan padangan pada gitar di pangkuannya. Lelaki itu kembali memetik gitar akustiknya. Mau tidak mau, Echa mendekatkan mikrofon yang dia pegang ke bibirnya. Echa memejamkan mata. Dia harus tenang. Dia harus fokus. Jangan sampai dia mempermalukan diri sendiri di hadapan banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa Raga (✔)
Fiksi Remaja[ S E L E S A I ] ⚠Tersedia juga di Dreame⚠ Judul awal: Badboy and Coolboy • Echa tidak pernah menyangka, bahwa pertemuannya dengan Jiwa dan Raga akan membawanya kembali mengingat apa yang sempat dia lupakan--segala kenangan di masa lalu yang hi...