36. Kayak Film Mariposa

627 40 2
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO
VOTE KOMENNYA DUNG:)

🌸

"Ada yang tiba-tiba berubah, tapi bukan cuaca."

🌸🌸🌸

     Entah kenapa hari selasa adalah hari kedua yang Echa benci setelah hari senin. Mungkin, karena jadwalnya terlalu banyak. Apalagi, hari selasa kali ini terasa jauh lebih menyebalkan dari biasanya karena Echa lupa mengerjakan PR.

    Pak Bento berdiri di depan papan tulis dengan tangan kanan yang memelintir kumisnya. Tatapan setajam silet itu mengarah pada Echa.

     Kelasnya seketika menjadi tegang setelah Echa mengacungkan tangan—saat Pak Bento bertanya siapa yang tidak mengumpulkan buku PR. Echa meringis kecil menyadari apa yang akan terjadi kepadanya, dihukum.

     "Jangan karena beberapa hari lalu kau tak masuk, lalu kau lupa tak mengerjakan PR Bapak. Kau kira Bapak suka menunggu?" tanya Pak Bento dengan logat bataknya.

     Beberapa anak kelas yang sejak tadi terdiam, mendengus kesal. Pak Bento mulai berubah menjadi Bucin. "Biar yang nunggu itu cuma si Maora, Bapak tak mau."

     Maora mengumpat di tempat duduknya. Kenapa selalu ia yang dijadikan korban bully Pak Bento??

    Suasana tegang, perlahan mencair oleh celetukan Dea, "Maora-kan emang ditakdirkan menunggu, Pak. Jadi itu udah jadi kondratnya."

    Pak Bento menatap Dea dengan raut tak terbaca. Lalu, tanggapannya membuat seisi kelas dipenuhi gelak tawa. "Iya, saya setuju. Dia memang jagonya menunggu, apalagi menunggu kepastian dari doi yang tak bisa ditunggu."

     Maora mendengus kesal. Sumpah demi Upin Ipin yang nggak pernah lulus TK, andaikan Maora adalah Kepala Sekolah, maka dia sudah memecat Pak Bento dari SMA Pranata.

     "Kembali ke laptop." Suasana normal tadi kembali ke mencekam. Pak Bento menatap Echa yang menunduk sejak tadi dengan tatapan tajamnya.

     "Bapak tahu dari wali murid kau, yang sakit itu bapak kau. Jadi seharusnya tak ada alasan kau tak mengerjakan PR Bapak."

     Echa makin menunduk dalam. Dia lupa. Yang namanya lupa, ya, nggak inget. Mau gimana juga, ya, nggak inget.

Iyaaa, hiks, Echa salah.

     "Jangan janji-janji saja yang kau ucapkan. Besok saya bawa, Pak. Nanti saya kerjakan. Saya janji, saya janji. Kau kira Bapak masih percaya sama janji-janji para wanita?"

     Untuk kesekian kalinya, luntur sudah suasana mencekam tadi. Semuanya tertawa sambil melontarkan guyonan untuk Pak Bento.

     "Asekkkk. Kata bijak Pak Bento emang selalu di depan."

    "Lo kata Suzuki?"

    "Yamaha, o'on!"

   "Terserah gue, dong! Mulut-mulut gue."

    "Semerdeka lo aja!"

    "Wah, Pak Bento masih aja ditinggal istri jadi melankolis. Semangat dong, Pak! Mati satu tumbuh seribu!"

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang