2. Kakek Lampir

2.3K 124 7
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸
  
"Jika bertemu denganmu adalah keharusan, apakah mencintaimu juga sebuah takdir Tuhan?"

🌸🌸🌸

    "Teks Eksplanasi adalah...," gadis itu menggaruk-garuk kepalanya, "adalah apa, ya?"

    Tangannya membuka buku yang sejak tadi dia tutup. "Ohh. Teks Eksplanasi adalah teks yang bertujuan menjelaskan proses kejadian suatu peristiwa baik alam, sosial-"

Buk!

    Echa berjengit kaget. Dia menabrak seorang laki-laki karena sibuk membaca buku pelajaran sambil berjalan tanpa melihat arah jalannya. Dia menabrak dada bidang laki-laki itu sampai jatuh tersungkur.

   "Aws." Echa meringis.

Pantat, Echa....

    "Kalau jalan lihat-lihat! Pakai mata, jangan pakai dengkul! Punya mata nggak, sih, lo?!" Suara ngebas yang menggelegar di siang bolong itu berhasil membuat kuping Echa berdengung.

    "Maaf, Echa nggak sengaja." Echa berdiri dari lantai sambil membersihkan roknya yang kotor. Dia mendongak untuk bisa melihat wajah orang yang dia tabrak.

    Seperti tersengat aliran listrik, tatapan tajam laki-laki itu berhasil membuat jantung Echa berdesir. Ditambah, penampilan laki-laki itu yang terkesan urakan dengan baju keluar, tidak pakai dasi, rambut berantakan, luka lebam di wajahnya, dan tatapan elang itu mampu membuat semua orang yang bertemu dengannya tahu kalau lelaki itu sangat menyeramkan dan nakal. Sampai penampilannya menutupi bahwa dia tampan. Laki-laki itu tertegun saat balik menatap mata Echa yang hitam pekat.

    "Maaf kata lo?! Lo kira ditabrak itu nggak sakit?!" bentaknya dengan volume tinggi membuat Echa mengkeret.

    "Echa minta maaf...." Echa menunduk dalam sambil memainkan jemarinya.

    "Lo pikir maaf aja cukup? Gue bukan orang yang gampang memaafkan." Dia mendesis.

Perhitungan.

    "Maaf.... Kamu mau minta apa dari Echa? Bakal Echa kasih, tapi jangan marah-marah...." Echa memelas, tapi tidak berani menatap mata elang itu. Dia masih menunduk, kali ini sambil meremas roknya.

    "Oke."

Eh?

    "Lo harus nemenin gue sepulang sekolah selama satu minggu."

    Echa mendongak cepat. "Ha?"

Apa katanya?!

    "Nggak lama, 'kan?" lelaki itu tersenyum sinis, "dan lo pasti mau." Tanpa menunggu persetujuan Echa, laki-laki itu meninggalkannya begitu saja.

    Echa mendengus. Kenapa dia harus bilang mau memberi apa yang laki-laki tadi mau? Echa bodoh! Gadis itu hanya bisa menatap punggung tegap laki-laki tadi dengan wajah penuh kekesalan.

    "Seenaknya aja jadi orang! Ngambil keputusan kok sepihak! Bodo amat, Echa nggak mau." Echa menghentakkan kaki ke lantai sebelum mengambil bukunya yang terjatuh, lalu segera melangkah pergi dari sana. Karena pasti, dia sudah terlambat ulangan bahasa Indonesia.

    Sepuluh menit yang lalu, bel masuk telah berbunyi dan Echa melewatkan sepuluh menit itu hanya untuk melanjutkan makan.

    Tujuh menit yang lalu, Echa masih berada di kantin. Dan tujuh menit yang lalu, kedua sahabatnya itu meninggalkannya karena bel masuk telah berbunyi, sedangkan Echa dengan santai menghabiskan makanannya.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang