83. Seras Mi Amante?

517 31 18
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO
(Siapin musiknya if u see me cryin' in my room)

🌸

"Ada sebuah kisah tentang sepasang anak muda. Saling menyimpan rasa, tapi tak bisa mengungkapkannya."

🌸🌸🌸


    Semilir angin malam berhembus menerpa wajah Echa yang dipoles make up oleh Tante Ratih. Senyumnya tak pernah pudar sejalan dengan langkahnya menuju taman belakang rumah Raga yang disulap menjadi tempat resepsi sederhana dengan tema bohemian.

     "Selamat, ya, Natasha," ucap Ben memberi selamat pada Natasha sembari menyalami wanita yang tampak elegan mengenakan dress putih berlengan panjang itu.

     "Kamu juga, Mas Herman. Selamat," tambah Ben saat tangannya beralih menyalami Herman yang berdiri di samping Natasha.

    "Iya, Ben. Makasih."

    Herman dan Natasha sama-sama melempar senyuman pada Echa yang sejak tadi malah menatap sekeliling sampai lupa mengucapkan selamat pada pasangan yang rujuk itu.

    "Raga-nya lagi keluar sebentar."

    Echa menoleh. Matanya tampak membulat kecil, dia jelas terkejut. Bagaimana Natasha tau apa yang sedang dia pikirkan? "A-apa, Ma?"

    Natasha mengulum senyum. "Nggak mau ngasih ucapan selamat ke Mama, nih?" goda Natasha sambil menggandeng lengan Herman dan mengerling-ngerlingkan matanya pada Echa.

    Echa tertawa renyah. "Maaf ya, Ma. Kelupaan," jujur Echa.

    Tiga orang dewasa di depan Echa tertawa.

    "Dia emang gitu Mas kalau udah kepikirannya Ragaaa mulu. Semuanya dilupain, yang diinget Raga doang," kata Natasha memberi tahu Echa. "Ya 'kan Mas Ben?"

    Ben mengangguk dengan sisa tawanya. "Ya..., gitulah. Namanya anak muda, kalau lagi kasmaran apa-apa gampang dilupain yang diinget ya yang dikasmaranin."

    Echa merengut. "Papa, ih," bisik Echa sambil mencubit pinggang Ben.

    "Bentar lagi dia pasti dateng kok, tenang aja, Cha."

    Echa mengangguk kecil. Tangannya terulur untuk menyalami Natasha. "Selamat, ya, Ma. Semoga sakinah mawaddah dan warohmah."

     Natasha tersenyum lebar. "Iya, aamiin, Markonah."

     "Eh?" Echa mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar candaan Natasha, sedang Ben dan Herman malah menertawakan ekspresinya yang lucu.

      "Nama bagus-bagus main diganti aja."

     Empat orang yang sedang mengobrol itu secara spontanitas menengok ke sumber suara. Di sana, tapatnya di belakang Natasha, tampak Raga yang mengenakan jas kasual berwarna senada dengan Echa, kuning gading. Lelaki itu sedang berjalan ke arahnya sambil menatap lurus manik mata Echa.

     Echa menelan ludah kasar. Jangan, pokoknya jangan sampai Raga berada di sampingnya bersama para orang tua. Jika itu terjadi, maka Echa yakin dia akan menjadi bahan godaan mereka.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang