1. Ice Prince

3.6K 154 16
                                    

MAAF JIKA ADA TIPO

🌸

"Mungkin, inilah awalnya. Awal dari bertemunya aku pada kehancuran."

🌸🌸🌸

    "PUSH UP LIMA PULUH KALI!"

   "Ini kenapa bajunya acak-acakan kayak kena mental? Rapikan!"

   "Rambutnya juga udah kayak Jamet! Besok kalau Miss Glen liat, bisa dibotak ini. Potong 211! SEGERA."

    "Dasi, dasi, jangan dikantongin aja kayak doi. Pakai!"

   "IYA, KAK!!"

    Masa SMA, masa putih abu-abu yang akan sulit terlupakan. Karena selama menempuh tiga tahun itu biasanya para remaja akan mengenal cinta. Cinta dalam artian luas, persahabatan, keluarga, juga pada lawan jenis. Namun, awal masuk sekolah kalian pasti akan dikenalkan terlebih dahulu pada lingkungan sekolah, pola pembelajaran, bapak ibu guru, dan terakhir baru kakak pembina OSIS yang tampan dan cantik-cantik.

    Begitu juga kali ini, semua murid baru di SMA Pranata tampak berkumpul di lapangan mendengarkan arahan para kakak pembina OSIS untuk MOS.

    Beberapa di antaranya harus kena amukan panitia karena kedisiplinannya yang kurang baik. Salah satu dari mereka adalah gadis berpostur mungil dengan wajah manis yang sedang dihukum oleh seniornya karena terlambat.

    "Siapa nama kamu?" tanya seorang panitia MOS yang memakai rompi OSIS. Perempuan dengan kucir kuda itu menatap adik kelasnya dengan raut tidak suka.

   "Farensha Earlene Bennedict, Kak," jawab adik kelas tadi tanpa menghilangkan senyum manis di wajahnya. Padahal, dia tahu kalau akan dihukum setelah ini.

   "Oke. Karena kamu telat, hukumannya adalah keliling lapangan ini 5 kali, lalu kamu cari 4 orang anggota OSIS untuk dengerin nyanyian kamu," hukum kakak kelas yang cantik itu, Tasya.

   "Sebagai tanda bukti, kamu minta tanda tangannya," tambah Tasya.

    Tasya menatapnya sinis, masih kentara sekali di wajahnya jika dia tidak menyukai adik kelas itu. Namun, jika orang yang melihat ekspresi itu telah mengenal Tasya lama, maka mereka akan tahu jika itu hanya tipuan semata.

   "Oke, Kak. Akan Echa laksanakan!" Gadis mungil itu, Echa. Mulai berlari mengitari lapangan SMA Pranata.

   "Kamu lucu, Dek. Bukannya takut malah senyum-senyum." Tasya terkekeh geli. Dia jadi dibuat bernostalgia dengan kenangannya di awal masuk SMA Pranata. Dia juga pernah merasakan yang terlambat dan berakhir dihukum. Bahkan, dia pernah merasakan yang lebih parah dari ini.

   Di putaran pertama, semua masih biasa saja. Napas gadis itu belum memburu seperti sekarang. Dan di puraran ketiga, Echa sudah merasa  kelelahan, dadanya naik turun menandakan jika dia ngos-ngosan. Tapi, dia terus memaksakan diri berlari sampai menabrak seorang laki-laki yang tidak sengaja dia lewati. Lelaki yang sejak tadi berdiri di pinggir lapangan mengamati jalannya acara MOS.

Buk!

   "Eh, m-maaf, Kak, Echa tadi nggak lihat," katanya memohon maaf sambil berusaha mengatur napasnya yang masih memburu. Tatapannya lurus ke bawah tidak memandang orang yang dia tabrak.

Jiwa Raga (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang