35. Raga Is Weird (2)

734 41 2
                                    

MAAF JIKA BANYAK TYPO

🌸

"Kamu itu kayak senja, kedengeran mustahil kalau diinginkan hadir selamanya."

🌸🌸🌸

    Ruangan 10 kali 6 meter itu amat gelap. Hanya ada sebuah lampu yang menggantung di tengah langit-langit, itupun sudah redup. Ruangan berdinding cokelat yang hampir seluruh catnya mengelupas itu juga lenggang, hanya ada seorang lelaki yang sedang duduk di satu-satunya sofa panjang di sudut ruangan. Tangan kanannya sibuk memegangi rokok, sedangkan tangan kirinya dia gunakan untuk memegang ponsel.

     Layar ponselnya menampilkan sebuah nomor yang tidak bisa dihubungi karena telah memblokir nomornya. Desahan keputusasaan berulang kali keluar dari bibir tebalnya.

     Persis saat tangannya hendak membanting ponsel, suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya sekaligus membuat lelaki itu mengurungkan niatnya.

     "Hai."

     Redupnya lampu yang membuat ruangan itu minim cahaya memang membuat dia tidak bisa melihat siapa sosok itu. Namun, mendengar sapaan itu dia langsung tahu siapakah sosok bersuara merdu itu. Sosok itu adalah sosok yang sejak tadi menghantui pikirannya. Sosok yang sejak tadi berusaha dia hubungi, tetapi malah memblokir nomornya.

     "Kenapa baru sekarang?" Pertanyaan itu memecah keheningan.

     "Gelap, ya, di sini? Lo masih aja seneng galau gelap-gelapan." Bukannya menjawab pertanyaan si lelaki. Gadis berambut panjang yang dikucir kuda itu malah bertanya balik sambil berjalan mendekati si lelaki.

     "Kenapa baru sekarang?" Pandangan lelaki di depannya menajam. Napasnya memburu seperti menahan marah.

     " .... "

     "Kenapa baru sekarang lo mau nemuin gue?!" Suaranya meninggi satu oktaf. Walau suaranya terkesan menyudutkan dan pandangannya seakan menelanjangi lawan bicara, tetapi gadis itu malah tersenyum sinis.

     "Apalagi kalau bukan butuh bantuan lo?"

     Si lelaki terkekeh sinis. "Lo yang ngakhirin hubungan kita dan lo nggak mau balikan sama gue karena lo bilang lo mau tunangan sama cowok bangsat itu. Dan buat apa gue bantuin lo? Lo udah buat gue sakit hati."

     "Gue mau, gue mau balikan sama lo. Asal lo turutin kemauan gue."

     Hening. Keduanya hanya saling melempar tatap. Hingga sang lelaki membuka suara. "Gue nggak yakin lo nggak bohong."

      Si gadis tersenyum lagi, tapi kali ini tersenyum lebar. "Gue janji. Setelah lo lakuin apa yang gue mau, gue juga mau lakuin apa yang lo mau, balikan sama lo."

     Lelaki itu bangkit dari duduknya. Matanya sarat akan cemburu. "Masih soal Raga?"

     Gadis itu mengangguk kecil. "Iya, siapa lagi kalau bukan dia?"

     "Dan setelah gue lakuin yang lo mau, lo pasti ninggalin gue lagi 'kan buat Raga?"

     Gadis itu kali ini menggeleng, lalu menipiskan jarak di antara keduanya. "Iya dan enggak."

      "Jangan main-main sama gue."

     "Gue nggak main-main. Emang antara iya dan enggak. Iya, iya gue akan ninggalin lo kalau gue ternyata masih suka Raga. Dan enggak kalau gue udah bisa move on."

     Lelaki dengan jaket boomber itu mengepalkan tangannya kuat-kuat, lalu membuang asal putung rokoknya. "Kapan sih lo liat gue, Ren? Cuma gue yang bener-bener masih ada buat lo di sini. Dan lo masih aja stay buat cowok itu? Cowok yang jelas-jelas cuma nganggep lo temen kecilnya??"

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang